7. Tidak Setuju

38 7 5
                                    

"Oh My God, itu Dafa si cowok basket itu kan?" tanya Bella heboh.
Anggi mengangguk tanpa rasa takut atau pun malu.

"What what what what, apa maksudnya sayang-sayangan?" tanya Mita tak kalah heboh.

"Aku jadian sama dia," jawab Anggi santai, sedikit melirik ke arah Aufa.

"What? You fall in love with him?" Hanifah terkejut mendengar jawaban Anggi. Begitu juga lainnya.

"Sejak kapan?" tanya Aura kaget.

"Kemarin pulang sekolah, aku ketemuan sama dia, dianter pulang, terus kita jadian, ya gitu deh," jawab Anggi tersenyum senang.

Mereka menatap Anggi tidak percaya. Terutama Aufa.

"Anggi.. kamu?" Aufa menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Kamu pacaran?!" tanya Aufa masih tak percaya.

"Iya, emang kenapa?" balas Anggi santai.

"Kita masih SMA, Nggi. Ngapain pacaran? Dan lagi. Inget, sebulan lagi kita ujian, apa kamu nggak mau fokus buat kelulusan?" ucap Aufa dengan nada yang.. Tidak suka?

"Tinggal sebulan lagi, kan,lagian pacaran juga masih tetep belajar kok," jawab Anggi yang tidak terlalu mempedulikan omongannya.

"Ck! Tapi-"

"Kamu cemburu?" ucap Anggi memotong pembicaraan Aufa.

"Anggi! Ini bukan masalah cemburu, tapi aku nggak mau kalau kamu pacaran," sahut Aufa dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Serah," respon Anggi tak mempedulikan lagi. Ia kembali fokus pada ponselnya. Pada kekasihnya.

"Udah lah, Fa,biarin aja. Anggi mah mau gimana juga nggak mikir ujian," ucap Aura menenangkan sahabatnya itu.

"Tapi Ra," ujar Aufa yang masih belum terima jika sahabatnya itu pacaran. Belum waktunya, menurutnya.

"Sttt. Udah. Biarin nanti dia urusin dirinya sendiri," lanjut Aura.

Dila yang melihat perdebatan dua sahabat itu hanya mampu diam. Dia belum berani ikut campur dalam masalah mereka. Ia sempat terkejut saat mengetahui bahwa laki-laki yang dikaguminya adakah kekasih dari teman barunya, Anggi. Namun di jauh di dalam lubuk hatinya, seperti ada perasaan senang melihat Aufa yang tidak setuju dengan hubungan Anggi.

***

Hari ini, pertandingan basket dilaksanakan. Mereka, termasuk Dila memilih tempat duduk paling depan. Tapi tidak dengan Mita dan Bella, mereka menampilkan dance sebelum pertandingan berlangsung.
15 menit sudah berlalu, SMA 86 Jakarta masih memimpin dengan skor 11-10.

"Dafaaaaa! Semangat!!" teriak Anggi kencang. Sedari tadi hanya dirinya yang terlihat sangat antusias.

"Berisik!" tegur Andin.
Anggi melirik Andin malas. Apa salahnya menyemangati pacar?
Teguran itu tak membuatnya berhenti. Justru ia terus meneriakkan nama pacarnya itu.

"Bukannya bikin semangat malah ganggu fokus dia," ujar Aura yang  terganggu oleh teriakannya. Anggi hanya mendecak kesal mendengarnya.

Pertandingan berlangsung sengit, dengan perbedaan point yang sangat tipis. Di detik-detik terakhir, point seimbang yang membuat kedua tim berusaha mencetak point akhir.

Priiittt
Suara peluit mengakhiri pertandingan itu. Teriakan dari pendukung SMA 86 Jakarta terdengar ke seluruh penjuru lapangan. Ya! Tim basket itu berhasil memenangkan pertandingan ini dengan point terakhir yang dicetak oleh Dafa. Membuat para penggemarnya semakin kagum padanya. Termasuk Dila yang sedari tadi memperhatikan pertandingan itu. Lebih tepatnya, memperhatikan seseorang.

Saat ini mereka sedang duduk di sebuah ruangan khusus. Para pemain memasuki ruangan itu dengan wajah bangga. Tapi, ada satu yang kurang.

"Dafa mana?" tanya Anggi yang tidak melihat keberadaan pacarnya. Anggota basket hanya menggeleng tidak tahu.

"Lah, Dila kok nggak ada?" tanya Anggi lagi.

"Lah, kok ilangnya bareng sih? Jangan-jangan..... " ujar Mita membuat Anggi kesal.

"Apaan sih, Mit? Nggak mungkin lah!"

"Udah lah, nanti juga balik," sahut Aura yang sama sekali tidak membuat Anggi tenang. Kekhawatirannya terlalu besar.

"Nah, itu mereka," ujar Bella yang melihat kedatangan mereka berdua.

"Dafa, Dila, kalian ke mana aja sih?"

"Nggak ke mana-mana," jawab Dila. Mereka menatapnya aneh. Seperti ada yang berbeda, wajahnya tampak bahagia.

"Pulang, yuk!" ajak Hanifah.

"Aku pulangnya agak telat, masih ngurus nih dance," ujar Bella.

"Aku pamit ya, Bell, hehe," ujar Mita cengengesan.

"Iya, udah tahu! Sana pulang!"

"Yaudah, kita balik dulu ya, bye,"

"Titip Anggi ya," teriak Dafa dari dalam.

"Iya, iya! Takut banget sih pacarnya kenapa-napa!" balas Andin.

"Iya dong, pacar aku kan sayang sama aku," ucap Anggi bangga.

"Iyain deh yang udah sayang-sayangan."

Mereka masuk ke dalam mobil Aura. Dila, duduk diam memikirkan kejadian tadi. Ya, diam-diam ia menemui Dafa dan memberikannya minuman setelah pertandingan. Lalu ia berkenalan dengannya. Setidaknya sudah saling kenal.

***

Bulan bersinar terang menghiasi malam. Cahayanya seolah menggambarkan senyuman gadis itu. Dila, gadis itu mengamati penampilannya di depan cermin besar di kamarnya. Ia tersenyum sembari berkata dalam hati,

Aku tidak sabar menanti hari esok.

-Aran Dihata-

Don't forget to vote and comment

Thank you

Melepas Kau Senja Donde viven las historias. Descúbrelo ahora