Wattpad Original
There are 7 more free parts

1 | Interaksi Pertama

130K 8.4K 548
                                    

Jumat, 1 November

Aundy sedang mengotak-atik layar ponselnya untuk membalas pesan dari Audra yang berentet, menanyakan keberadaannya, padahal Aundy baru saja keluar kelas. Mata kuliah terakhirnya adalah Analisis Real yang cukup membuat isi kepalanya panas, jadi sekarang ia memutuskan untuk mendinginkannya dengan menemui Hara di kantin untuk makan siang yang sepertinya sudah terlalu sore.

Kantin tidak terlalu ramai seperti tengah hari, jadi Hara tidak perlu mengantre terlalu lama untuk mendapatkan dua piring chicken katsu.

Untuk kesekian kali, Aundy menolak telepon dari Audra. Dia hanya bergumam, "Ribet banget, sih."

"Siapa?" tanya Hara, mengalihkan perhatiannya dari piringnya.

"Kak Oda," jawab Aundy. "Gue punya janji sama dia. Gue bilang, gue baru keluar kelas jam tiga sore. Eh, dari tadi dia nggak berhenti nge-chat sama telepon, nanya gue di mana?" Aundy berdecak. "Repot banget emang kakak gue."

"Udah, makan aja dulu." Hara menggeser makanannya. "Berdua sama gue, yuk."

Aundy menggeleng. "Gue harus pergi."

Tidak lama, Ajil datang dengan terburu. Dia duduk di seberang Aundy setelah menaruh tiga botol air mineral di meja. "Punya gue kan ini?" tanya laki-laki itu seraya menggeser satu piring chicken katsu yang dipesankan oleh Hara tadi.

"Iya," jawab Hara.

Sejak memasuki universitas yang sama, ketiganya belum mendapatkan teman dekat di jurusan masing-masing. Sehingga, setiap hari mereka akan membuat janji di kantin FISIP, gedung kuliah Ajil yang merupakan titik tengah dari gedung kuliah ketiganya.

"Lho, lo nggak makan, Dy?" tanya Ajil heran.

Aundy menggeleng. "Gue mau berangkat, bentar lagi," jawab Aundy, masih menatap layar ponselnya untuk membalas pesan-pesanAudra yang berisi omelan.

Kak Oda : Kamu janji jam tiga, sekarang udah jam tiga kamu masih di kampus?

Kak Oda : Bagus, reject aja terus teleponnya!

"Memangnya lo mau ke mana?" tanya Ajil dengan mulut penuh makanan.

Aundy membuka tas, mengulurkan selembar tisu dan memberikannya pada Ajil. "Ikut ngecek gedung sama katering." Aundy membantu mengusap bibir Ajil dengan tisu yang baru. "Pelan-pelan kek makannya, Jil!" omelnya.

Ajil menarik tisu dari tangan Aundy, mengelap sendiri bibirnya. "Belum beres, ya?"

"Persiapannya udah sekitar delapan puluh persen, sih. Sekarang cuma ... kayak nyicip-nyicip makanan gitu. Misal kalau ada makanan yang nggak sesuai sama selera mereka, bisa minta ganti dengan menu baru."

"Wih, enak." Ajil meraih botol air mineral. "Kalau nggak ada kuliah sore, gue ikut, deh."

"Yah, sayang banget," gumam Aundy. "Hara juga ada mata kuliah satu lagi, jadi nggak bisa ikut."

"Lo mau berangkat sama siapa? Nggak mungkin dianter Ariq, kan?" tanya Ajil. Kedua teman Aundy itu sangat tahu bahwa ibu Aundy tidak terlalu menyukai Ariq.

Aundy dan Ariq sudah dekat sejak kelas XII SMA. Namun, Aundy baru mengenalkan Ariq pada keluarganya setelah masuk kuliah semester pertama, sekitar empat bulan yang lalu. Ayahnya dan Audra tidak memberi komentar apa-apa, tapi respons ibunya beberapa saat setelah Ariq pulang adalah, "Kok, Ibu kurang sreg sama Ariq, ya? Kelihatannya baik, sih. Tapi hati Ibu kayak ... belum bisa nerima aja gitu."

"Mau naik Grab?" tanya Hara. "Nggak mungkin lo diizinin naik Grab sendirian." Hara sangat tahu betapa protektifnya orangtua Aundy.

Peraturan orangtua Aundy adalah : Aundy tidak boleh pergi sendirian, Aundy boleh pergi jika ditemani Ajil atau Hara, teman laki-laki yang boleh mengajak pergi Aundy hanya Ajil—selain itu jangan harap diizinkan. Peraturan itu sangat mereka ketahui sejak berteman di masa-masa SMA.

Satu AtapWhere stories live. Discover now