Wattpad Original
There are 8 more free parts

Prolog

186K 9.2K 351
                                    

Minggu, 1 Desember

Aundy bergerak cepat walau kebaya dan kain songket yang dikenakannya membuat ia harus mengambil langkah-langkah kecil. Tangannya memegang erat kertas yang ditinggalkan oleh Kak Audra di depan meja rias. Ia membelah lorong kamar hotel dengan pikiran kacau, ruang pengantin pria yang hanya berjarak lima kamar dari tempatnya semula, tiba-tiba terasa sangat jauh.

Aundy membuka pintu ruangan yang digunakan untuk persiapan pengantin pria itu dengan tidak sabar. Saat daun pintu terbuka dengan kencang, semua yang berada di dalam ruangan mengalihkan perhatian padanya. Ada sisa tawa di wajah mereka dari obrolan yang terpotong karena kedatangan Aundy.

Di dalam ruangan ada kedua orangtuanya, kedua orangtua Mahesa—Tante Sarah dan Om Brata, serta Argan adik laki-laki Mahesa. Mereka menatap Aundy, wajah mereka jelas tidak mengharapkan kabar buruk.

"Kak Audra dan Kak Mahesa nggak ada di ruang pengantin wanita," ujar Aundy memberitahu. Keringat bermunculan di keningnya, napasnya masih memburu. Ia juga menerka make-up di wajahnya sebagai pengiring pengantin wanita, sekarang mungkin sudah tidak terlihat rapi seperti foto yang baru saja diunggahnya ke Instagram.

Hening.

Tidak ada tanggapan.

"Kak Audra ninggalin surat di meja rias." Aundy berbicara lagi, menyadarkan semua orang yang berada di dalam ruangan yang masih menatapnya dengan terheran-heran. Ia tidak harus membaca lagi isi dari surat yang sekarang berada di genggamannya. "Kak Audra pergi. Dia bilang tetap akan mengambil beasiswa S2 yang didapatkannya di Aussie. Dan yang mengantar Kak Audra ke bandara sekarang adalah Kak Mahesa."

Semuanya masih menatap Aundy tanpa komentar, mencerna apa yang baru didengar.

"Kak Audra dan Kak Mahesa pergi! Kok pada diam aja, sih?" Suara Aundy yang nyaris membentak membuat semua orang di dalam ruangan terkejut.

Argan adalah orang pertama yang memberi respons. "Tenang," ujarnya pada dua pasang orangtua. "Aku akan susul Kak Mahesa dan Kak Audra sekarang."

"Nggak ada gunanya," ujar Aundy. "Kak Audra bilang, ketika aku menemukan surat di mejanya, itu berarti pesawatnya udah lepas landas."

Argan membuang bendo dari tangannya ke sofa.

Om Brata memegang dadanya yang terlihat nyeri dan wajah Tante Sarah berubah panik.

Ibu menangis, sementara Ayah menenangkannya.

Aundy bingung sekarang. Semua terlihat kacau.

Tidak lama, Marina datang. "Sudah siap semua, kan? Penghulu sudah datang. Jadi pengantin sudah bisa turun sekarang. Saya tadi mengecek ruang pengantin wanita, di sana tidak ada siapa-siapa."

***

Satu AtapWhere stories live. Discover now