Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

2 | Bau Perjodohan

92.8K 7.3K 362
                                    

Argan baru saja memarkirkan mobilnya di basement Colinette Mall, salah satu mal di bilangan Mega Kuningan yang disepakati sebagai tempat untuk melangsungkan pernikahan kakaknya nanti. Dia melihat Aundy turun lebih dulu dan berjalan ke arah pintu elevator, gadis itu merasa tidak perlu mengucapkan terima kasih dan berjalan duluan meninggalkannya.

Argan menyusulnya, mereka menuju lantai satu di mana Colinette Ballroom berada dan menemukan Audra yang berdiri sendirian di ruangan luas itu.

"Kurang lama telatnya tahu, nggak?" gumam Audra dengan wajah kesal ketika melihat Aundy menghampirinya.

"Perjalanan dari Jakarta Timur yang agak mepet ke Depok untuk sampai ke sini itu nggak mudah. Kecuali kita ini keturunan The Incredibles yang bisa—"

Audra tidak membiarkan Aundy mengoceh lebih banyak, dia menarik tangan adiknya menuju ke arah seorang perempuan yang baru datang di pintu masuk. Sepertinya perempuan itu merupakan bagian dari tim wedding organizer yang menangani pernikahannya nanti.

Argan menatap Aundy yang sekarang sudah menjauh. Tadi dia hampir mengira sedang membawa gadis yang mendadak tunawicara, karena selama perjalanan gadis itu bungkam dan sama sekali tidak memulai obrolan apa pun. Namun, sekarang dia melihat gadis itu cukup banyak bicara.

Mahesa datang seraya menggantungkan jas di sikut. "Baru datang?" tanyanya seraya membenarkan posisi ikat pinggang. "Habis dari toilet gue," ujarnya memberitahu.

Argan mengangguk, agak tidak peduli.

"Audra nggak mau mulai membahas segala macam persiapan pernikahan kalau Aundy belum datang," jelas Mahesa seraya menatap Audra dan Aundy yang sudah melangkah menuju meja di tengah ballroom. "Jadi, sori udah bikin lo repot-repot ke sini."

Argan mengangguk lagi seraya menyahut pelan. "It's ok." Lalu bergerak mengikuti langkah Mahesa yang ikut bergabung dengan Audra dan Aundy.

Seorang perempuan yang tadi Argan tebak merupakan salah satu tim wedding organizer itu memperkenalkan diri. "Saya Marina, yang akan mengurus semua keperluan persiapan pernikahan nanti." Dia tersenyum ramah. "Jadi, bisa saya mulai jelaskan sekarang?" tanyanya.

Audra mengangguk semangat. "Lebih cepat lebih baik," gumamnya.

Marina tersenyum lagi sebelum bicara. "Kami menyediakan tiga pilihan paket pernikahan. Paket Silver, Gold, dan Diamond. Sesuai dengan permintaan dari pihak Pak Brata kalau pernikahan pada satu Desember nanti akan dilaksanakan dengan paket tertinggi, yaitu Diamond." Marina berjalan ke arah depan ballroom, di mana ada panggung pelaminan yang mungkin disediakan untuk berdirinya pengantin nanti. "Kita bisa lihat dari sini bahwa ruangan cukup luas: bisa menampung maksimal dua ribu tamu untuk standing party dan seratus lima puluh table untuk konsep sitting table." Dia tersenyum, menatap Audra dan Mahesa bergantian. "Untuk paket Diamond, maksimal kami dapat melayani seribu tamu untuk konsep sitting table."

"Kami ingin ganti paket," ujar Audra, dia menatap Mahesa dan diberi anggukkan.

Aundy mengernyit. "Bukannya ini udah disetujui Ayah dan Om Brata? Mereka juga bilang kalau tamu dari pihak orangtua akan menghabiskan setengah dari kuota tamu paket Diamond."

Audra mengangguk. "Paket Silver, dengan tamu maksimal lima ratus orang, kan?" tanyanya pada Marina, tidak menghiraukan perkataan Aundy.

"Kak?" Aundy terlihat mau protes lagi.

"Ody, please!"

"Kak, please. Jangan bikin keputusan sepihak kayak gini, nanti jadi ribet lagi."

Audra mengernyit. "Sepihak?" tanyanya, lalu menunjuk Mahesa. "Kami membuat keputusan berdua."

"Tapi Ayah? Om Brata?"

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang