bag.5

14.6K 519 152
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**

Axel mengendarai mobilnya dengan cukup tenang. Avista yang menjadi pengangguran pasti selalu ada di rumahnya bukan? Ah, bagus sekali. Di hari Minggu yang membosankan ini—seperti hari Minggu lainnya. Biasanya Axel hanya melakukan istirahat sepanjang hari di hari Minggu. Benar, rebahan sambil bermalas-malasan di kamarnya tanpa gangguan. Satu pekan setelah ia bekerja, dan satu hari ia istirahat. Terdengar tidak adil 'kan?

Namun, Minggu kali ini Axel ingin mencoba hal baru, mengetahui rumah Avista sangat memberikan banyak manfaat pada dirinya. Seperti yang saat ini saja, Axel akan mengunjungi Avista untuk sekadar bertemu dengannya. Setidaknya bisa membuat coretan sedikit di hari Minggu ini, sudah pasti Axel tak mau hari minggunya selalu datar saja seperti dada kalian, ups. Tidak, bercanda. Intinya hari ini Axel ingin merenggangkan otot-ototnya dengan cara tak biasa. Khususnya otot di otaknya, berdebat dengan Avista bisa saja membuatnya lebih cakap dalam berbicara dan tentunya, lebih jago menyela serta membantah.

Saat sudah sampai di pelataran rumah Avista, Axel memarkirkan tepat di depan gerbang besar rumah Avista. Cukup klasik, tapi epic. Pintunya bahkan sangat besar. Perkiraan gila Axel pintu itu sampai ke lantai dua. Ditaksir tingginya bisa sampai 17 meter. Menakjubkan, tapi tetap rumah Axel di atas segalanya. Desain modern sangat melekat jika kalian membicarakan soal rumah Axel.

Tok tok tok!

Axel mengetuk-ngetuk pintunya, tak ada sahutan. Namun, Axel yakin pasti suara ketukannya terdengar sampai ke dalam. Terbukti saat suara ketukannya menggema, seolah menggelegar. Dan benar, beberapa saat kemudian pintunya terbuka, Axel hanya dapat memasang ekspresi datarnya dan menyembunyikan ekspresi kagumnya dari wajahnya.

“Bisa bertemu dengan Avista?” tanya Axel. Perkiraan wanita maid ini sudah berkepala empat, cukup berpengalaman. Dari name tag yang digunakannya, May— nama yang cukup berkesan.

May menyilakan Axel untuk masuk ke dalam dan menunggu di sofa ruang tamu, sedangkan Mau berjalan masuk ke dalam untuk memanggil tuan rumah. Sepersekian waktu berlalu, Avista datang dengan tank top serta celana hot pants pink. Um, cukup menggoda.

“Kau punya waktu?” tanya Axel, Avista masih terdiam di depan tangga, belum ada niat untuk semakin maju dan menghampiri Axel. Ia masih mencerna apa yang sedang ditangkapnya sekarang.

“A-Axel?” ucap Avista, sekaligus pertanyaan yang heran.

“Iya,” jawab Axel tenang.

Mata Avista lurus ke depan, bukan menatap Axel lagi saat ini. Ia malah menjurus ke depan dengan bola matanya yang membesar. “Apa tadi kaubilang?” tanya Avista lagi.

Axella [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang