bag.4

15.6K 579 149
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Langit semakin larut dan gelaran permadani bintang semakin terlihat. Sudah saatnya nabastala malam menampilkan keindahannya. Sekarang giliran bulan yang menggantikan posisi matahari.

"Kau gila? Aku bicara denganmu sedari tadi dan kau tak sekalipun mendengarkanku! Apa yang terjadi denganmu, hah?" tanya Viona yang tak mendapat respons apa-apa dari Avista beberapa saat.

Viona—kakak Avista yang sama-sama perempuan itu memang sering berbincang-bincang saat malam. Namun, malam ini tampak berbeda. Avista lebih banyak diam daripada biasanya.

"Tidak apa-apa," lirih Avista. Pasalnya ia tengah memikirkan Axel—pria aneh yang terlihat angkuh dan tegas, tetapi bisa-bisanya hampir saja mencium dirinya, mesum! Bahkan, Avista baru pertama kali bertemu dirinya, tapi dia sudah macam-macam saja.

"SKIP! AKU MENGGANTI TOPIK!" geram Viona yang sama sekali tak mendapat respons.

"Bagaimana datenya dengan Xean?"

Dengan cepat Avista langsung menoleh ke arah Kakaknya. Tepatnya Viona ada di samping tempat tidurnya yang sedang menonton TV, acara bedah hati, acaranya para sad girl.

"Kenapa, heh? Hanya menoleh tidak menjawab?" gumam Viona.

"Tidak, aku tidak jadi date dengannya." Avista dengan lesu duduk di sofa, berjalan dari balkon ke sofa saja rasanya sangat jauh. Entah mengapa hari ini ia merasa sangat lelah sekali.

"Whut? Bagaimana bisa?!" teriak Viona tak percaya.

"TEMANKU MENYUKAI XEAN, AKU TIDAK MUNGKIN MENIKUNGNYA! AKU BUKAN WANITA SEPERTI ITU!" balas Avista dengan teriakan juga.

Viona menarik sebelah alisnya. "LALU KAU MEMBATALKAN DATENYA BEGITU SAJA?!" tanya Viona, masih dengan teriak tak jelas.

"TIDAK VIONA!" pekik Avista, cukup mendramatisir. Kini suasana kamar Avista menjadi ramai sekali karena mereka berdua bicara dengan nada yang sama-sama tinggi. Sudah seperti di hutan saja, memang seperti ini kelakuan kakaknya 25 tahun hidup di bumi.

Namun, memiliki Kakak yang otaknya tak tertempel dengan benar terkadang membuat Avista terhibur. Tingkah lucu Kakaknya  sering kali membuat Avista ketawa geli. "LALU KAU TADI KEMANA SAJA? KENAPA PULANGNYA SORE HARI?" Saat ini, Viona bahkan membuat-buat wajahnya menjadi kocak.

Avista memalingkan wajahnya dari Viona, dia menatap keluar jendela. "Mobilku mogok lalu aku bertemu dengan pria."

"APAKAH TAMPAN?"

Axella [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang