Bab 17. Dihukum Bareng

4.4K 636 155
                                    

Jaka itu galaknya pas lihat hal-hal salah yang seharusnya bisa diluruskan tapi dibiarkan salah.

Dia bisa benar-benar murka dan berubah jadi cowok segalak setan jika hal itu terjadi.

Salah dua korbannya adalah Maya dan Tony.

Maya pernah melihat dengan mata kepala sendiri, seberingas apa sepupu gantengnya itu memukuli Tony sepulang nge-DJ dulu.

Maya juga sudah pernah menjadi objek kegalakan Jaka. Dari awal kedatangannya di Bandara Juanda, pemuda itu menyambut dengan sikap dingin dan sinis.

Awalnya kaget. Namun, seiring berlalunya waktu, Maya paham bahwa kegalakan itu demi kebaikan dirinya sendiri.

Celakanya, hal itu malah membuat Maya semakin jatuh hati pada Jaka.

Terlebih lagi setelah peristiwa di meja makan semalam, reaksi Jaka yang oh my God, so cute! itu semakin membuat Maya kesengsem mesam-mesem tiap kali berdekatan dengan Jaka.

Seperti sore ini, di dalam kamar Maya ....

"Jaka." Maya menyapa dengan wajah ceria, duduk bersila di pinggiran kasur.

"Hm?" Jaka menggumam tanpa mengalihkan tatapan dari buku LKS milik Maya.

"Kita nikah, yuk." Maya to the point menjurus ke ngasal.

Hening.

Kegiatan menulis Jaka terhenti. Pulpen diletakkan. Kepalanya menoleh. Tangannya terjulur ke depan untuk meraih wajah Maya dan mendorongnya ke belakang, "Orang gila."

Kepala Maya terjengkang ke belakang, tapi tidak berefek pada wajahnya yang tetap tersenyum sumringah.

"Kerjakan sendiri PR-mu." Jaka berdiri dari kursi, malas menanggapi sepupunya yang sedang gila.

"Yah, yah, yah. Jangan gitu, dong." Maya ikut berdiri dari tepian kasur, memegangi lengan Jaka, "Kamu kan tahu aku nggak pinter Kimia."

"Makanya belajar. " Jaka menyahut kesal, "Isi otak kamu nih, benerin!" Jari telunjuknya menuding kepala Maya.

"Telat. Minggu depan kita tuh udah UAS. Aku cuma bisa bergantung sama kamu. " Maya merayu. Bibirnya manyun.

Jaka menggeleng putus asa, "Nggak ada kata terlambat kalau kamu mau belajar giat detik ini juga."

Wajah Maya berubah memelas, "Kamu kan tahu gimana bodohnya aku, udah sampai DNA. Nggak tertolong."

Jaka memijat batang hidungnya, ngilu, "Kalau Om Bima denger omonganmu ini bisa nangis darah tahu, nggak? Saking sedihnya punya anak males kayak kamu. "

Maya mengangguk setuju, "Iya, bener. makanya aku dititipin di sini, kan, biar bisa kamu rawat. " Matanya berbinar senang, "Papa pasti seneng kalau kita nikah. Dia kan udah lama kenal kamu banget, pastinya dia rela nyerahin putri semata wayangnya ini buat kamu ya, kan?"

Mata Jaka memejam sekejap. "Ya gimana nggak kenal, orang aku keponakannya." Mendesah lelah, dia membenarkan perkataan Maya tadi, sepupunya ini goblok-nya sampai ke DNA.

"Justru bagus, kan? Keluarga kita bisa bersatu karena pernikahan kita." Kedua tangan Maya melingkar manja di lengan Jaka.

Mata Jaka melirik lengannya yang menyenggol secara tidak sengaja pada bagian empuk milik Maya. Ucapan Iman lagi-lagi menggema di kepalanya.

"Maya itu objek mimpi basah dan bahan coli kamu, kan?"

Entah sejak kapan ucapan Iman berubah demikian dalam kepala Jaka.

Pemuda itu menggeleng ngeri. Bukan, Maya bukan objek mimpi basah atau bahan coli. Mereka sepupuan. Jaka tidak serendah itu.

Lagipula, masih banyak perempuan lain yang bisa dijadikan bahan imajinasi. Seperti Septi, misalnya.

My JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang