Bab 15. Penyangkalan

4K 603 81
                                    

Aku kena kutukan. Tuhan membenciku.

Itu yang ada dalam pikiran Maya saat tahu Jaka mengidap leukimia.

Bagaimana tidak?

Mama yang sangat disayangi, tiba-tiba pergi meninggalkan Maya kecil demi pria asing.

Papa yang selalu berjuang demi kehidupan mereka, kini mendekam di penjara.

Dan sekarang Jaka, satu-satunya orang yang selalu bersabar menghadapi segala sifat buruknya, tiba-tiba divonis leukimia.

Bagian mana dari semua itu yang menunjukkan bahwa Tuhan masih peduli padanya?

Apa karena terlalu lama memutuskan menjadi anak nakal yang tidak pernah salat, belum mau berhijab, dan selalu berperilaku kasar, Tuhan jadi enggan mempedulikannya?

Bisa jadi.

Maya duduk meringkuk di atas tanah. Buku juz amma dipeluknya semakin erat. Entah sudah berapa lama sejak melihat Jaka dipeluk Septi, ia bersembunyi di balik gedung sekolah ini untuk menenangkan diri.

Bukan masalah sakit hati. Maya sudah tidak mau diusik oleh urusan sakit hati. Penjelasan Tony tentang kedekatan Septi dan Jaka cukup membuatnya paham bahwa hubungan itu bukan soal asmara. Ia merasa tak ada yang perlu dicemaskan, atau dicemburui.

Sebaliknya, vonis leukimia Jaka adalah penyebab utama ia menenangkan diri di tempat sepi ini. Tempat para murid berandalan biasa berkumpul untuk merokok atau berbagi minuman keras, yang ditandai dengan sisa-sisa beberapa puntung rokok dan bau alkohol menyengat di pojokan tempatnya berada saat ini. Untungnya mereka sekarang tidak di sini, mungkin sedang berada di sudut gedung sekolah lain yang jarang terjamah manusia.

Hati Maya berkecamuk tak karuan, merenungi perjalanan hidupnya dari awal hingga hari ini. Rasanya tak pernah menuai bahagia.

Sejumlah pertanyaan berjubel dalam benak ...

Mengapa kebahagiaan enggan menghampiri?

Mengapa selalu saja rasa sakit hati yang menghinggapi?

Haruskah hidup sesulit ini?

Apa semua ini akan berlangsung sampai dia mati?

Matanya memejam untuk meredam kelam dalam hati. Namun, sejurus kemudian ia memutuskan menyeka air mata. Gadis metropolitan itu lelah merenungi nasib, sekarang bukan saatnya menyerah.

Jika Mama tak peduli, maka ia pun juga tidak akan lagi peduli.

Papa tidak mungkin selamanya mendekam di penjara, beberapa tahun lagi pasti akan bebas.

Jaka belum mati, masih ada harapan untuk sembuh. Meski entah berapa persen.

Menurut artikel yang baru saja dia browsing, kanker darah membutuhkan perawatan intensif agar si penderita dapat bertahan hidup lama. Jaka hanya perlu dirawat.

Ia mengangguk yakin. Kedua tangannya terkepal kuat-kuat.

Apa pun kutukan yang diberikan Tuhan, Maya tidak boleh menyerah, harus tetap optimis.

Seperti yang selalu Jaka lakukan demi dirinya. Kini dia pun harus melakukan apa pun demi kesembuhan Jaka. Apa pun!

Tapi apa?

Kepala Maya kembali tertunduk dengan helaan napas sedih. Optimis itu menguap hilang.

Apa yang bisa ia lakukan untuk menolong Jaka?

Menjadi seorang Dj, jelas-jelas terbukti gagal. Tidak mungkin juga dia kembali ke diskotik itu untuk melamar pekerjaan selain sebagai Dj.

Mungkin Tony bisa membantu mencarikan pekerjaan yang lain.

My JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang