Bab 16. Cuma Sepupu

5K 724 109
                                    

Jaka dan Maya itu sepupuan.

Tapi bikin Iman dan Rohim kegerahan. Pasalnya ...

Pagi Hari, waktu upacara bendera di lapangan.

Kepala sekolah berkhotbah tanpa koma dan titik. Maya lelah berdiri di bawah terik sinar matahari. Malesin banget!

Melirik Jaka masih berdiri tegak di sampingnya dengan sikap istirahat, Maya merebahkan kepala di pundak pemuda itu.

"Berdiri yang bener," tegur Jaka tanpa menolehkan kepala, hanya matanya yang melirik kepala Maya.

"Capek. Lama banget si Mukidi ceramah. Kakiku udah pegel, mana panas lagi." Maya mengusap peluh di leher tanpa memindahkan kepala dari bahu Jaka.

Jaka hanya diam, tidak menanggapi keluhan Maya, namun juga tidak menolak sandaran kepala di bahunya.

Cewek metropolitan itu menegakkan kepala untuk melongok wajah tampan sepupunya.

Hening.

"Apa?" Jaka merasa terganggu dilihat Maya terang-terangan seperti ini.

"Kamu nggak ada tanda-tanda mau mimisan gitu? Kalau iya, bisa kuantar ke UKS, biar kita bisa tiduran di sana."

Pletak!

Maya mengaduh ketika satu jitakan Jaka mengenai kepalanya.

Beberapa murid menoleh ke arah mereka dengan tatapan tak suka.

"Sakit!" Maya berbisik kesal.

"Jangan nyumpahin aku mimisan."

Maya manyun, "Aku nggak nyumpahin, cuma nanya. Galak amat, sih." Strateginya bolos upacara gagal.

Maya kembali menempelkan kepala di bahu Jaka, "Sakit," Tangannya mengusap bagian yang dijitak.

"Maaf." Jaka ikut mengusap kepala Maya dengan penuh penyesalan.

Tertegun melihat interaksi dua sepupu itu, Iman dan Rohim berdesis miris, "Astaghfirullohal'adzim. "

*****

Siang hari, waktu istirahat di kantin.

Jaka dan Maya duduk berhadapan. Sedangkan Iman dan Rohim duduk di bangku belakang.

"Ck!" Maya berdecak kesal dengan wajah serius.

Jaka mendongak dari mangkok bakso, menatap sepupunya.

"Ini bakso nggak mau dimakan apa, ya? Susah banget ditusuk." Garpu Maya mengejar bakso yang berlarian di tengah kuah.

"Mana, sini." Tangan kanan Jaka terulur mengambil mangkok milik Maya, menusuk lalu mengiris bakso itu menjadi potongan kecil-kecil.

Maya senang ketika mangkoknya dikembalikan, "Makasih."

Setelah itu tidak ada masalah. Mereka kembali memakan bakso dengan tenang.

Sampai ketika Maya bersin dan kuah bakso muncrat di wajahnya, "Mataku! Pedes!"

Jaka berdecak malas, "Elah. Ribet amat makan bakso dari tadi."

Maya menginjak kaki Jaka, "Ini serius perih banget! Nggak bisa melek, matakuu!"

Jaka berdesis kesakitan mengusap kaki, terpaksa berdiri, lalu berpindah tempat duduk di samping Maya.

"Jangan dikucek, nanti iritasi." Pemuda itu mengambil tisu dari atas meja, membasahinya dengan air mineral milik Maya, lalu diusapkan perlahan ke mata gadis itu, "Diem dulu, jangan gerak."

Maya tidak bergerak, mematuhi perintah Jaka. Jarak mereka hanya sekitar 15 sentimeter. Maya bahkan bisa merasakan napas hangat Jaka. Jantungnya berdebar.

My JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang