(26) Pertanda dan Dugaan

4.5K 414 1
                                    

Hati dan tanganku ingin segera meraih minuman yang disodorkan anak itu. Tangan ini sudah terangkat dan tepat berada di sisi gelas, tinggal memajukannya sedikit, lalu menggenggamnya, dan cairan cokelat itu akan segera meluncur mulus dalam tenggorokanku. Sayang, otakku tidak juga menginstruksikan gerak lanjutan ke saraf tangan. Aku hanya diam dengan tangan terangkat, seperti orang bodoh.

“Ini dari Om Ganteng, buat Teteh. Katanya, kasihan lihat Teteh kepanasan. Ini, Teh!”

Setelah memastikan minuman itu selamat dalam genggamanku, anak itu segera berlari. Aku masih bergeming dengan mata membelalak dan mulut terbuka, memperhatikan punggung bocah kecil itu menghilang di tikungan.

Suara klakson mobil melengkapi tingkah konyolku. Aku kaget bukan main, sampai minuman yang kupegang, terlempar. Untung saja, aku berhasil menangkapnya lagi. Kaca samping mobil itu turun, aku sedikit menunduk untuk melihat pengemudi sialan yang barusan mengejutkanku. Wajah Messi dengan senyum lebar menyambutku. Dia memberikan kode untuk masuk ke mobil. Sambil bersungut-sungut, aku membuka pintu mobil dan melempar bokongku begitu saja. Messi terus terkekeh.

“Nih!” ucap Messi saat menyodorkan selembar kuitansi.

“Apaan?” tanyaku bingung, saat melihat kertas itu.

“Dodol! Tanda terima sewa mobil. Itu ada namanya. Jelas pake banget. Gue minta dia nulis pake huruf kapital. Gue bilang kalau bos gue sudah tua dan bisa bacanya huruf besar doang.”

Aku membolak-balik kertas yang diberikan Messi. Itu hanya kuitansi biasa, yang menerangkan telah menerima pembayaran tiga ratus ribu, dengan menjaminkan KTP dan kartu NPWP. Bedanya, ada stempel Widjaya Rental di samping tanda tangan penerima.

“Lo dikasih ini doang?” tanyaku.

Messi yang sedang mengemudi, beberapa kali menoleh ke arahku dengan muka bingung, sebelum akhirnya dia mengangguk. “Kenapa, sih? Ada yang beda?” katanya sembari menyelidik kuitansi di tanganku.

“Woi! Lihat jalan!” pekikku ketika laju mobil sedikit berpindah lajur. Messi dengan sigap mengatur kemudi hingga mobil kembali ke lajur semula. “Parah, lo! Gue nggak mau mati sekarang, kan belum kawin.”

Messi tidak menghiraukan protesku. Sekarang dia malah menyambar minuman yang kupegang dan tanpa permisi atau merasa bersalah, dia menyedot dengan rakus isinya. Lagi-lagi aku hanya menganga dan menelan ludah lagi. Ada perasaan aneh yang kurasa saat minuman itu direbut gitu saja.

“Enak nih, minumannya. Dari siapa?” tanyanya dan terus menyeruput cokelat dingin itu.

Seperti orang kesetanan, aku merebut kembali minuman itu dari tangannya. Sedotan besar yang menempel di bibir Messi, mengucurkan cairan berwarna cokelat yang meleleh ke celananya. Dia berteriak, mengumpat, lalu melempar sedotan itu ke tubuhku. Messi mengambil beberapa lembar tisu dari dashboard dan menempelkan ke celana denimnya.

Aku tidak menghiraukan Messi yang masih mengoceh. Aku terus mengisap minuman yang sedari awal diperuntukan bagiku, sambil memperhatikan lalu lintas dari jendela samping. Aku mengulum senyum saat teringat ucapanku sebelum bocah itu datang. “Tunggu! Omongan itu doa, dan janji adalah hutang. Jadi, karena doa gue terkabul, gue harus tepati janji, dong?” aku berhenti menyedot es cokelat yang begitu nikmat melintasi setiap centi tenggorokanku. “Masa gue kudu macarin anak kecil? Gue juga nggak tahu dia siapa?” gumamku.

Tiba-tiba keningku menghantam jendela samping, seperti terdorong sesuatu. Aku menoleh ke Messi dengan muka garang.

Sorry. Sorry. Kekencangan, ya? Abis dari tadi lo ngoceh sendirian aja. Baca mantra apaan sih? Doa, janji, hutang, anak kecil, pacar, terus apalagi tuh,” tutur Messi.

Messi mendesakku untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Meski sedikit malu, aku tetap menurutinya. Katanya itu pertanda buatku. Ya ampun! Di zaman sekarang masih saja ada orang yang percaya begituan. Messi juga tanya siapa kira-kira Om Ganteng yang suruh anak itu. entah kenapa, orang yang melintas di kepalaku itu ... Juna.

================================

Udah cukup atau lagi?

Sudah kuduga, nggak bakal ada yang jawab. Wong update pagi buta begini.

Demi memenuhi tanggung jawab, aku lanjut sampai sesuai tanggal.

Ya Tuhan! Berilah pembaca ini ganjaran yang baik, jika mereka memberikan vote. Karena yang mereka lakukan itu baik juga. Aamiin.

Lanjut lagi, kitaaa.

-San Hanna-

LOVAUDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang