44 | Permutasi (part 1)

1.1K 195 43
                                    


[Leinburg, Ares | 21 Februari Z-10]

"Makan malam datang!"

Arvin menjerit heboh, mengabaikan televisi tua di ruang tengah, melewati perapian, dan menyambut suara Ayah. Averus tertawa sambil mencium pipi putranya yang melompat gesit ke dada seperti petasan tikus. Saat itulah Immata mendekat dan mengamati suaminya dengan raut lega setengah khawatir. Bungkusan kotak dingin yang ditali rafia dia terima dengan tanda tanya. Sedangkan Averus hanya memandang istrinya itu sembari tersenyum, mengelus punggung Arvin.

Malam ini belalang dan katak bersuara lirih. Barangkali menggigil karena salju semakin lebat. Api berkobar, saat Averus menambahkan beberapa batu bara, dan Immata selesai menghangatkan pizza. Ketiganya menghabiskan delapan potongan besar beserta kudapan lain sampai kenyang, diselingi dengan kelakar lepas dan tawa yang bertubi-tubi. Pesta sederhana itu berakhir dengan keheningan di dapur, saat Arvin sudah terlelap di balik selimutnya. Dalam diam, Immata mencuci piring dan pisau, sementara Averus mengambil botol wiski yang tinggal beberapa teguk dari kulkas. Pria itu menuangnya dalam gelas kecil.

"Apa yang kau dapatkan dari Stenver?" tukas Immata, meniriskan alat makan.

Averus menelan alkohol itu, seperti mengalirkan paku ke dalam kerongkongannya. Immata bukanlah perempuan yang bodoh. Dia pasti sudah tahu tujuan Averus saat pergi ke kota selama seharian tadi, dan tahu-tahu pulang membawa makanan mewah. Tidak mungkin suaminya menemukan uang di jalan dan membelikannya pizza.

"Ini yang terbaik untuk kita," jawab Averus sambil meletakkan gelas.

Piring terakhir itu setengah dibanting. Dengusan napas Immata terdengar mengeras. "Apa kau sudah lupa, Averus?!" Wanita itu mendekati punggungnya. "Alasan satu-satunya yang kusetujui untuk pindah ke tempat menyedihkan ini adalah Stenver."

"Aku hanya ingin menyelamatkan kalian." Saat berbalik badan, Averus tahu Immata akan membuang muka ke arah jendela.

"Ini adalah usaha bunuh diri." Mata Immata terlihat berkaca-kaca. "Jika kau pergi hanya karena mengejar harta, lebih baik kita berpisah saja."

Pria itu lantas menggamit rahang tirus istrinya, seraya merundukkan badan. Jemari Averus menyelisik rambut hitam Immata yang tergerai ke samping. "Percayalah, aku akan segera menyelesaikan urusan ini," ucap Averus sambil mengecup bibir istrinya dengan lembut. Siluet keduanya bersatu di hadapan langit malam yang berpendar di sela-sela terali.

 Siluet keduanya bersatu di hadapan langit malam yang berpendar di sela-sela terali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<<<>>>

[Distrik Khusus Pasithea Utara, Soteria | 22 Februari Z-10]

[Distrik Khusus Pasithea Utara, Soteria | 22 Februari Z-10]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEXAGON [2] | Singularitas Hitam Putih ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang