38 | La Guerra de Guerrillas (part 7)

1.1K 235 38
                                    

Maafin yah, proyek ini jadi agak terbelakang. Revisi Hx-1 cukup menyita waktu rupanya, belum lagi kadang-kadang kesamber duluan sama Conspirare dan Et Medicina. Wuahaha *siapa juga yang suruh bikin work baru*

Without further ado, ini dia part terakhir La Guerra. Selamat membaca

<<<>>>

"Olivia tidak mungkin melakukannya. Bukan hanya sekali dia bilang padaku kalau Hexagon tidak boleh dijadikan senjata."

Hans berhenti tiba-tiba. Baginya, ocehan Cedric terdengar seperti anak remaja yang tidak mampu berpikir kritis. "Siapa saja bisa berubah pikiran. Bukti permulaannya sudah cukup, Cedric. Mutasi genetik dan kesaksian John Stuart, serta fakta bahwa Olivia bekerja untuk pemerintahan Qabus, kita perlu membawanya ke sini untuk dimintai keterangan. Syukur kalau bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama."

Cedric hanya bisa mengulum bibir.

"Lagi pula kamu bisa temu kangen dengan mantan pacarmu itu."

Hans segera melanjutkan perjalanan menuju lantai atas. Sementara lawan bicaranya masih terpaku di depan lift. Kalau sudah begini, Cedric hanya bisa menuruti titah sang menteri pertahanan, meski jabatannya sendiri lebih tinggi.

Tak berselang lama, seorang ajudan menghadap. "King Adras berkehendak menemui Anda di rumah besar, Sire."

Cedric mendesis, sedikit kesal, sambil mengangkat kedua alis. Kenapa menjadi perdana menteri harus pontang-panting begini?

Sejalan dengan hal itu, Olivia merapikan kelopak bunga lili putih yang ia masukkan ke dalam gelas tinggi berisi air. Sebuah foto bersandar di belakang gelas. Olivia menarik napas, tersenyum sejenak sambil merapatkan pelupuk mata. Semoga Daniel tenang di alam sana.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Di ketukan kedua, Olivia baru pergi meninggalkan lemari pendek. Cahaya matahari yang terang di belakang sana membuat wajah Greg hampir tidak kelihatan. Di teras, pria itu tersenyum membawakan karangan bunga.

"Aku tahu ini alamatmu, jadi aku memilih untuk mengantarnya." Sebuah kertas karton kecil bertuliskan St. Cloverland no. 391 ia tunjukkan.

Olivia sangat senang menerima buket penjalin berisi mawar merah jambu, gerbera kuning, dan carnation putih, lantas mempersilakan Greg masuk.

Pria itu melepas topi dan sepatunya, mengamati rumah Olivia yang bersih dan sangat rapi. Dinding putih bermotif floral, beberapa pigura kotak dan ambalan kayu minimalis, kursi sudut bundar warna biru pastel, dan karpet beledu di bawah meja kaca. Tidak heran kalau kolaborasi dua penghuni perempuan akan menciptakan rumah yang secantik ini. Greg jadi merasa tank top hitam dan celana abu-abu cekaknya sangat tidak cocok berada di sini.

Belum sampai Olivia meletakkan keranjang bunga di belakang, ia buru-buru ke depan lagi. "Oh, aku jadi kepikiran. Kalau tidak ada acara nanti malam, kamu bisa menemaniku pergi ke rumah Moza mengantar ini. Ia baru saja memiliki putra."

"Moza?"

"Teman dekatku dari Soteria." Olivia pikir bagus juga menyatukan orang-orang yang dikenalnya.

"Anyelir merah pilihan yang tepat kalau begitu." Greg tersenyum mengamati punggung Olivia. Bunga carnation melambangkan cinta ibu dan anak. Olivia nyaris terkejut Greg tahu soal itu.

Tiba-tiba pintu ruang tamu dibuka. Greg menoleh dan menemukan sosok pemudi berambut cokelat diikat ke belakang. Wajahnya yang kusut, menyapa dengan agak terpaksa. Entah kenapa, seragam sekolahnya kotor. Apakah dia baru saja jatuh?

HEXAGON [2] | Singularitas Hitam Putih ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang