Tak selang lama Dio kembali dengan membawa satu kantong plastik putih di tangan kanannya.

"Nih, makan dulu." perintahnya lalu duduk kembali di samping Vira.

Dengan terpaksa Vira membuka roti rasa cokelat itu, lalu mulai memakannya secara perlahan. Rasanya begitu aneh apalagi saat ini Dio terus menatapnya dengan tatapan seolah ingin membunuh.

"Udah."

Vira berniat menyimpan sisa roti yang lumayan banyak itu di nakas. Namun dengan sigap Dio menahannya.

"Abisin."

"Udah kenyang."

"Mau pingsan lagi?"

Vira menggeleng pelan.

"Makanya abisin." perintahnya seolah tidak dapat diganggu gugat.

Vira mendesis pelan, rasanya sangat sulit menolak permintaan cowok itu. "Udah kenyang, Dio."

"Bener?"

"Iya."

"Mau minum obat? Gue tadi bawa paracetamol." tawar Dio menyodorkan satu butir obat padanya.

Vira mengangguk, mengambil obat itu dari tangan Dio. Sebelum meminum obatnya ia kini sedang berusaha membuka botol air mineral yang sangat susah dibuka.

"Kalo nggak bisa itu minta tolong." cetus Dio meraih botol air mineral itu dan membukanya.

"Tolong."

Dio tersenyum tipis. Entah kenapa melihat tingkah Vira akhir-akhir ini membuatnya jadi gemas sendiri.

"Oh iya, kacamata aku mana?"

"Apa?"

"Kacamata aku mana?"

Dio menggaruk belakang telinganya, pertanyaan yang dilontarkan Vira membuatnya bingung harus menjawab apa. Jelas-jelas bukan ia yang membawanya ke sini.

"Gue nggak tau."

"Kok nggak tau? Pas bawa aku ke sini udah nggak ada?"

"Iya, udah nggak ada."

Vira memicingkan matanya, "Masa?"

"Beneran. Pas gue bopong udah nggak ada."

"Terus gimana?"

"Nggak tau."

Vira mengerucutkan bibirnya kesal. Jika kacamatanya tidak ada lalu bagaimana cara ia belajar? Apalagi Vira duduk di bangku paling belakang, otomatis ia tak dapat melihat jelas tulisan di papan tulis.

"Nanti beli yang baru." ucap Dio saat melihat ekspresi kesal sang pacar. Lagi pula membeli barang baru adalah hal yang mudah untuk ia lakukan.

"Beneran?" tanya Vira berbinar.

Dio mengangkat sebelah alisnya. "Kapan gue bohong?"

"Sering."

"Enak aja."

"Awas kalo bohong."

"Enggaklah. Makanya lo sembuh biar bisa beli kacamata."

Vira tiba-tiba turun dari kasur kabinnya, ia kini bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Ia terlalu bersemangat untuk membeli kacamata baru bersama Dio.

"Aku udah sembuh, sekarang udah nggak pusing lagi."

Dio menggelengkan kepalanya, tertawa pelan. Tak habis pikir melihat kelakuan Vira saat ini.

"Ayo, ke kelas." ajak Vira menarik seragam cowok itu.

"Gue males belajar, gimana kalo kita bolos di sini?"

Out of Script [REVISI]Where stories live. Discover now