11. Fraternity☕

Começar do início
                                        

"Solana ... solanum ... arght!" Cassy merengut kesal pada list nama ilmiah di buku catatannya. Terdampar di jurusan farmasi adalah wujud dari siksa dunia bagi Cassy. Bila saja bukan karena permintaan terakhir mendiang kakeknya, Cassy sudah akan angkat kaki sedari dulu.

"Solanum tuber ... tuber ...."

"Tuberkulosis!" Erva melemparkan bantuan yang membuat ekspresi Cassy berubah seperti orang yang baru saja mendapat zonk setelah menolak seratus juta.

Rama tergelak, mengalihkan perhatian dari game Iruna Online yang dimainkannya sedari tadi. Rama sama sekali tidak tertarik menghapal nama latin tumbuhan yang menjadi bahan kuis untuk kelas Fitokimia besok. Baginya, mengeja rangkaian konsonan dan vokal yang disusun secara tidak manusiawi itu sama saja dengan mendzolimi diri sendiri, perbuatan yang tidak dibenarkan dalam agama dan kemanusiaan.

Ditambah, fonem berbelit tersebut juga bisa mengganggu fungsi korespondensi lidah--yang untungnya meski secara teknis merupakan otot, tidak pernah mengalami keseleo secara harfiah. Pertolongan pertama macam apa yang bisa diberikan untuk lidah yang terserang pegal linu? Diolesi counterpain krim atau ditempeli patch koyo cabe? Mengerikan!

Lagipula, ini Indonesia. Bukan Olympus ataupun Atlantis. Untuk apa repot-repot mengadopsi aksen dari negara yang identik dengan mitologinya itu bila kita punya lebih dari enam ratus bahasa daerah warisan leluhur ditambah satu bahasa nasional pemersatu bangsa? Orang tidak nasionalis mana lagi yang dengan mudahnya termakan propaganda literal dunia barat tersebut?

Rama tersadar dari serangkaian pembenaran yang telah disusunnya sedemikian rupa saat Edward, Rean, dan Chelia masuk ke ruangan dan ikut bergabung. Mereka bertiga tampak muram, terutama Chelia.

Sejak masalah "sepatu" kemarin Chelia memang terlihat tidak tenang. Rama tahu Chelia sebenarnya mengetahui sesuatu dan menunggunya bertanya, namun gadis itu memilih bungkam. Berhubung Rama terlalu tahu diri, Rama pikir itu karena Chelia menjaga perasaaannya.

"Kalian kenapa?" tanya Naya pada Edward yang mengatur napasnya. Rean pun mengambil posisi bersandar di kursi dengan kepala mendongak dan mata terpejam.

"Kamu nggak berniat mengkudeta posisiku sebagai ciptaan terkeren di bumi ini, kan?" Rama menyenggol lengan Rean antipati. Bagi Rama, pose Rean itu sangat instagramable, si selebgram itu pun bertekad akan meniru pose tersebut untuk postingannya di masa yang akan datang.

Rean membuka sebelah matanya. "Kudeta?"

"Itu, gayamu!"

Rean menghembuskan napas di udara, yang juga terlihat keren di mata Rama. "Sorry Rama, aku nggak paham dan tidak berniat berdebat."

"Kamu kenapa, Brother? Nggak biasanya kamu yang fit a long day jadi lemah, letih, lesu, dan lunglai begini!"

"Rama! Jangan kumat dulu! Rean itu capek habis angkat aquades 30 liter ke lab kimia!" tegur Edward.

"Gila! 30 liter ke lantai empat? Yang benar saja?!"

"Ya. That damn kak Aldo yang minta, kalau nggak laporan kita nggak mau di-acc!"

"Kita?"

"Aku, Rean, dan Chelia." Edward melirik Rean dan Chelia bergantian.

Prescriptio☕  Onde histórias criam vida. Descubra agora