Sang pria bungkam, melemparkan tali cambuknya ke sembarang arah yang kemudian membentur vas bunga hingga keramik antik tersebut terurai menjadi serpihan porselen abstrak di lantai.
"Kau istriku, selamanya. Aku bisa memaafkan segala kesalahanmu di masa lalu. Tapi anak itu, singkirkan dia dari hadapanku." Pria tersebut berbalik. "Jika tidak, aku yang akan melenyapkannya dengan caraku sendiri," sambungnya kemudian berlalu.
"Ibu ... Rama takut ...." Rama kecil berujar lirih.
Sang ibu mendekap erat putranya. "Jangan takut, Sayang. Ada ibu di sini. Besok kita ke rumah kakeksampai ayah tenang."
"Maafkan Rama karena sudah lahir, Bu. Maafkan Rama sudah buat ibu sedih dan susah." Rama kecil terisak sambil menghapus jejak air mata di wajah ibunya.
"Jangan berkata begitu, Sayang. Rama tidak salah, ibu senang sekali punya anak yang tampan, baik, dan pintar seperti Rama."
"Ibu tidak menganggap Rama pembawa sial?"
"Tentu tidak, Sayang. Rama artinya pembawa kebahagiaan. Suatu saat nanti, Rama yang akan membawa kebahagiaan pada keluarga ini."
Rama kecil terdiam beberapa saat. "Tapi ayah bilang Rama bukan anak ayah. Kakak juga bilang Rama bukan adik kakak lagi. Kenapa bisa begitu, Bu? Kalau Rama bukan anak ayah, bukan adiknya kakak juga, jadi Rama ini siapa?"
Ibu Rama mengggigit bibir, menahan air matanya agar tidak jatuh lagi kemudian mengelus puncak kepala anak bungsunya. "Rama sayang, dengar ibu baik-baik. Rama adalah anak ibu dan akan terus menjadi anak ibu, sampai kapanpun itu."
Rama kecil mengangguk lalu memeluk erat ibunya yang langsung dibalas dengan rengkuhan tak kalah erat oleh sang ibu.
Adapun Rama yang masih menjadi penonton dalam mimpinya sesekali mengusap air mata. Rama melihat ibunya mengobati luka-lukanya, menghiburnya, dan menemaminya sampai terlelap.
"Ibu ...." panggil Rama sayup-sayup.
Seolah mendengar panggilan tersebut, ibunya menoleh. Pandangan mereka menyatu. Rama menatap nanar mata teduh nan menenangkan yang sudah lama tidak dilihatnya itu.
Sang ibu merentangkan kedua tangannya, menyambut Rama. "Kamu sudah besar, Sayang."
"Ibu! Aku rindu! Aku rindu sekali, Bu!"
"Ibu lebih rindu, Sayang." Ibu Rama mengurai pelukannya, menangkup kedua pipi Rama dan menatapnya dalam-dalam. "Rama, anak ibu tersayang. Boleh ibu minta satu hal?"
Rama mengangguk lambat. "Tentu, Bu! Apapun akan Rama berikan untuk Ibu."
Sang ibu tersenyum, membelai rambut Rama yang kini lebih tinggi darinya penuh kasih. "Berjanjilah pada ibu untuk selalu hidup bahagia. Dengan begitu, ibu akan merasa lebih tenang di sini."
Rama tersedu. Tidak kuasa menahan air mata, ia pun menangis sejadi-jadinya dalam dekapan sang ibu.
"Aku berjanji, Bu. Aku berjanji akan selalu hidup bahagia untukmu."
⚛️⚛⚛️⚛️️⚛️
Bahasa Latin--bahasa "mati" nan mematikan. Disebut bahasa "mati" karena tidak lagi diterapkan dalam percakapan sehari-hari. Disebut pula mematikan sebab artikulasinya yang kadang terlampau rumit untuk dirapalkan--setidaknya untuk sebagian besar mahasiswa farmasi.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
11. Fraternity☕
Start from the beginning
