"Shit!"
"Santai Bro, bahumu masih utuh,
tuh!" Rama berusaha terlihat tenang. Dandy adalah orang yang emosinya sangat reaktif, bahkan tidak gentar menyerang Rean dan menudingnya melakukan sabotase.
"Situasi di dalam lumayan kacau,
tuh!" Rama menunjuk ke dalam kelas lewat pintu belakang "Kamu nggak mau masuk?" ajaknya pada Dandy yang sibuk dengan ponselnya, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran.
"Brokoli, eh maksudku Bro, kamu ada masalah?"
Dandy menoleh dan menatap Rama tidak suka. "Bukan urusanmu!" katanya lalu berjalan melewati Rama dengan menghantamkan bahunya keras-keras.
Rama hanya menikmati gaya dorong tersebut tanpa melakukan perlawanan. Dari sudut matanya, Rama bisa melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut begitu Dandy kembali mengulangi panggilannya yang tak kunjung mendapat jawaban.
Bertengkar sama pacar, toh! Pantas saja lebih sensi daripada cewek PMS yang lagi puasa!
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Rean dan Edward dikejutkan oleh sebuah tepukan di pundak mereka. "Pagi menjelang siang bruder-bruderku." Rama muncul dengan senyum yang dibuat sekeren mungkin lalu duduk di bangku kosong dekat keduanya.
Baik Rean maupun Edward sama terkejutnya. "Masuk lewat mana, kamu?" tanya Edward berbisik.
"Lewat pintu, lah! Kamu kira aku ninja bisa lewat cerobong asap."
"Memang ninja masuk lewat cerobong asap?"
"Ya, mana aku tahu! Aku kan, bukan ninja!"
Edward mendengus kesal kemudian berbalik. Rean melakukan hal yang sama. Pintu pengaman besi di belakang terbuka. Rama memanfaatkan kegaduhan kelas untuk menyelinap masuk.
Edward menatap jengah pada Rama yang tersenyum-senyum sendiri. "Habis dari mana kamu? Kenapa kelihatan senang begitu?"
Rama hanya tertawa. "Btw, tumben kok bisa rame di kelas si kakek kura-kura itu?" tanyanya dengan mata tertuju pada Prof. Attar yang sedang berceloteh memberi petuah akan pentingnya disiplin waktu.
"Erva buat masalah, tapi kocak benget. Serius! Nanti aku cerita!" Edward terkikik.
Rama menyengir, Erva memang
sekutunya dalam berbuat kekacauan. "Eh, ini kuliah obat herbal?"
"Bukan, ini Fitokimia," tegas Rean.
"Terus kenapa banyak sarang lebah di atas?" Rama menunjuk papan tulis yang dipenuhi struktur metabolit sekunder tanaman.
Edward mendesis. "Sarang lebah matamu! Itu steroid tahu!"
"Hah? Yang di luar angkasa itu?"
Rean dan Edward kompak menjitak kepala Rama. "Itu asteroid!"
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Edward mengetuk-ngetuk meja dengan gemas. Sesuai hasil rapat, malam itu akan diadakan musyawarah himpunan tetapi Dandy selaku ketua HMJ belum juga menampakkan ujung rambut kribonya, padahal Edward sudah berusaha bersikap netral setelah masalah yang dibuatnya dengan Rean tempo hari.
"Ed, kalau sepuluh menit lagi Dandy belum datang, mulai saja acaranya. Para senior di luar mulai rusuh!" Rumy berbisik pada Edward.
Edward mengangguk. "Beri tahu
divisi konsumsi untuk menyiapkan cemilan tambahan."
Lewat sepuluh menit, Dandy tak kunjung memberikan kepastian
akan hadir. Edward yang baru selesai mengetes microfon dibuat heran dengan peserta sidang yang mendadak menjadi gaduh.
"Ada apa?" Edward bertanya pada
Rumy berjalan ke arahnya dengan air muka tegang.
"Kamu kenal perempuan ini, kan?" Rumy menyodorkan ponselnya.
Edward memicingkan matanya saat menatap layar dengan kecerahan penuh tersebut. "Pacarnya Dandy, bukan? Mahasiswi jurusan psikologi itu."
Rumy mengangguk dengan ekspresi kecut. "Dia stress berat dan menelan beberapa obat tidur sekaligus."
Edward tercekat. "Jangan bilang kalau dia ...?"
Rumy menghela napas berat
sambil memejamkan mata. "Dia tidak bisa bangun lagi."
☕☕☕
TBC
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
04. Ethernal Lethargia ☕
Start from the beginning
