04. Ethernal Lethargia ☕

Start from the beginning
                                        

Erva kontan mengamati penampilannya, sepatu dengan tali tidak diikat, rok yang baru diambil dari jemuran, dan kemeja kusut yang ditarik asal dari tumpukan pakaian yang belum sempat diipat. Apa yang klasik coba?

"Jangan bilang kamu belum mandi dan berani masuk ke kelas saya!"

Erva terkesiap. "Tidak kok, Pak! Saya habis mandi tapi cuma seember. Saya kan harus hemat air, sekarang sumber air sudah jauh."

Suasana kelas mendadak bergemuruh. Erva bisa melihat Chelia dan Cassy yang menatapnya khawatir sedang Naya menghela napas berulang kali. Edward dan Rean di barisan paling belakang hanya bisa geleng-geleng kepala, sementara teman-temannya yang lain tertunduk dengan bahu berguncang.

Kenapa? Apa salahnya menghemat
air? Orang-orang jaman sekarang memang sudah tidak peduli lingkungan!

Prof. Attar memutar badan menghadap pada Cassy. "Kamu!" tunjuknya. "Silahkan duduk!"

Cassy yang baru menghapal tiga suku kata dari dua baris nama senyawa yang dituliskan Chelia mematung beberapa detik sebelum akhirnya duduk kembali saat ditarik Naya. Cassy masih belum percaya, rasanya seperti selamat dari terkaman pelahap maut.

Prof. Attar kembali pada Erva. "Sekarang kamu yang tuliskan nama di papan tulis itu!" perintahnya dengan suara lantang sambil melempar spidol ke arah Erva yang tidak berhasil ditangkap dan bergelinding ke bawah meja. Erva menunduk, mencari-cari tapi tidak kunjung ketemu.

"Pakai yang ada di atas meja saja!"

Erva buru-buru bangkit hingga kepalanya terantuk pinggiran
meja. Dengan menggosok-gosok
pelipis sambil meringis, ia menyambar spidol dan menuju papan tulis. Malang, tali sepatunya yang tidak terikat membuatnya tersandung dan terhuyung-huyung. Seluruh penghuni kelas tercekat sebelum Erva menahan tubuhnya yang kurang satu sentimeter lagi menabrak proyektor yang terhubung langsung dengan laptop Prof. Attar.

"Mmm ... saya tulis nama ya, Pak?"

"Kamu mau ikut kelas saya apa tidak, hah?! Saya paling benci mengulang perkataan!"

"Mmm ... nama lengkap, Pak?"

"Lengkap selengkap-lengkapnya!"

Erva menarik napas dalam-dalam lalu mulai menulis di papan tulis.
Begitu membalikkan badan, seisi kelas menjadi riuh-rendah sedangkan Prof. Attar menatapnya murka.

Kenapa? tulisanku jelek, ya?

Prof. Attar berjalan mendekat. "Atas dasar apa kamu menulis
nama itu?!"

Erva memiringkan kepalanya. "Eh, saya juga tidak tahu, Pak. Habis nama itu pemberian kakek saya."

Derai tawa tertahan pun memenuhi ruangan, membuat Erva dilanda kebingungan mendalam.

Prof. Attar menggebrak papan tulis dan mengambil spidol, melingkari sebuah rumus struktur senyawa yang dipenuhi segi enam bertumpuk lalu menatap Erva dengan mata melotot.

"Sepanjang saya belajar dan berkecimpung di bidang kimia, baru kali ini saya tahu ada senyawa dengan nama ERVANA ARYSTIA!"

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now