"Jangan buat aku malu, Rama!"
"Tenang saja Kak, aku akan berakting senatural mungkin."
"Bukan begitu!" Arya mendengus sedang Riva terkikik geli melihatnya frustrasi seperti itu.
"Cobalah belajar dulu, nanti Chelia bantu. Oke?" Riva mengacak rambut Rama.
Lagi-lagi Rama membalas perkataan Riva dengan senyum dan anggukan.
Arya diam-diam merasa kesal. Rama selalu saja bersikap manis dan penurut pada Riva. Berbanding terbalik saat menyikapinya. Arya lalu memutar haluan menghadap Rean yang sibuk menelaah jurnal ilmiah. Sebelumnya mereka berdiskusi tentang pengadaan instrumen analisis sampai ocehan Rama menginterupsi. "Jadi bagaimana, Rean?"
Rean mengalihkan perhatian dari laptopnya. "Kalau masalah bahan, kurasa bisa dicari alternatif lain dengan bahan subtitusi yang lebih murah. Pengadaan instrumen analisis saat ini lebih penting, Kak."
Arya menyangga dagunya dengan sebelah tangan, mempertimbangkan saran Rean.
"Proses praktikum terhambat karena harus menggunakan beberapa instrumen di Fakultas Sains. Penelitian para senior juga terkendala di surat perizinan," sambung Rean lagi.
Arya mengangguk-angguk. Masukan Rean cukup masuk akal. Dalam hati ia mengagumi pandangan Rean yang terbuka.
Rama mendecih. Sejak tadi Arya terus-terus memuji Rean dan Edward bergantian, terutama Rean. Sekarang pun mereka berbincang serius, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.
Rama berdiri, meninggalkan ruang tengah tersebut dengan sedikit menyenggol kaki Arya saat melewatinya.
Edward mengekor di belakang Rama. Namun belum sempurna mereka beranjak, teriakan Erva membuat perhatiannya teralih.
"Rama! Eddy! "
Rama dan Edward spontan mendongak pada Chelia dan Erva yang berlari menuruni tangga.
"Chelia dan Cassy sudah berbaikan!" pekik Erva kegirangan.
"Hah? Secepat itu?" tanya Edward hampir tak percaya. Rean pun ikut bergabung.
Chelia mengangguk semangat. "Berkat bantuan Falak."
"Panggil Fal saja ya, Chelly. Biar lebih keren." Rama meringis.
"Bilang saja kamu takut!" cibir Edward. Blasteran berwajah khas tersebut mengurut dada, bersyukur masalah yang membuat mereka bertiga kemelut semalaman itu berakhir damai dalam waktu singkat.
Setidaknya Edward tidak harus berbaring di rumah sakit sebagai korban tabrak lari Delman yang sedang kritis demi menuruti skenario gila Rama untuk mempertemukan Cassy dan Chelia. Demi Tuhan, Edward berharap hidupnya berakhir dengan damai dan terhormat. Dan lagi, mana ada Delman berkeliaran di tengah kota metropolitan begini?
"Siap-siap duluan saja, Va. Aku beres-beres sebentar." Chelia membuka ponselnya. "Naya bilang akan menyusul nanti."
"Kalian mau ke mana?" Rama, Edward, dan Rean kompak berseru.
Chelia menunjukkan voucer perawatan dari Riva pada ketiganya.
"Kami akan ikut," putus Rean. "Sekarang kasus kejahatan semakin merajalela. Jangan pergi sendiri."
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
20. Praecursor ☕
Start from the beginning
