13. Diagonally☕

Mulai dari awal
                                        

"Cari pembenaran saja!" Naya bersungut.

"Bukan pem-benar-an Cutie, ini ke-benar-an. Imbuhanmu salah. Kamu harus banyak-banyak belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar."

Naya menatap Rama kesal. Ia menjangkau kotak pensil di dekatnya lalu melemparkan benda begitu saja.

Rama mengelus dada begitu berhasil menghindari kotak pensil yang melayang ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Sisi mengerikan dari Naya adalah kebiasaannya melontarkan barang saat emosi. Rama bersaksi, siapapun laki-laki yang akan menjadi pendamping hidup Naya nanti harus terbiasa menyaksikan piring terbang. Dengan niat baik, Rama akan menyarankan padanya untuk membeli piring plastik, atau makan dengan daun pisang saja.

"Buset! Bercanda, Nay! Kamu kok selalu kaku kayak ikan kering kelamaan dijemur begitu, sih?" Rama mengusap pipi bengkaknya yang nyaris menjadi sasaran lemparan maut tersebut.  "Jangan kasar begitu, dong! Mau bebas tes masuk neraka kamu?"

Cassy tidak memedulikan perdebatan antara Rama dan Naya yang selalu ditengahi Chelia dan Rean. Perhatiannya teralihkan pada Erva yang gelisah, air mukanya tampak tegang, alas sepatunya sedari tadi mengetuk-ngetuk lantai dengan konstan.

"Kenapa, Va?" Cassy menekan tombol pause pada drama Korea yang disaksikannya diam-diam.

"Ng-Nggak apa-apa, kok!" Erva tersenyum kecut. Menyembunyikan ponsel yang bergetar di balik saku roknya. Notifikasi beruntun di ponsel yang dalam mode silent  tersebut terus memacu frekuensi denyut jantungnya.

GiordanoOktavianus~
Va, boleh bicara sebentar?

GiodanoOktavianus~
29 missed call

GiordanoOktavianus~
Di depan perpustakaan ya, Va. Kutunggu :)

Erva meneguk ludah. Apa jangan-jangan Gio ingin membalas dendam karena ayat kursi yang kukirimkan kemarin?

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Salah satu tantangan terbesar bagi mahasiswa farmasi di kampus Naya adalah naik-turun tangga. Bagaimana tidak? Ruang kelas kuliahnya berada di lantai dasar gedung utama, sementara lima laboratorium untuk jurusannya terletak di lantai 4 dan 5 gedung yang berseberangan.

Beruntung konstruksi tangga di fakultas mereka sudah dibuat sedemikian rupa mengikuti prinsip bidang miring. Undakan tersebut disusun meliuk-liuk dan melingkar untuk memperkecil hambatan dan usaha yang diperlukan. Sebab berdasarkan perkiraan Rama, bolak-balik naik-turun tangga biasa dengan kemiringan sekitar 40° akan setara dengan mendaki puncak gunung Rinjani.

Naya menuruni anak tangga tersebut dengan terburu, menghindari Gio yang terus menyerangnya dengan sejuta pertanyaan. Tentang Erva.

Naya tidak bisa menampik rasa cemburu dalam hatinya. Di antara empat orang sahabat perempuannya, Naya hanya merasa unggul atas Erva. Chelia titisan dewi Sarasvati jangan ditanya lagi. Cassy meski tidak unggul dalam pelajaran tetap selalu tampil percaya diri, terlebih lagi ia merupakan putri tunggal pejabat pemerintah yang diperlakukan bak tuan putri. Cuma Erva yang menurut Naya di bawah rata-rata. Sangat payah dalam pelajaran, kehidupannya pun sangat sederhana.

Tapi bahkan Gio-cowok yang diam-diam ia sukai lebih tertarik pada Erva ketimbang dirinya? Hidup benar-benar tidak adil!

"Naya!" Gio menahan lengan Naya yang langsung ditepis kasar.

Gio menghentakkan kepala. "Kamu kenapa sih, Nay? Aku buat salah apa padamu? Dies natalis sebentar lagi tapi kamu malah tidak kooperatif begini."

Naya mengabaikan Gio dan terus berjalan mengitari lekukan tangga menuju lantai dasar. Gio segera mempercepat langkah mendahului Naya dan mencegat jalannya.

"Minggir! Nggak usah bawa-bawa Dies natalis segala! Kamu sadar dari tadi bicara tentang apa?"

Gio berpikir sebentar. "Kamu tidak suka aku berbicara tentang Erva?"

Naya memilih bungkam.

"Sumpah, Nay! Aku tahu Erva itu sahabat kamu, tapi aku tidak berniat buruk. Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangnya, apa itu salah? Kalau kamu tidak mau beri tahu, tidak masalah. Tapi tolong jangan marah."

Naya menggigit bibir. Bila perasaan yang paling payah adalah merasa kehilangan untuk sesuatu yang belum pernah dimiliki, maka bagi Naya perasaannya lebih dari sekedar payah. Naya menunduk, mengercapkan matanya beberapa kali. Sedang Gio masih bergeming.

Naya yang mengintip dari celah rambutnya mengerutkan dahi saat mata Gio tiba-tiba membulat. Belum sempat Naya berbalik menuntaskan rasa penasarannya, Gio sudah lebih dulu bertindak.

"Awas!" Gio menarik Naya dan memutar tubuhnya merapat ke tembok sebelum sesosok tubuh yang jatuh berguling dari atas menubruk mereka.

Naya menahan napas, menyaksikan bagaimana tubuh yang meluncur cepat itu membentur tiap undakan lantai tegel, menabrak dinding, dan mengikuti kelokan tangga hingga berhenti saat tembok ruang kelas meredam kinetikanya.

Seketika Naya merasa sesak, seolah jantungnya berhenti memompa darah yang menyuplai oksigen ke paru-paru. Naya memutar kepalanya, menghadap pada Gio yang juga tercegang. Mengapa tiap kali ia bersama Gio, selalu saja ada kejadian tidak menyenangkan yang terjadi di depan matanya?

☕☕☕

TBC

Nah lho, kira-kira siapa yang jatuh dari tangga tadi? Ada yang bisa tebak ? Bisa semua kayaknya 😬😬😬

Terima kasih sudah membaca, berkomentar dan memberi vote
🤗🤗🤗

Prescriptio☕  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang