13. Diagonally☕

Start from the beginning
                                        

Arya melangkah masuk, merebahkan badannya di tempat tidur. Rama memberinya wejangan untuk tidak tidur larut agar tidak kekurangan darah. Bahkan adiknya itu menghadiahkannya senandung potongan lagu raja dandut yang melegenda. Begadang.

Arya menarik salah-satu figura yang bertata rapi di nakas. Potret dan senyum manis ibunya terbingkai di sana. Arya langsung mendekapnya erat.

Di usianya yang sekarang, Arya sudah cukup dewasa untuk mengesampingkan ego dan perasan pribadinya. Arya yakin, ada alasan kuat dibalik ketegasan ibunya untuk mempertahankan Rama dahulu.

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Fokus Edward tidak lepas dari lapisan awan kelabu yang berarak, sesekali terselip kilatan cahaya dari geluduk yang menggetarkan alam di celahnya. Edward mendesah, pikirannya jauh melayang pada setumpuk cucian yang baru dijemurnya pagi tadi.

"Nggak ada sinar matahari lagi," keluhnya.

"Memang kenapa? Kamu bukan tumbuhan hijau yang butuh cahaya matahari buat fotosintesis, Brother. Pohon dan rumput saja nggak protes, tuh!" Rama berujar santai, mengabaikan tatapan kesal Edward, ia kembali meratapi buku tebal yang penuh narasi mengerikan di hadapannya.

Rama mengacak rambutnya frustrasi. Bila ada orang yang kehadirannya bisa dihapuskan dari muka bumi, Rama akan memilih Fessenden bersaudara, penulis yang menjadi dalang dibalik terbitnya buku Kimia Organik yang membuat otaknya cedera.

"Ini tugas atau kasih ibu, sih. Tak terhingga sepanjang masa rasanya." Rama mengerang, menyadari berjam-jam waktunya sudah terbuang sementara belum ada satu soal pun yang benar-benar dikerjakannya dengan tepat.

"Bagaimana mau selesai kalau kamu kerjanya tidak niat begitu!" Edward berujar diplomatis. "Seriuslah sedikit. Kamu mau pak Arya malu kalau nilai semestermu bobrok lagi?"

Rama tidak mengindahkan Edward dan memilih menyandarkan kepalanya di meja. Sekilas ia melirik Chelia dan Rean yang saling mencocokkan jawaban. Perasaannya seringkali terusik melihat keharmonisan mereka berdua saat membahas perihal pelajaran. Sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.

"Chelly, periksa jawabanku, dong!" Rama mengamit lengan Chelia sambil menyerahkan lembar jawabannya.

"Biar aku saja." Rean menarik kertas Rama.

Rama hendak protes, namun Rean sudah lebih dulu menelisik lembar jawabannya dengan dahi tertekuk.

"Kamu mau buat unsur baru?" Rean menatap Rama yang menyengir tanpa dosa.

"Boleh juga, tuh!"

"Serius, Rama! Ini kamu cuma tukar-tukar hurufnya saja!" Rean menunjuk-nunjuk beberapa lambang unsur imajiner yang dituliskan Rama. Unsur baru yang bahkan belum mendapat tempat pada tabel periodik. 

"Kamu bilang reaksinya bolak-balik, ya aku bolak-balikkan saja semuanya!"

Chelia menarik napas dalam-dalam. "Rama, kamu harus belajar. Sudah dekat MID semester."

Rama beralih pada Chelia di sebelahnya. "Aku sudah berusaha Sweetheart, tapi materi ikatan kimia ini tidak ada yang bisa masuk di kepalaku. Kamu mau lihat aku depresi?"

Chelia refleks menggeleng kuat.

Rama bangkit dan merentangkan tangannya, menyambut terpaan angin yang sejuk.

"Tidak bisakah kita hidup lebih tenang dengan tidak mengurusi masalah persenyawaan kimia di alam? Toh, kita juga masih bisa bernapas tanpa tahu kalau oksigen itu terdiri atas dua atom O yang dihubungkan dengan ikatan kovalen sigma dan pi." Rama mengambil napas sebentar. "Ikatan persaudaraanku saja sudah rumit, sekarang aku harus belajar ikatan molekul lagi? Cobaan macam apa ini!"

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now