14.LMLY(Sabar)

82.8K 4.9K 71
                                    

Dan sekarang mau tidak mau Faizha harus mengantarkan Zahra ketempat dia mengikuti kajian yaitu kemasjid An-Nur yang mana di situ tempat Erina mengajar. Wajar jika Faizha sedikit tidak suka, Faizha pun wanita biasa bukan wanita sholeha yang tidak akan sakit hati mengetahui ini semua. Tentang Erina dan Arga. Memang Faizha belum mengetahui keseluruhan kebenaranya bukan Faizha ingin bersuudzon tapi namanya seorang wanita, siapa yang tidak akan sakit hati. Dan ya Faizha belum siap untuk bertemu dengan Erina lagi.

"Kakak nggak ikut masuk?" Tanya Zahra. Yang melihat Faizha masih duduk di dalam mobil sambil melamun.

"Eh iya." Faizha tersadar dari lamuannya dan menatap Zahra yang kini berdiiri di samping jendela mobil.

"Kakak nggak ikut masuk?" Ulang Zahra.

"Ah kakak tunggu di sini aja ya." Faizha belum siap harus bertemu dengan Erina. Sungguh.

"Ayo dong kak ikut kajian." paksa Zahra kini zahra sudah membuka pintu Mobil dan menarik tangan Faizha agar mengikutinya.

"Ah iya-iya Zah."

Terpaksa Faizha harus ikut bersama Zahra. Faizha mengela nafas berat. Harus kuat faizha mengutkan dirinya sendiri. Mungkin jika Faizha tidak bisa mengontrol emosi sudah Faizha labrak Erina dan itu akan membuatnya di cap buruk. Dan menjatuhkannya bukan malah memperbaki semuanya.

"Eh mbak putri, Assalamualaikum." Sapa Erina yang melihat Faizha.

"Walaikumsalam." jawab Faizha dan Zahra serempak.

"Kok Mbak Erina pangil kakak putri sih?" Bisik zahra pada Faizha.

"Nggak papa kakak suka aja," jawab Faizha Asal. Yang sebenarnya membuat Zahara mengerutkan keningnya. Bukanya sedari kecil Faizha tidak suka jika di pangil putri?.

"Mbak putri ini siapanya Zahra ya?" Tanya Erina.

"Saya kakaknya Zahra."

"Oh iya."

"Ya udah sudah jam segini juga mending langsung kita mulai ya. Ayo mbak putri," ajak Erina pada Faizha. Faizha hanya menganguk dan mengituki Erina.

Faizha mengikuti pengajian dengan khusyu mendengarkan ceramah yang di bawakan Erina dengan Anteng. Erina kali ini membahas ceramah bertemakan Sabar. Sungguh saat ini Faizha tertegun melihat senyum tulus dari bibir wanita yang menurutnya adalah wanita baik dan kuat ini. Sedikit Faizha meruntuki dirinya karena mungkin dia sudah terlalu berzuudzon pada Erina gadis baik di depanya ini.

"Sekarang siapa yang mau bertanya?" Tanya Erina pada peserya kajian yang sedari tadi mendengarkan dan menyimak ceramah yang di bawaknya.

"Boleh saya bertanya?" Faizha mengacungkan jari. Semua orang menatap Faizha saat ini.

Erina menganguk dan tersenyum "silahkan mbak kalo Mbak putri ingin bertanya?" Erina mempersilahkan Faizha bertanaya.

"Bagaiman cara kita bersabar. Saat ini susah sekali rasanya bersabar?" Tanya Faizha.

"Begini mbak Putri. Memang sabar itu susah banget ya. Tapi bisa di coba kok mbak. Kita sering-sering istigfar saja mbak jika ada masalah atau ada ujian. Atau sering bersyukur saja. Anggap saja jika mbak di beri ujian tandanya Allah sayang. Anggap saja jika ada yang memandang buruk Mbak atau mencemooh mbak anggap saja dosa kita berkurang mbak." jelas Erina dengan senyum di bibirnya.

Lagi-lagi Faizha hanya terdiam mencerna penjelasan Erina. Faizha memang sangat sulit mengontrol emosinya kadang emosinya pun masih suka naik turun. Bahkan Faizha itu termasuk orang yang paling gampang mengekspresikan emosinya. Jika Faizha tidak suka biasanya akan marah-marah atau mengerutu. Tapi tetap Faizha tak pernah menunjukan kemarahanya kadang hanya memendamnya dan membuatnya sesak sendiri. Dan ya Faizha termasuk orang yang kurang bersyukur Faizha membenarkan itu. Mungkin dirinya tak sabaran dan kurang bersyukur atas apa yang telah di milikinya.

"Trimakasih ya Er," ucap Faizha sambil tersenyum tipis.

"Sama-sama mbak Putri."

"Apa kah masih ada yang mau bertanya?" Tanya Erina. Semua yang sedari tadi mendengarkan cermah hanya mengelang.

"Jika sudah tidak ada yang bertanga pengajian kali ini saya tutup semoga yang saya sampaikan tadi bermanfaat ya saya akhiri wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu," ucap Erina sambil menutup buku di depanya.

"Wakalaikumusalam warohmatullahi wabarokatu," jawab serempak orang-orang di sana. Setelah itu beberapa orang nampak meninggalkan masjid setelah bersalam salaman. Tidak dengan Faisha-faizha masih duduk di tempatnya tanpa berniat meninggalkan tempat.

"Ayo dong kak pulang," ajak Zahra sambil mengoyang-goyangkan bahu Faizha.

"Ah iya iya," ucap Faizha gelagapan dan langsung berdiri dari duduknya.

"Loh mbak Putri, Zahra. Kok belum pulang?" Tanya Erina yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping zahra.

"Eh, Er. Ini baru mau pulang," ucap Faizha dan Erina hanya menganguk mengiyakan.

"Pulang bareng yuk Er," Lanjut Faizha.

"Ah kok aku ngerepotin Mbak terus sih," ucap Erina tak enak hati.

"Ah nggak papa ayok," Ajak Faizha menyakinkan. Erina hanya menganguk.

***

Setelah mengantar Erina. Faizha menyetir dengan terus melamun.

"Kak kalo nyetir jagan sambil ngelamun dong bahaya tau," ujar Zahra sambil menyengol lengan Faizha. Zahra sedikit ngeri melihat kakaknya menyetir dengan terus melamun. Takut menabrak.

"Ah iya maaf." Faizha tersadar dan langsung memfokuskan tatapanya kedepan.

"Kakak kenapa sih. Ngelamun terus?"tanya Zahra penasaran.

"Kakak salut sama Erina zah. Dia walaupun ya bisa di bilang nggak sempurana begitu masih bisa sabar ya," ucap Faizha sambil menatap jalan tapi pikirannya masih melayang Senyum Erina berpuatar di otaknya. Wanita sebaik Erina. Faizha baru sekarang bertemu dengan wanita baik, kuat dan setegar Erina. Padahal Faizha tau bagaiman beratnya hidup Erina. Tapi lagi-lagi pikiranya melayang. Apa hubungan Erina dengan Arga suaminya. Kenapa Faizha belum juga mendapatkan jawabanya. Untuk saat ini rasanya bisa di bilang cemburu pada Erina sedikit demi sedikit berkurang. Faizha tak mau berzuudzon pada wanita yang dia tau wanita itu baik seperti Erina.

"Ah iya kak. Mbak Erina kasian banget. Tapi zahra kagum sama mbak Erina," ucap Zahra sambil tersenyum.

"Kakak tau nggak. Mbak Erina kasian deh. Mbak Farah bilang mbak Erina dulu pernah hampir menikah tapi Sayang calonya pergi. Dan buruknya lagi mbak Erina mengalami kecelakaan. Tapi Mbak Erina tak pernah membahas kejadian itu. Kakak tau kenapa. Ah sudah lah. Aku nggak berhak cerita ini," ucap Zahra mengantung yang membuat Faizha semakin penasaran.

"Kenapa Zah?" Tanya Faizha semakin penasaran mendengar ucapan adiknya yang menurutnya sangat mengantung.

"Ah nggak kok kak," jawab Zahara membuat Faizha semakin menyerit penasaran.

---TBC---

MAAFKAN TYPO

Ada yang nunggu nggak?

Tambah penasaran atau tambah bosen?

Let Me Love You (Complete✔)Where stories live. Discover now