21 - Gak tahan

64.5K 4.3K 162
                                    

Hari demi hari berlalu. Minggu demi minggu pun beranjak pergi. Bahkan bulan, telah berganti. Ujian telah terlalui. Dan sekarang, anak-anak kelas dua belas sedang menunggu hasil ujian mereka. Setelah diumumkan bahwa tak ada yang tidak lulus, mereka semua bersorak senang. Dan acara coret-menyoret pun terjadi.

Acara itu masih terjadi di lingkungan sekolah. Anak-anak kelas sebelas dan sepuluh hanya menonton, kelak, mereka pun akan merasakan kebahagiaan kakak kelasnya saat ini.

Bumi berlarian menaburkan warna kemana-mana, seraya membawa spidol. Sesekali ia berhenti ke teman yang ia kenali dan meminta mereka untuk menuliskan nama mereka ke bajunya.

Bumi menghentikan langkahnya kala tatapannya bertubrukan dengan seorang cewek dengan baju tak kalah kotornya dengan miliknya. "Zara?"

Zara tersenyum padanya. "Selamat ya!" Zara mengulurkan tangannya, Bumi tersenyum dan menerima uluran itu. Ada sebuah rasa yang mengganjal hatinya kala bersalaman dengan Zara. Seperti... rasa nyaman yang berusaha ia halau.

"Selamat juga!" Ucap Bumi diiringi dengan senyumnya. "Eh iya. Kamu mau nulis nama kamu di baju aku?" Tanyanya antusias.

Zara terkekeh. Ia mengangguk dan mengambil spidol di tangan Bumi. Lantas, menulis namanya di bawah saku baju cowok itu.

"Kok di situ?" Tanya Bumi setelah Zara menjauhkan tubuhnya. Oh, ayolah. Bumi hanya gugup karena sudah lama ia tak berada dalam jarak sedekat itu dengan Zara.

"Itu letak hati kan?" Tanya Zara seolah mengetes Bumi. Bumi mengangguk mengiyakan.

"Itu artinya, aku pernah ada di hati kamu! Jangan pernah lupain aku, lebih tepatnya kita, oke? Meski aku tau, sekarang hati kamu itu bukan buat aku."

Bumi masih diam mencerna ucapan Zara. Lantas, melirik nama Zara di bajunya.

"Eh, sorry! Apa aku terlalu lancang? Maksud aku, bukan jangan lupain kita itu bukan, haduuuh gimana ya jelasinnya?" Nampak jelas dari raut wajah cewek itu bahwa ia merasa tidak enak. Bumi tersenyum dan menggeleng. Ia menangkup wajah manis itu, dan lagi-lagi hatinya merasa ragu. Ragu, pada siapa sebenarnya hati ini ingin berlabuh?

"Bumi?" Panggil Zara karena Bumi malah diam dan melenyapkan senyumnya. Mendengar panggilan dari Zara, Bumi kembali tersenyum.

"Iya, aku ngerti maksud kamu kok. Kenangan kita akan aku ingat, akan aku simpan, meski kita nanti akan punya hidup masing-masing. Kamu adalah cewek yang baik di mata aku," ucap Bumi lalu mengacak pelan rambut Zara. Zara tersenyum tak kalah manisnya. Astaga, apa mereka nampak seperti orang pacaran? Pasti akan ada hati yang hancur setelah ini.

Zara segera mundur beberapa langkah ketika matanya menangkap dua sosok di pinggir lapangan. "Kayaknya aku terlalu deket sama kamu."

Bumi mengikuti arah pandang Zara. Di sana, ada Bulan dan Bintang. Bulan dengan tatapan sendunya, dan Bintang dengan tatapannya yang tak bisa diartikan.

Bumi menyeret pelan Zara agar ikut ke sana. Mau tak mau, Zara mendekati mereka jua.

Bulan tersenyum kikuk. Dia sedih, kenapa mencintai Bumi harus seperih ini?

"Lan, tulis nama lo!" Ucap Bumi seraya memberikan spidol kepada cewek itu.

"O-oh. Dimana?" Tanya Bulan seraya menerima spidol tersebut.

"Di... sini aja!" Ucap Bumi seraya menunjuk logo sekolah di lengan bajunya. Bulan mengernyit, memangnya akan terlihat jika ditulis di sana? Sebelum Bulan mengajukan pertanyaan, Bumi kembali bersuara. "Karena lo adalah alasan gue sekolah. Itulah kenapa nama lo ada di atas logo sekolah, kedudukan lo lebih tinggi dari sekolah." Ucap Bumi dengan senyuman manisnya.

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Where stories live. Discover now