3 - Modus

100K 6.5K 210
                                    

Bumi masih dalam posisi diam saat ini. Ingatan beberapa menit yang lalu terputar seolah layar film di otaknya. Bumi bahkan tak mendengar Zara yang sejak tadi berbicara. Hingga saat Zara menepuk pundak cowok itu, barulah 'film' itu berhenti berputar.

"Eh? Iya Ra? Kenapa?"

Zara tersenyum dan kembali melingkarkan tangannya di perut Bumi. "Anterin makan dulu, ya! Aku laper," ucap Zara agak keras karena takut suaranya teredam helm yang dipakai Bumi.

"Oke. Mau makan dimana?"

"Di tempat biasa. Masih inget?"

Bumi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Yang tentu saja membuat Zara menyunggingkan senyumnya. Cewek itu kembali merebahkan kepalanya di punggung tegap cowok itu yang berbalut jaket berwarna hitam kesayangannya.

...

"Belok kanan apa kiri?" tanya Bintang ketika mereka tiba di perempatan jalan.

"Lurus."

"Gue gak nanya! Gue nanyanya belok kanan apa kiri?"

"Tapi rumah gue lurus aja, gak belok-belok!"

"Emang gue nanya rumah lo dimana?"

"Maksud lo? Lo mau nyulik gue?!" Bulan sudah bersiap untuk turun dari motor, bahkan cewek itu sudah berdiri. Namun, Bintang langsung menancap gas motornya, membuat cewek itu memeluk Bintang secara spontan karena takut terjatuh. Tentu saja tangan Bulan melingkar di perut cowok itu. See? Bintang sedang modus pemirsa.

Jantung Bulan berpacu dua kali lebih cepat. Bukan karena ia sedang jatuh cinta, tapi karena nyawanya hampir saja melayang jika ia tidak cepat merangkul perut Bintang. Dan sial, ia membuat cowok di depan sana senyum-senyum sendiri.

Bulan menarik lagi badannya dari punggung cowok itu. Motor yang memang hanya digas sebanyak satu kali itu masih dalam posisi diam.

"Modus lo ya kardus!" maki Bulan seraya memukul punggung cowok itu berkali-kali.

"Gue gak modus ke lo! Lo nya aja yang meluk-meluk!" jawab Bintang dengan senyumnya yang mengerikan di mata Bulan.

"Ihhhh!!! Itu kan karena lo mau jalanin motornya tadi!"

"Gue cuma gak mau kalo lo turun dari motor ini sebelum sampai di rumah. Lo tenang aja kalik, gak akan gue culik. Enggak ada untungnya juga."

"Bodo amat, gue mau turun aja!" Baru saja Bulan mau berdiri, motor itu kembali berjalan ke arah sebelah kiri, bukan lurus.

Dan untuk kedua kalinya, Bulan memeluk perut Bintang karena terkejut. Namun untuk kali ini, Bintang menahan tangan Bulan yang hendak ditarik empunya. "Pegangan aja, nanti kalo lo jatoh, gue panik, gue gila, gue khawatir, gue ... pokoknya gue gue gue."

Dan Bulan hanya bisa menanggapinya dengan tertawa yang ia tahan. Lagipula, Bintang ada benarnya. Kalau ia tidak pegangan, ia bisa saja terjatuh. Terlebih saat ini ia tidak memakai helm.

"Lo cantik kalo senyum."

Entah kenapa, pipi Bulan tidak bisa diajak kompromi, di saat seperti ini, rona merah itu malah muncul. Membuat senyum Bintang mengembang semakin lebar.

"Gue mau makan, gue minta lo buat nemenin. Dan saat gue suruh lo buat milih mau kemana, lo malah mau turun. Jadi ..."

"Ya ya ya ... tapi jangan lama!"

"Siap bu bos!"

Dan tak butuh waktu lama, motor itu sudah berhenti di parkiran sebuah cafe. Saat keduanya turun, motor berwarna putih di samping mereka membuat keduanya mengernyit.

"Kayak pernah liat," ucap Bintang seraya memutari motor itu.

"Bumi," lirih Bulan membuat Bintang mengingat sang pemilik motor itu dan kapan ia melihatnya. Bintang menatap Bulan lamat-lamat. Raut cewek itu membuat hatinya tak nyaman. Dan jujur, baru kali ini Bintang merasakan hal itu selain ke ibu dan kakak perempuannya.

"Lo mau ikut masuk atau tunggu di sini?"

Bulan menatap Bintang dan menghela napasnya berat. "Tunggu sini aja."

"Oh. Ya udah." Cowok itu melenggang dengan santai menuju ke dalam cafe. Dengan tangan kirinya menggenggam tangan kanan Bulan dan membawa cewek itu untuk ikut masuk.

"Gue bilang mau nunggu di sana."

"Tapi gue gak izinin. Kalau misalkan mereka atau Bumi doang keluar dan ketemu lo, terus terjadi hal yang tidak diinginkan, dan gue masih di dalem, gue gak akan biarin itu terjadi," ucap Bintang dengan santainya dan terus melenggang masuk ke dalam. Entah kenapa, Bulan malah merasa senang. Senang karena ia merasa diperhatikan dan dijaga. Dan perkataan juga perbuatan Bintang barusan, berhasil membuat hatinya menghangat.

Sesampainya di dalam, indra penglihatan Bulan yang jeli langsung menangkap sosok, ralat. Dua sosok yang langsung membuat hatinya kembali hancur. Bintang yang juga melihat pemandangan tak mengenakkan hati itu, langsung berdiri untuk menghalangi pandangan Bulan.

"Jangan harap gue akan biarin lo nyakitin hati lo sendiri," ucap Bintang tajam dan langsung membuat Bulan menunduk. Bintang benar, Bulan hanya menyakiti hatinya sendiri.

"Gue udah pesen makanannya, kita tinggal tunggu di meja itu." Dan Bintang langsung menuntun Bulan ke meja yang ia maksud. Dengan sengaja, Bintang menyuruh Bulan untuk duduk di tempat yang membelakangi tempat Bumi dan Zara.
Bulan memilih untuk memainkan ponselnya, namun otaknya malah merespon hal lain. Yang terputar malah bayangan Bumi yang menemuinya tadi. Lalu, berganti dengan Bumi yang membonceng Zara. Berganti lagi dengan Bumi yang makan bersama dengan Zara. Entah keberapa kalinya, Bulan menghela napasnya berat.

"Lo segitu galaunya ya?" ujar Bintang yang memang sejak tadi masih menatap Bulan lekat. Tangannya ia gunakan untuk memangku wajahnya sendiri.

Tatapan Bulan jatuh pada paper bag yang ia yakini berisi makanan di depan Bintang. "Sejak kapan itu ada di situ?"

"Sejak beberapa menit yang lalu. Dan lo terlalu sibuk dengan pikiran lo untuk menyadarinya."

"Gak jadi dimakan di sini?"

"Enggak. Kasian gue liat muka lo, melas banget. Kayaknya lo butuh istirahat."

"Tapi, katanya lo laper."

"Hati gue lebih penting dari cacing di perut gue."

"Maksud lo?"

"Maksud gue, ayo pulang!" Bintang meraih satu tangan Bulan dan membawa cewek itu keluar.

Sesampainya di parkiran, Bulan celingak-celinguk mencari sesuatu yang sudah Bintang tahu apa itu. "Udah pulang."

"Eh?"

"Ayo naik! Kita pulang juga."

***

Maksudnya, ayo kita pulang!

Yhaaaa masa gak peka sih Lan?

Jangan lupa vote sama comment nya guyss

Instagram: @zkhulfa_
Jangan lupa follow ya, ehe.

Z❤

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant