13 - No problem, babe

80.1K 4.6K 141
                                    

Bulan menatap kosong ke papan tulis. Sejak tadi, pikirannya mengudara ke kejadian tadi pagi. Kenapa? Kenapa ia merasa semuanya tidak adil? Bahkan, Bulan selalu mengikuti keinginan Bayu. Masuk ke jurusan IPA pun, bukan keinginannya. Melainkan keinginan Bayu. Salahkah jika ia minta didengarkan sekali ini saja? Salahkah jika ia ingin melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya saat ini? Salahkah?

Lagi-lagi, Bulan menghela napasnya pelan. Ia menatap angka-angka di papan tulis. Sudut bibirnya terangkat sebelah. "Itu yang Papah inginkan?"

Ya. Menguasai pelajaran IPA dan matematika supaya bisa meneruskan perusahaan papahnya. Itulah yang diinginkan Bayu. Makanya, ia selalu menuntut Bulan untuk menjadi juara satu umum. Apa itu susah? Tentu saja iya.

Bayangkan saja, melakukan sesuatu di luar keinginan itu seperti apa. Sangatlah sulit. Lagi-lagi, helaan napas berat yang terdengar dari mulutnya.

Bel istirahat berbunyi. Alena menatap sahabatnya lekat. Bulan masih diam, bergelut dengan pikirannya dan mengabaikan sekelilingnya.

"Lan?" Alena memegang bahu Bulan, membuat cewek itu terperanjat kaget.

Bulan menoleh ke arah Alena dengan senyumannya yang dipaksakan. "Kenapa, Na?"

"Udah istirahat. Jajan, yuk!"

Bulan menggeleng pelan. "Gue gak laper."

"Ya udah nitip aja. Lo mau makan apa? Biar gue beliin. Lo gak boleh gak makan, nanti lo sakit," ucap Alena sangat khawatir. Bulan sangat berbeda hari ini.

"Anggap aja gue lagi puasa."

"Tapi, lo gak puasa, Bulan!"

"Ya udah beliin gue tempe goreng harga lima ribu sama es teh."

"Nah gitu dong. Lo tunggu sini, ya!"

Bulan mengangguk, lalu ia merogoh tasnya ketika Alena tak lagi terlihat. Ia mengambil laptopnya, lalu membuka sebuah file bernama  'my project' dan membukanya, lantas terdapat dua buah file lagi dengan judul yang berbeda.

'Teruntuk Ayah' dan yang satu lagi tertulis, 'Bumi dan Bulan.' Lantas Bulan tersenyum melihat kedua judul itu. Ini adalah cita-citanya yang sesungguhnya. Menjadi penulis. Bukan menjadi pengusaha yang sibuk sampai sering lupa waktu seperti Bayu.

Bulan menghapus judul 'Bumi dan Bulan' lalu menggantinya menjadi 'Bumi, Bulan, dan Bintang.' Ya, ia dengan sengaja mengganti judulnya. Karena cerita ini menggambarkan kisahnya sejak masuk SMA. Dan Bintang, telah masuk ke dalam kisahnya, menurut Bulan.

Lalu, Bulan menatap sendu file bertuliskan Teruntuk Ayah. Cerita itu sudah lama ia tulis sejak SMP. Namun, sampai sekarang, belum menemukan akhirnya.

Bulan beralih ke website jurnal sekolah mereka. Dia termasuk salah satu pemegang blog tersebut. Mengingat dirinya adalah anggota jurnalistik sejak kelas sepuluh. Di sana, bukan hanya Bulan yang menuangkan pikirannya. Tapi anggota jurnalistik lain juga ikut meramaikan blog tersebut. Jadi, tak heran jika blog itu tak pernah bertemu sepi.

Bulan mengetikkan sesuatu di sana.

Kita menatap langit yang sama
Namun takdir kita berbeda
Harapan kita berbeda
Dan tujuan kita berbeda

Tapi satu yang pasti
Ingin kita semua adalah bahagia
Lantas,
Bagaimana jika bahagia itu direnggut?

Ketika ambisi mengatasnamakan segalanya
Bahagia takkan pernah kau capai

Jalanilah hidup dengan santai
Angkat kopimu, nikmati bersama sang fajar
Ambil senyummu, bersama embun pagi
Jalani harimu tanpa ambisi
Jalani harimu dengan senyuman

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Where stories live. Discover now