19 - I know

68.7K 4.6K 326
                                    

Bulan mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas buku di depannya. Selain bimbingan oleh Aruka, Bulan juga disuruh untuk les privat di malam harinya. Ya, hari minggu bahkan tak lebih menyenangkan dari hari senin bagi Bulan.

"Jadi, kamu udah ngerti, Bulan?" Tanya Erina -guru les Bulan-. Bulan menatap perempuan dengan umur yang terpaut beberapa tahun di atasnya itu dengan datar. Lantas, mengangguk ogah-ogahan. Oh, ayolah! Bulan lelah dengan ini semua! Ia ingin mengistirahatkan otaknya untuk saat ini. Bulan ingin menulis sejenak, karena hanya dengan itu ia bisa kembali merasa nyaman.

"Ya udah, coba kerjakan soal ini," ucapnya seraya menyerahkan selembar kertas dengan angka-angka di dalamnya. Bulan lelah. Sangat malah.

"Mbak, Bulan ngerjainnya besok-besok aja, ya! Udah ngantuk..."

"No! Papah kamu yang minta untuk saya tidak boleh pulang sebelum kamu mengerti, dan saya ragu jika kamu belum menjawab soal dari saya."

"Mbak, aku udah ngerti! Jadi please izinin aku buat istirahat. Aku bukan robot!"

Erina tetap menggeleng tegas. Sial. Bulan bersumpah ingin menampar wajah menyebalkan itu jika di rumah ini tak ada Nia. Dan Bulan merasa beruntung, karena Bayu tidak menikah dengan Erina. Membayangkan dua orang pemaksa itu saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

Bulan mengambil selembar kertas yang tadi diberikan Erina. Lalu, ia mengambil buku juga pulpennya. Baru saja mau mengerjakan, ponselnya berdering sekali menandakan ada chat masuk.

Erina ikut menoleh ke ponsel itu. Bulan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ya, akhirnya, ponselnya diambil secara paksa dan disita sampai jam lesnya selesai. Menyebalkan.

...

Bulan merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Akhirnya... ia terbebas juga dari angka-angka yang memuakkan kepala. Dasar orang-orang ambisi! Rutuknya dalam hati.

Bulan melirik ponselnya, ponsel itu baru diberikan ketika Erina hendak pulang. Memang, Erina adalah manusia termenyebalkan kedua setelah Papahnya sendiri.

Bulan meraih ponsel itu, lantas memencet tombol power. Setelah layar ponsel itu hidup, lima puluh panggilan tak terjawab, dan dua ratus pesan chat dari whatsapp. Bulan sedikit terkejut, pasalnya, baru kali ini ponselnya begitu ramai.

Bulan membuka telepon yang terlewati terlebih dahulu. Hanya ada dua nama yang saling bersaing di layarnya sekarang. Dua nama yang meneleponnya bersahut-sahut. Bumi dan Bintang. Ah, Bulan merasa dirinya spesial sekarang.

Ia beralih ke aplikasi whatsapp. Masih sama seperti tadi. Hanya ada dua nama, oh, salah. Bulan melewatkan satu nama. Ternyata, yang menyebabkan whatsappnya begitu ramai ada tiga orang. Bumi, Bintang, dan Alena.

Bulan membuka chat dari Alena terlebih dahulu.

Bebeb Alena tercintah

Lannn

Bulannnn

Lo gak apa-apa kan?  Lo gak sakit kan?

Lo masih sedih? Kalo masih, gue ke rumah lo deh buat minep. Lo cerita aja sampai puas

Lan?

Ihhh ko ga dijawab?

Ya ampyunnn. Gue lupa, lo ada les privat ya kalo sunnight ginii. Fighting ya babe! Om Bayu ada baiknya juga kok les in lo. Lo bisa mengukir prestasi di sekolah, jadi guru-guru bisa kenal sama lo. Pokoknya, semua itu ada sisi positifnya kokk

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Where stories live. Discover now