Bagian 38 Masa Lalu

33.5K 2K 758
                                    

Hollaaahhh..

Kangen ya?

Ge er lu thor, kita mah kangen sama ceritanya doang hahaha

Sesuai janji, author update hanya ketika vote mumpuni..

Kemaren-kemaren kemana aja thor?
Mantengin kalean sambil makan kerupuk dan cilok

Kenapa lama? Salahkan mereka yang dengan sengaja mengabaikan tanda bintang begitu saja

😝😝😝😝😝😝

Selamat membaca..

Next target masih
1100
VOTE

***

Hampir seluruh siswa peserta pengarahan mulai berhamburan keluar aula saat Dina dan Bryan, yang sama-sama malas berdesakan, lebih memilih duduk diam bersabar dengan manisnya. Tidak ada yang memburu jadi kenapa harus buru-buru, pikir mereka.

"Serius Bry, aku tidak menyangka dia berani menunjukkan muka di hadapanaku. Kamu lihat tatapannya tadi? Berani-beraninya.. Ugh!"

"Tidak." Jawab Bryan culas. "Ingat wahai calon ibu, Om Elan lagi cari uang untukmu dan bayimu."

"Apaan sih Bry?!" Dina mendelik tak terima dianggap hamil. "Aku masih mau kuliah terus jalan sama kamu kesana kemari, habisin duit suamiku hahaha.. Ibu-ibu?? Oh tidak!!"

"Terserah deh, intinya jangan terpesona sama lelaki lain lagi. Apalagi yang sudah terang-terangan menghianati."

"Ya ampun Bry, sakit hatiku saja belum hilang. Sinting kali aku kalau masih mau sama dia. Suamiku better kemana-mana."

Bryan memutar bola matanya jengah. Ya ya ya ia sudah kenyang dengan cerita Dina perihal seberapa amazing Elan, baik secara finansial maupun ketika di atas ranjang. Terkadang ia menganggapnya seperti sebuah bualan. Dalam pikirannya kerap bertanya-tanya, mana ada lelaki seperti itu tapi ia tahu sahabatnya bukan tipe gadis pembual.

"Yes I know, pegangan sapu tidak ada apa-apanya dibanding tiang bendera, begitu kan?"

"Huss!!" Bentak Dina agar Bryan mengecilkan suaranya yang semakin tak terkendali.

"Justru karena kamu masih merasa sakit hati, itu tandanya masih ada getaran-getaran asmara."

"Eh Val.." Sambar Dina terpotong.

 "Din aku ke toilet dulu ya, kebelet, masih lama nih anak-anak antre turunnya." Bryan berlari kecil menjauhi Dina menuju toilet di bagian ekor aula.

"Minggat sana! Berisik dari tadi."

Dina berdecih kesal karena batal menyangkal ucapan Bryan. Ia kemudian terkekeh sendiri saat matanya mengikuti arah gerak Bryan yang salip kanan kiri sambil meremas ujung roknya,  menahan hasrat di antara kerumunan beberapa siswa. Ia tersenyum menyadari, Bryan memang sahabat paling langka, tingkahnya, ucapannya, juga ketulusannya. Bryan itu extraordinary.

"Dina.."

Sapa seseorang dari belakang tubuh Dina cukup mengagetkan. Ia tahu siapa? Tentu saja. Suara itu telah meninggalkan banyak luka. Meskipun ia juga pernah terlena oleh ucapan cinta dari suara yang sama.

"Apa kabar?" Tanya pemilik suara yang sudah berdiri di depannya. Menyeret kursi yang baru saja diduduki Bryan agar dapat berhadapan dengan Dina. "Keberatan aku duduk di sini?"

REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA Where stories live. Discover now