dia

31 31 11
                                    

"meninggal"

Sudah kuduga, Aku sudah menduganya hal ini akan terjadi, Setelah Aku dan Band ku memilih jalan sendiri-sendiri aku sudah merasakan firasat buruk.

Kalian ingat? Bagaimana Aris sangat mencaci ku saat Audisi ST tempo lalu? Ia terlihat sangat membenciku padahal biasannya ia hanya mengabaikanku jika aku salah tapi hari itu ia terlihat berbeda, Impiannya memang untuk menjadi anak Band, ia sangat antusias saat kami dipanggil untuk audisi tapi karena kesalahan dan keegoisanku, harapannya pupus.
Aku tahu ini sangat berlebihan, tapi apakah yang kalian lakukan jika kalian berada diposisi Aris? Sebut saja Aris Gila atau stress karena memang itu kenyataannya.
Aris memiliki gangguan mental saat kecil karena faktor keretakan rumah tangga keluarganya, ia juga sempat di terapi psikis dan akhirnya dinyatakan sembuh tapi pernyataan itu salah karena Aris tetap saja melakukan hal bodoh yang bisa saja melukai nyawanya walau sudah jarang terjadi, hanya saat ia sedang dalam masa rendah atau mempunyai masalah.

Ini salahku?
Ya, ini salahku
Aku egois
Kiko Egois!

"Ki, k-kamu kok nangis?"
Hendra yang melihatku mulai menangis, panik ia takut orang-orang menyalahkannya karena membuat seorang gadis menangis

"Ini salahku ya dra?"
Ucapku parau sambil menatapnya mencari Kebenaran dalam manik matanya yang terlihat gelisah

"Gk kiko, ini bukan salah mu! Berhenti bilang kalau kamu salah, ini salah Aris sen---"

"Kalau aku gk egois, Aris pasti masih disini!"

Plak!

Hendra menampar pipi kananku cukup keras yang membuat atensi mata yang berada di kantin kembali menatap kami

Ia beranjak dari duduknya dan mengusap wajahnya kasar, ia terlihat marah padaku

"Berhenti menyalahkan diri kamu sendiri Kiko! Kamu gk mau menjadi pihak yang bersalah tapi kamu selalu menyalahkan dirimu sendiri, kamu mau adil kan?!"

Aku tak berani menatap Hendra, ini kali pertama ia memarahiku dan aku harap terakhir kali pula.

"Dra...m-maaf"

Tak ada jawaban dari Hendra, aku memberanikan diri mendongak dan Tak terlihat lagi wajah Hendra dihadapanku, dia berjalan biasa namun terlihat cepat keluar kantin, aku mengikutinya dan mencegatnya menghalangi akses jalannya, sampai Hendra berdecak kesal dan menatapku sinis

"Gw cape ki, ngebela lu tapi lu selalu ngebela orang lain"

"M-maaf dra.. "

"Gw cuma gk mau Kiko yang gw kenal Lemah! Gw cape denger lu nangis dan diam dengan sikap jahat orang-orang!"
"Seharusnya lu tuh bersyukur masih ada gw disisi lu, yang selalu ngasih support sedangkan orang lain malah mencaci lu!"

Hendra masih kesal padaku, nada bicaranya seakan geram dan kalut, kiko lemah kiko hanya bisa menangis!


"Gw juga mau lihat lu bahagia ki..."
Ia mengatakannya dengan suara kecil hampir berbisik, tapi aku masih bisa mendengar nya. Bodoh! Air mataku kembali turun kali ini lebih deras

Sebodoh itu kah aku?

bordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang