mom said

72 74 28
                                    

Ibu baru pulang jam 7 malam hari ini. Ya, ibuku bekerja sebagai buruh pabrik untuk mencukupi biaya hidup kami.
Jangan tanyakan tentang ayahku, ibu sangat membencinya dan aku dilarang oleh ibu untuk membahas tentang ayah.

Aku memang korban broken home, ayah dan ibu sudah berpisah saat aku masih bayi, aku tahu dimana rumah ayah sekarang, tapi ibu melarangku untuk sekedar bertemu dengannya




Bu, aku rindu ayah ...

Ayah sudah memiliki keluarga baru dan terlihat bahagia dengan keluarganya itu. Ayah tak pernah menemuiku atau bahkan memberiku uang untuk jajan, semua asli hasil kerja keras Ibu.

Aku sendiri sering merasa sedih karena melihat Ibu yang harus banting tulang mencari uang sedangkan teman-temanku memiliki ayah yang ada untuk menanggungnya.

"Ki, nasi nya jangan dianggurin, ayo makan habis ini baru tidur"
Ucap Ibu sembari menyodorkan nasi dan telor dadar diatasnya, lama-lama aku bosan dengan menu yang itu-itu saja tapi mengingat Ibu yang sudah bekerja keras hari ini tak apalah, aku masih harus bersyukur karena masih banyak orang yang lebih tak beruntung dariku.

"Gimana sekolahnya ki? Masih KBM?" Tanya ibuku disela-sela acara makan malam kami

" Masih seperti biasanya bu, enggak kok udah free class besok mulai class meeting "

Ibuku mengerti apa yang kumaksud dengan ' masih seperti biasanya ' ibu tau aku sering dibulli. Tapi, ibu slalu bilang ' percuma kita melawan pun mereka tetap akan mengganggu kita ' dan sebagai Anak Yang budiman Aku slalu menuruti kata Ibu dan menutupi rasa sakit ku walau sedikit tak rela .

"Kamu tampil lagi bareng bandmu? Kalo gitu ibu mau minta tolong tante Ina ya buat rekam kamu"
Ucap Ibuku yang membuatku hampir tersedak

"Gausah lagian bandku gk tampil kok, karena kemarin banyak alat musik yang rusak jadi kita gagal perform"

"Yah padahal ibu mau liat kamu nge-band lagi ki, tau gk? Kamu tuh persis ibu waktu muda, ibu juga pernah jadi anak band"

Cerita klasik, ibu sangat sering menceritakan bahwa ia seorang anak band dulu, ntah sudah berapa kali ibu menceritakannya

"Kiko mau ke warung dulu ya bu, mau beli sabun colek buat besok nyuci" izinku, sudah pekerjaan sehari-hari membantu Ibu dirumah dan mencuci pakaian hingga mencuci piring itu tugasku. Ibu hanya mengangguk sebagai jawaban, aku keluar menuju warung bu marni yang dekat rumahku tapi beberapa langkah lagi aku sampai terdengar suara Ibu-Ibu yang sedang berkumpul dan lagi-lagi aku meneteskan air mata kala mendengar perbincangannya

" Tadinya sih mau saya usir aja si anggi sama anaknya dari kontrakan, mereka udah nuggak 3 bulan mana katanya atapnya banyak yang bocor kan mau gk mau saya harus keluar uang lagi buat benerin "
Ucap salah satu ibu yang kuyakini dia bu dewi, pemilik kontrakanku. Cih bermuka dua! Kemarin saat berbincang dengan ibuku ia hanya mengatakan ' gk papa gi, tapi bulan depan bayar ya '

"Usir aja sih bu, dari pada dia keenakan. terus juga dia tuh aib bagi kampung kita"
Ucap ibu berbaju kuning di samping bu dewi yang tak kuketahui namanya, bu marni hanya menggelengkan kepalanya karena mendengar gibahan Ibu-Ibu itu.

Aku yang sedari tadi mendengarkan dari kejauhan mulai menghapus air mataku yang membasahi pipi dan beranjak mendekat pada warung, tak peduli dengan tatapan ibu-ibu penggibah itu

"Eh nak kiko, mau beli apa sayang?" Ucap bu marni tersenyum manis, ia memang satu tetanggaku yang sangat baik hati

" Beli sabun cuci bu sisanya pewangi ya "
Ucapku sambil memberinya uang 3000 rupiah, sebenarnya aku cukup tak nyaman dengan tatapan itu tapi ya sudahlah aku sudah kebal dengan pandangan tajam mereka.

"Makasih ya bu" ucapku dan berlalu pergi sebelum ibu-ibu tadi mulai membicarakan keluargaku lagi.


"Kiko"
panggil ibu yang sekarang berada di pintu rumah ntah sedang apa, ia menghampiriku dan memeluk tubuhku, bahunya bergetar dan bajuku mulai basah

Pasti ibu menangis lagi karena tadi membuntutiku tebakku dalam hati

"Jangan dengarkan kata mereka tadi ya nak, mereka tak tahu apa-apa tentang hidup kita"
Ucap ibu getir, aku yang mendengar suara parau nya ikut merasakan perasaannya

"Mereka hanya bisa dari mulut ke mulut tanpa tahu kebenarannya, jangan kamu ambil hati ya sayang..."

Bu, sesering apapun ibu bilang ' jangan dengarkan kata mereka ' tetap saja, aku sering memikirkannya karena aku sendiri tak tahu penyebab mereka selalu panggil kita sebagai aib.

Bu, apa aku memang tak diinginkan hadir di dunia ini?

bordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang