penentu takdirku

33 39 11
                                    

" kiko fokus! "
Bentak kak Nandar -pelatih vokal ST-

" Maaf kak "
Ntah kenapa pikiranku akhir-akhir ini makin kacau. Kak nandar menatapku jengah dan menghela nafas berat

" Kamu gk bisa gini terus ki, sebentar lagi babak evaluasi ke-2 dan kamu makin kacau! "
" Memang kamu gk mau menampilkan penampilan terbaik mu? "

" Maaf kak, sekarang kiko coba untuk lebih fokus "

" Gak, sekarang kamu istirahat aja dulu, tenangin diri kamu kalau ada yang membebani kamu cerita sama saya, saya gk suka kamu jadi kacau begini "

" Baik kak "

Dengan langkah gontai aku keluar ruang latihan dan menuju rooftop gedung bertingkat lima ini, pandanganku kosong. Kenapa, kenapa aku tak bisa egois? Kenapa aku terus memikirkan nasib temanku tanpa memikirkan nasibku sendiri? Aku terlalu takut kehilangan mereka sampai aku mengabaikan keadaanku sendiri.

Takdirku ada ditanganku, tapi kenapa aku slalu menarik ulur takdirku sendiri?

" Latihannya udah? " Ucap kak Audy yang juga berada di rooftop

"Istirahat kak"







"Gagal fokus lagi? Hhh ki, apa aku bilang! Cerita aja kenapa sih? Katanya kamu udah anggap aku teman tapi apa? Kamu gk terbuka sama aku"

"Bukan gitu kak, cuma-- belum tepat aja aku untuk cerita"

"Kiko dengerin aku"
Tangannya memegang pundakku agar posisi kami berhadapan, ia menarik nafas panjang dan matanya terlihat sayu

" Jangan--pendam--rasa--sakit--ini--sendiri."
"Ingat! Semua perlu bantuan, kamu gk bisa melakukannya sendiri. Kiko, tolong jangan sakiti hatimu sendiri"

Setelahnya aku menghambur dalam pelukannya, sakit. Kenapa aku tak bisa sekuat kak audy? Kenapa aku tak setegar kak audy? Kenapa aku begitu rapuh dan lemah?!

"Kiko capek kak, capek..."
"Kiko mau mati, kiko mau tenang! "
"Kenapa kiko slalu dipihak yang salah, kenapa kiko slalu salah?! Kenapa kiko dibenci? Apa salah kiko "

Tangisku pecah, kak audy tidak berkomentar ia menjadi pendengar yang baik. Karena sekarang yang kubutuhkan bukan wejangan tapi, pendengar. Ia menepuk nepuk punggungku agar tangisan ku mereda tapi tangisku malah semakin pecah

"Kiko hancur kak, kiko gk sanggup... Kenapa kiko disebut sebagai aib dan anak haram? Kenapa ayah tinggalin ibu dan kiko? Kenapa ibu disebut jalang? Kiko cape kak..."

"Kalau kiko gk diharapkan hidup, kenapa tuhan menciptakan kiko?!"

"Kiko cukup!"
Kak audy berteriak cukup keras dan melepas pelukannya

"Kakak gk suka kamu putus asa kiko, kamu masih punya masa depan! Jika kamu udah menyerah, orang-orang akan semakin menganggap kamu lemah! Tunjukan kalau kamu bisa lebih dari mereka"











"Bagaimana keadaan kamu disana ki? Kamu makan dengan teratur kan? Jangan lupa, kamu masih punya tanggungan sebagai pelajar, belajar tetap jalan ya nak"

"Iya bu, kiko baik disini. Doa-in kiko ya bu semoga kiko berhasil"

"Pasti sayang, pasti"

"Kiko tutup telfonnya ya bu, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Aku mematikan sambungan telponku dengan ibu, jujur aku rindu ibu.
Berjalan kearah pintu, tujuanku sekarang yaitu taman yang berada di asrama, tempatnya cukup luas dan aku ingin berjemur disana.

"Kiko"
Panggil kak nandar yang sedang duduk di bangku taman

"Ya kak" jawabku sambil menghampirinya, ia menepuk bagian kursi yang kosong dan dengan senang hati aku duduk disamping nya

"Ada titipan"
Ucapnya seraya menyodorkan paket yang lumayan besar padaku, aku menerimanya

"Paket untuk aku?"

"Iya"

"Dari siapa? Kok bisa ada di kakak?"

"Dari orang yang kamu sayang" jawabnya sambil tersenyum manis dengan mata sipitnya yang sudah berbentuk bulan sabit

" Apa sih kak, aku nanya serius loh"

"Kapan kakak gk serius? Beneran kok paket ini dari orang yang kamu sayang"

"Ya tapi orang yang kiko sayang itu banyak"
Aku mulai jengah, kak nandar memang mengesalkan!





















"Ayahmu"

bordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang