⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Awan kelabu yang tebal tampak menyelimuti angkasa. Chelia menyandarkan kepalanya pada jendela yang tertutup rapat, manik cokelatnya sibuk menerawang pada langit yang muram, semuram hatinya.
"Chelly, kamu jangan marah sama Cassy, yah. Cassy bilang begitu karena emosi."
Chelia menoleh pada Rama yang menyetir di sebelahnya. "Aku tidak marah, Rama. Aku hanya sedih teringat ibu."
Rama menepikan mobilnya di sisi jalan. Rama tidak ingin mengambil resiko membahayakan Chelia, dirinya, juga para pengguna jalan lain karena fokusnya yang terbagi.
"I feel you, Sweetheart." Rama menyandarkan kepala Chelia di pundaknya dan menepuk-nepuk punggungnya. Hatinya jadi dua kali lebih sakit melihat Chelia yang tersedu-sedu.
"Kadang aku berpikir kemampuan ini tidak ada gunanya." Chelia menarik napas pendek sesekali. "Aku bisa mengingat semuanya dengan jelas, tapi aku tidak bisa mengingat ibu karena tidak sempat bertemu dengannya. Andai saja ibu hidup sedikit lebih lama. Setidaknya ... aku bisa terus berjumpa dengannya, walau dalam imajinasi saja."
Rama memejam erat mendengarnya. "Jangan berkata begitu, Chelly. Kamu pernah dengar kalau perempuan yang meninggal saat melahirkan akan diberi hadiah surga?"
Chelia mengangguk kecil.
"Kamu sudah menghadiahkan surga untuk ibumu, Sweetheart. Jangan sedih lagi, oke? Kasihan ibumu kalau melihatmu seperti ini."
Ada senyum kecil di wajah Chelia mendengar penuturan Rama. Ia mengusap air matanya dan menarik napas dalam-dalam.
"Terima kasih, Rama. Ibu kita pasti bahagia di surga."
"Aamiin ...."
Chelia kemudian mengambil posisi bersandar di kursinya. Matanya yang berat sehabis menangis membuatnya terlelap.
Sebelum kembali melaju, Rama menekan tuas pengungkit untuk mengatur kemiringan kursi agar pas dengan posisi tidur Chelia kemudian menyelimutinya dengan jaket.
Rama mengamati Chelia yang tidur dengan damai. Chelia dan dirinya memiliki penderitaan yang sama di masa lalu karena kepergian ibu mereka tercinta. Ibu Rama meninggal karena penyakit sirosis hati. Sementara ibu Chelia meninggal saat melahirkannya.
Ya. Setidaknya, seperti itulah yang Chelia ketahui.
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Cassy memandangi voucer perawatan yang diberi Chelia. Karena sibuk mengerjakan tugas kuliah dan urusan praktikum di hari libur kemarin, mereka menunda menggunakan voucer tersebut hingga akhir pekan. Tepatnya hari ini. Sayang ada konflik kecil yang memutus komunikasi mereka.
Sejak kejadian kemarin sore itu, Cassy belum berani menghubungi Chelia maupun Rama. Cassy bukannya tidak ingin meminta maaf, hanya saja ia belum mampu menemukan kalimat yang tepat tanpa harus menyinggung kembali masalah sensitif tersebut. Cassy bahkan tidak mengaktifkan ponselnya.
"Cassy sayang, makan dulu." Pintu kamar Cassy diketuk dari luar.
Cassy menyambar ponsel dan mengambil sweater asal dari lemari kemudian membuka pintu. Ibunya tersenyum manis di sana.
"Aku nggak lapar, Mama," katanya lalu melewati sang ibu dengan menghentakkan kaki.
"Tapi kamu belum makan dari kemarin, Sayang." Ibu Cassy mengejar dari belakang.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
19. Infinitio ☕
Start from the beginning
