"Kamu tidak berpartisipasi sama sekali dalam kerja kelompok kemarin. Harusnya kamu tahu diri!" tandas satu orang yang satu lagi.
Sial! Gio memaki dalam hati. Begini dampak buruknya bila satu kelompok dengan orang pintar. Kemarin Notix mengadakan pertemuan rahasia yang tidak mungkin Gio lewatkan sehingga tidak dapat hadir saat kerja kelompok. Gio menatap kesal kedua teman kelompoknya yang kini berkacak pinggang dengan angkuh.
Huh! padahal mereka tidak ada apa-apanya dibanding Rean dan Chelia!
Tunggu, kenapa malah membawa-bawa nama mereka?! Gio memarahi dirinya sendiri.
"Bukankah Cindy tidak ikut juga kemarin?" Gio melirik Cindy si sosialita tukang gosip yang sibuk memoles kukunya.
"Cindy berpartisipasi, kok. Dia yang memesan makanan untuk kerja kelompok kita kemarin," jawab salah seorang diantara mereka dengan suara yang sengaja dibesarkan. Cindy yang mendengar namanya disebut memandang rendah pada Gio sambil tersenyum sarkastik.
The power of money. Mengenaskan!
Gio berbalik dan mengambil langkah tanpa berkata apa-apa lagi. Gio tidak akan serius menanggapi masalah kelompoknya ini bila tugas tersebut bukan salah satu syarat final nanti. Gio mengaku salah, namun haruskah mereka setega itu padanya? Kemarin Gio sempat mengirim pesan di grup kelompok namun tidak ada satupun yang menanggapi, dan sekarang mereka melancarkan ultimatum untuk mendepaknya tepat beberapa menit sebelum tugas dikumpulkan. Sungguh tidak manusiawi!
"Gio!"
Gio yang mulai kehilangan harapan berbalik, mendapati Chelia yang tengah membawa kertas tugas kelompoknya.
"Oh, hai Chelia." Gio menyapa dengan canggung.
"Nggak masuk? Dosen lagi rapat, ya?" Chelia menunjuk pintu prodi yang tertutup rapat.
Gio menggeleng. "Entahlah. Mau kulihatkan?" Gio yang lebih tinggi mengintip dengan mudah pada partisi kaca di sisi atas daun pintu tanpa menunggu jawaban Chelia.
"Masuk saja. Dosen-dosen di dalam kelihatannya nggak ada kerjaan."
Chelia mengaangguk, namun sebelum tangannya memutar kenop pintu sepenuhnya, ia berbalik kembali. "Kamu mau bergabung di kelompok kami?" tawarnya pada Gio.
Gio spontan terbeliak.
"Maaf, tapi aku dengar pembicaraan kalian barusan. Ini syarat untuk final nanti. Tidak masalah kalau kamu mau bergabung."
Gio memandang ujung sepatunya yang dipenuhi debu. "Aku tidak berparsipasi sama sekali pada kelompok kalian. Aku cukup tahu diri untuk itu."
"Kamu bisa berpartisipasi, kok!" Chelia menyerahkan kertas tugas kelompoknya.
Gio mengernyit. Apa yang bisa dilakukannya di saat-saat terakhir begini? Gio yakin tugas kelompok Chelia telah selesai.
"Aku ... bisa apa?" Gio tertawa hambar.
Chelia tersenyum. "Masuk dan kumpulkan tugas ini di dalam."
"Hanya itu?!"
"Kenapa? Itu penting, kok. Tugas ini tidak ada artinya bila tidak dikumpulkan, bukan?"
Gio tidak membantah saat Chelia berjongkok untuk menulis namanya di bagian sampul kemudian menyerahkan lembaran tersebut dan membuka pintu prodi.
Dengan berdebar-debar Gio masuk menemui dosen pengampuhnya. Hatinya luar biasa lega saat namanya dalam daftar absensi ditandai sebagai salah satu mahasiswa yang berhak mengikuti final.
Gio sudah tidak menemukan Chelia bgitu keluar dari ruang prodi. Ada sedikit rasa bersalah di hatinya karena tidak sempat mengucapkan terima kasih. Ia terlalu terkejut sekaligus senang.
Saat melewati online area menuju kelasnya, percakapan antara Cindy dan kedua teman kelompoknya tadi membuat Gio menahan langkahnya. Insting informannya aktif seketika. Ia merapatkan dirinya di dinding dan diam-diam menguping.
"Ini bisa jadi berita heboh!"
"Kapan sebaiknya kita sebarkan? Apa kita perlu menandai Notix biar lebih viral?"
Gio memfokuskan pendengarannya saat Cindy bersuara. "Lebih cepat, lebih baik. Aku tidak sabar melihat bagaimana reaksi Cassy kalau satu fakultas tahu ibunya yang cantik itu telah melakukan operasi plastik. Aku yakin wajahnya juga bisa cantik begitu karena mengikuti jejak ibunya. Dasar penipu!"
Gio tersentak. Ibu Cassy yang cantik dan terkenal itu operasi plastik?
Gio teringat kecaman yang diberikan ketua Notix padanya saat rapat kemarin karena kurang aktif memberikan informasi akhir-akhir ini. Berita tentang ibu Cassy itu pasti akan menuai banyak komentar.
Tepat di saat yang sama Gio menangkap sosok Chelia yang berjalan beriringan bersama Cassy, Erva, dan Naya. Cassy mengandeng lengan Chelia. Mereka terlihat begitu harmonis. Di belakang mereka Rama, Rean, dan Edward mengikuti seperti biasa.
Hati Gio mendadak didera perasaan bersalah. Kata-kata Erva, Rean, dan Chelia kembali terulang di benaknya.
"Tapi Gio, itu bahaya! Berhenti saja!"
"Kalau ikut perkumpulan sesat itu kamu bisa masuk neraka!"
"Yang aku tahu kamu sendirian, kesepian, dan butuh teman."
"Itu penting, kok. Tugas ini tidak ada artinya bila tidak dikumpulkan, bukan?"
Gio memejam erat. Edward pernah menolongnya sewaktu ban motornya kempes di tengah jalan. Rama kemarin memberinya makan siang gratis tanpa ia minta. Naya sekalipun terkesan tidak peduli bahkan rela mengerjakan bagiannya sebagai panitia Dies Natalis yang deadlinenya jatuh pada hari ini.
Gio tersenyum begitu menyaksikan Rama mendorong Edward sampai menubruk Cassy kemudian merecokinya dengan siulan.
Gio mungkin tergolong mahasiswa yang pas-pasan sampai menerima tawaran menjadi admin Notix yang penuh resiko. Tapi Gio paham, hutang budi akan di bawa sampai mati.
Gio mematikan voice recoder di ponselnya.
Ini saatnya untuk membalas kebaikan mereka.
☕☕☕
TBC
BINABASA MO ANG
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
17. De Memoria☕
Magsimula sa umpisa
