Garam dapur--Natrium klorida
Gula pasir--Sukrosa(Glukosa+Fruktosa)
Micin--Monosodium Glutamate
Cuka--Asam Asetat
Dan masih banyak lagi.
Rama merutuk dalam hati. Rean betul-betul kejam. Maniak kimia itu tidak membiarkan otaknya beristirahat dengan tenang, bahkan di dapur sekalipun.
Selang beberapa menit, makanan telah tersaji di meja. Rama baru saja akan mencicipi nasi goreng buatannya saat Edward menginterupsi gerakan tangannya.
"Baca doa dulu! Kamu mau makan bareng setan, hah?"
"Aku makan bareng kamu," Rama pura-pura berpikir, "berarti ...,"
"Aku setannya, begitu?!"
"Kamu yang bilang sendiri, ya."
Edward mendelik, ingin menyanggah. Sayang cita rasa masakan Rama yang berbaur di lidahnya begitu lezat untuk tidak dinikmati.
"Brother, kamu kenapa?" Rama menyenggol lengan Rean di sebelahnya yang sedari tadi diam dan menatap lurus ke depan.
Rean menggeleng. Ia menghela napas berat kemudian ikut menyendok nasinya.
"Ada sesuatu yang membuatmu kepikiran?" tanya Rama lagi. Rama sangat mengenal Rean dan cukup yakin ada sesuatu yang membebani pikiran sohibnya itu.
Rean menyelesaikan satu suapannya terlebih dahulu baru kemudian mengangguk. "Masalah Dementor kemarin, kurasa itu benar ada.
Rama dan Edward terlonjak kaget.
"Kamu serius?" Edward meneguk segelas air, membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering. Edward sebelumnya tidak tertarik dengan cerita Rama perihal tokoh fiksi tersebut, apalagi Rama mulai menganalogikan mereka berlima kemarin dengan tokoh-tokoh di serial Harry Potter dan dengan percaya diri menyebut dirinya setampan Cedric Diggory.
"Serius. Dalam arti lain."
Rama dan Edward sama-sama mengernyitkan kening.
"Kemarin aku memeriksa bagian bawah pot-pot itu dan menemukan banyak serangga kecil yang mati," terang Rean.
Rama mengetuk-ngetuk pelipisnya. "Maksudmu kumbang-kumbang jahat yang sering menghalangi Hachi untuk bertemu ibunya itu?"
"Kamu melihatnya juga?"
Rama melenggut, sewaktu berjongkok menghalangi Chelia yang mengorek-ngorek tanah, Rama sempat mendapati beberapa kumbang tanduk yang mati tergeletak.
"Hachi siapa?"
"Kamu tidak tahu Hachi?"
Edward menggeleng.
Rama pun mulai bersenandung, "Hachi anak yang sebatang kara, pergi mencari ibunya .... Di malam yang sangat dingin, teringat mama ...."
Edward mendesis, tidak paham sama sekali. Bahkan Edward curiga lagu yang dinyanyikan Rama tersebut adalah hasil gubahannya sendiri.
"Ya ampun, Eddy! Kamu serius tidak tahu? Itu film kartun paling menyedihkan sepanjang sejarah!" Rama mengusap wajahnya frustrasi. "Tapi ngomong-ngomong ending-nya Hachi bagaimana, ya? Dia sudah ketemu ibunya atau belum? Kamu tahu, Rean?"
"Tidak."
Rama menerawang. "Semoga sekarang Hachi sudah besar dan jadi jurangan madu."
"Tunggu! Jadi apa hubungannya si Hachi itu dengan Dementor? Kalian jangan membuatku pusing!" Edward menatap Rama dan Rean bergantian.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
17. De Memoria☕
Start from the beginning
