7. Valentine Day

976 31 4
                                    

"Hari kasih sayang bukan hanya untuk mereka yang saling menyayangi, namun berlaku juga untuk mereka yang berjuang mendapatkan kasih sayang."

RAJA & RATU •

•••

Ratu berjalan santai memasuki gerbang sekolahnya, senyum manis merekah dibibir merah muda alaminya. Entah karena cuaca sedang bagus atau ada hal lain yang membuatnya sebahagia ini.

"Tasya!" teriak seseorang membuat Ratu menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap Jena yang tengah berlari kearahnya.

"Kenapa Jena?" tanya Ratu masih dengan senyumnya.

Jena yang melihat itu bergidik ngeri, tanpa sadar menepuk pelan pipih Ratu. "Saha eta? Maneh teh setan dari mana? Keluar keluar!"

Ratu melotot, apa kata Jena tadi? Setan? Dia pikir Ratu sedang kerasukan apa?

"Jena apaan sih?" gerutunya menepis tangan Jena yang masih menampar-nampar pipinya, walau pelan tetap saja membuat pipinya memerah.

"Eh, lo gak kesetanan kan?"

"Apa sih Jena? Ratu baik-baik aja nih, lihat." Ratu berputar, membolak-balikan badannya agar dapat dilihat Jena dengan baik.

"Ratu baik-baik ajakan?" tanya gadis itu lagi.

Jena menggaruk tengkuknya, lalu terkekeh. "Ya, habis gue liat dari sana lo senyam-senyum sendiri. Kan serem."

Bukannya tersinggung, Ratu malah tersenyum semakin lebar. "Ini kan hari valentine, harus semangat dong!" serunya menatap Jena.

Alis Jena terangkat, merogoh ponsel di saku seragamnya lalu melihat tanggal dan berteriak sembari melompat. "ANJIR BENERAN!" Jena langsung menarik tangan Ratu, mengajaknya menuju kelas.

"Jena, pelan-pelan."

"Gak bisa Sya, gue mau lihat sebanyak apa gue dapat coklat tahun ini."

Ratu mengernyit, namun kemudian mengedikan bahu acuh. Yang penting ia ingin memberikan seseorang coklat hari ini.

Langkah keduanya terhenti di depan kelas, manik Ratu melotot sedangkan Jena berbinar. Bagaimana tidak, tepat di meja Ratu, Putra, Rena dan Jena setumpuk coklat telah terlihat.

Mampus!

"I-itu coklat.. Yang ada di meja Ratu..." Ratu menatap Jena, "Buat Jena aja, Jena mau?"

Jena mengangguk, ia tahu apa yang Ratu maksud. Dan hanya dirinya dan Rena yang mengetahui hal itu. Jena merogoh tas mengeluarkan sebuah plastik hitam yang selalu ia bawa, tidak sia-sia ia membawa ini.

Keduanya memasuki kelas, Jena berhenti di samping meja Ratu, menyingkirkan batang-batang coklat yang menganggu sahabatnya itu. Sebenarnya Ratu tidak enak, karena bagaimanapun yang memberikan ini sangat baik, tapi... Mau bagaimana lagi.

"Makasih, Jena."

Jena mengangguk lalu secepatnya menghampiri mejanya. Sedangkan Ratu sudah duduk dengan manis, merogoh tas lalu mengeluarkan sebatang coklat dan sebuah paper note berwarna biru.

Ia tersenyum menatap apa yang berada di tangannya, lalu bangkit dari duduknya. Berjalan keluar kelas menuju tempat tujuannya, beruntung dia sempat melihat letak kelas cowok itu, jadi dia tidak perlu berkekeliling lagi.

Langkah Ratu berhenti di depan pintu bertulis XI IPA 4 membuat senyum Ratu semakin lebar.


•••


Sebuah motor sport merah memasuki parkiran SMA GALAKSI, membuat semua mata menatap kearah pengendara tersebut.

Setiap langka dipenuhi dengan sapaan, sambutan, senyuman dari mereka, namun dia hanya menatap datar ke depan. Menganggap seolah hanya ada dia di koridor tersebut.

"Tristan, happy valentine ya!" teriak salah seorang seniornya yang bernama Reva.

Tristan mendengus pelan, terlalu muak dengan kondisi ini. Tanpa membalas sapaan Reva, Raja tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas, sudah menyiapkan plastik di saku celananya.

Kelas tanpak hening, hanya beberapa segelintir murid kutu buku yang sudah berkutat dengan buku setebal kamus Bahasa. Membuat mual duluan sebelum membaca.

Raja menghentikan langkah di depan mejanya, alisnya mengernyit saat melihat mejanya tanpak bersih tanpa satu batang coklat sedikitpun.

Keajaiban.

Dengan mengedikan bahu acuh, ia mendudukan dirinya. Mengeluarkan plastik yang ia simpan di saku lalu memasukkannya ke dalam laci bawah meja.

Namun tangannya berhenti, meraba meja sebelum menunduk menatap apa yang berada di dalam. Perlahan tangannya meraih sebuah coklat, alisnya kembali mengernyit, maniknya menangkap kertas bewarna biru di balik coklat tersebut.

Tanpa sadar cowok tersebut terkekeh, mendengus geli. Raja tidak bodoh untuk mengira-ngira siapa yang telah memberikan coklat ini, dan dia sudah mengerti mengapa coklat di mejanya menghilang semua.

Raja kembali membaca tulisan di kertas tersebut, dengusan geli kembali terdengar.

"Ini coklat buat Raja di hari kasih sayang ini. Tapi, jangan makan banyak-banyak ya, entar gigi Raja sakit."


•••


"OMAIGAATT! Tasya, lo habis mungut coklat dimana?!" tanya Rena histeris.

Bagaimana tidak, Ratu tiba-tiba masuk membawa sekarung coklat batang, dari mana? Di meja? Jelas-jelas sudah dihabiskan oleh Jena. Apa dari loker? Ah tidak mungkin, bagaimana bisa?

Ratu tersenyum, menaruh sekantung coklat itu di samping meja Jena dan Rena yang masih menganga menatap Ratu.

Ratu terkekeh, "Habis menjalankan tugas negara."


 To be continue . . .


Tugas Negara Ratu, membasmi coklat yang di dapatkan Raja.

Tugas Negara kalian apa?


Salam hangat,

Yanara.

RAJA & RATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang