10. Makasih dan Hati-Hati

1K 43 9
                                    

"Memperhatikan dalam diam, memandangi dalam diam, dan mencintai dalam diam. Itulah aku, untuk saat ini."

Raja & Ratu


Happy Reading


"Dari mana? Bukannya tadi makan di kelas?" Rena langsung mengeluarkan pertanyaan saat melihat Ratu memasuki kelas.

Keduanya memang cepat-cepat menghabiskan makanan di kantin untuk menyusul Ratu, takut-takut apa yang mereka pikirkan benar-benar terjadi. Tapi saat berada di kelas, yang mereka temui hanya Putra --yang pergi setelah kepergian Ratu-- yang menatap kosong kearah jendela.

Ratu mengerjab berapa kali sebelum mengembangkan senyum dan secepatnya menaruh kotak bekal yang masih penuh itu kedalam tas. Ia berbalik menghadap kearah dua sahabatnya, dalam hati Ratu berdoa semoga wajahnya tidak terlihat buruk karena habis menangis.

"Ratu takut sendirian di kelas, jadi Ratu makan di taman."

"Ditaman juga pasti sepi waktu jam istirahat, dan lu juga bakal sendirian. Apa bedanya?" sela Jena dengan tangan terlipat, maniknya menajam saat menatap sahabat polosnya ini.

Ratu terdiam sesaat, meneguk salivanya dengan susah payah. Tanpa sadar kedua tangannya meremas ujung rok abu-abunya dengan kuat. Dan hal itu tak lepas dari amatan Rena.

Rena melangkah mendekati Ratu, memeluk gadis tersebut dengan lembut. "Kakak lo?"

Ratu mengangguk pelan, melerai pelukan Rena sembari menarik kedua sudut bibir membentuk senyuman. "Tadi temannya nelpon, katanya kak Nadya sakit. Jadi Ratu khawatir."

Jena menggeleng, "Sakit apa?"

"Demam."

Rena mengangkat alisnya, "Serius cuma demam?"

Dengan kaku, Ratu mengangguk. "Iya, soalnya di Jerman sekarang kan lagi musim dingin. Kak Nadya gak kuat sama cuaca dingin."

"Tap—"

Ratu menghela napas lega saat perkataan Jena terpotong oleh bunyi bel masuk, setidaknya ia tidak harus memutar otak untuk mencari alasan.

Ratu duduk di bangkunya saat melihat Pak Bayu --guru bahasa indonesia--  mereka telah mendekati kelas.

"Sya."

Mendengar suara, Ratu menoleh dan mendapati Putra yang diam menatapnya. Kening Ratu berkerut, tidak biasanya cowok dengan tingkat kenajongan akut itu duduk diam di kelas tanpa membuat ulah. Dan sekarang, apa yang terjadi dengan Putra?

"Kenapa?" balas Ratu.

"Nadya...kakak lo?"

Manik Ratu membola saat mendengar nama yang di sebut oleh Putra, apa dia tidak salah dengar?

"Kamu ta—"

"Gak sengaja denger tadi." potong Putra cepat.

"O-ouh." Ratu tanpa sadar menghela napas lega, jantungnya masih berdetak kencang karena takut.

Ya, Ratu takut. Takut jika fakta ini menyebar kehidupan sang kakak semakin terancam.

Ratu menatap Putra yang sudah berpaling menatap jendela, dalam benak Ratu bertanya-tanya apa yang salah dengan cowok itu. Tapi tak lama ia menghadap kedepan saat melihat Pak Bayu sudah mulai menjelaskan materi.


•••


"Serius gak mau bareng gue?" tanya Rena untuk yang kesekian kalinya.

Ratu tertawa sembari mengibaskan tangannya, "Nggak Ren, Ratu naik bus aja."

"Bus terakhir udah lewat Sya, lo pulang telat tadi. Angkot juga jarang ada disini." Rena tetap berniat mengubah keputusan Ratu.

Namun sayang, Ratu tetaplah Ratu, ia menggeleng. "Rena pulang aja duluan, tadikan bunda Rena nelpon nyuruh jemput di bandara."

"Lah anjir, gue lupa!" Rena berteriak heboh sembari memukul keningnya. Dengan kelabakan memasuki mobil. Ia membuka kaca saat berada di depan Ratu.

"Hati-hati lo, kalau ada apa-apa telpon gue sama Jena." peringatnya, setelah mendapat anggukan dari Ratu barulah ia menancapkan gas mobilnya.

Manik Ratu masih tak lepas dari mobil Rena yang perlahan menjauh dan menghilang di belokan. Gadis bermanik coklat itu kembali memandang ke depan dengan kosong. Diam beberapa saat hingga tiba-tiba suara klakson mengejutkannya.

Tin!

Tin!

Ratu tersadar dan mendapati mobil sport hitam berada di depannya. Jika tidak salah ia pernah melihat mobil ini.

Perlahan kaca mobil terlihat turun, dan detik itu juga jantung Ratu kembali bertalu cepat. Bukan karena takut, melainkam sebuah rasa bahagia yang tidak bisa dijelaskan.

"Bareng?"

"Hah?" Ratu mengernyit tak mengerti.

"Mau bareng?" tawar cowok itu ulang.

Senyum Ratu melebar, tanpa ada adegan penolakan seperti saat bersama Rena. Kali ini Ratu langsung beranjak berdiri dengan semangat dan berjalan cepat kearah pintu mobil. Dengan wajah berseri-seri ia memasuki mobil sport hitam itu.

Tanpa ada sepatah kata, sang pemilik mobil menancap gas saat memastikan cewek di sebelahnya telah memakai setbealt.

"Makasih Raja." ucap Ratu saat mobil yang ia tumpangi berhenti di depan rumahnya.

"Tristan."

"Tapi Ratu sukanya Raja."

Raja mendengus pelan, ia berdecak. "Serah lo."

"Sekali lagi makasih ya." ucap Ratu sebelum membuka pintu mobil dan keluar.

Ia berhenti di depan pagar, berbalik berniat mengucapkan hati-hati. Namun yang ia dapatkan hanyalah seluet mobil Raja yang sudah menjauh.

Ratu tersenyum tipis, "Makasih dan Hati-hati."


To be continue . . .


Raja suka gitu ya, katanya gak suka tapi nawarin bareng...

Dapat sebuah clue untuk part kedepannya?

Omong-omong, kalian tim siapa??? #TimRaja atau #TimPutra


Salam hangat,

Yanara.


RAJA & RATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang