Part 28 - Let me love you properly

532 50 0
                                    

Sabtu pagi itu Raka sudah berada di depan rumah Tiyas. Raka mengenakan jins gelap dan kemeja lengan pendek biru muda polos. Raka terlihat lebih fresh dan rapih dari biasanya. Tiyas tidak berdandan sama sekali dan bajunya pun casual seperti biasa. Ia bahkan hanya mengenakan sendal santai dan rambutnya pun di kuncir kuda biasa saja. Tiyas tidak mau menimbulkan kesan bahwa ini adalah kencan yang sesungguhnya.

Raka tersenyum melihat Tiyas. "Kamu kayak mau pergi ke pantai."

Tiyas tersenyum. "Sorry. Abis ga dikasih tahu mau pergi kemana." Tiyas mengelak.

Raka membukakan pintu sedan hitam mewahnya dan mempersilahkan Tiyas masuk. "Maaf kalau mobilnya masih bukan selera kamu."

"Ini oke, asal jangan yang sport merah itu." Mereka sudah di dalam mobil yang melaju. Tiyas beberapa kali membenarkan posisi duduknya, entah kenapa ia merasa canggung. "Jadi kenapa soal kemarin itu Ka?"

"Wow, kamu straight to the point banget. Ini kita baru sampe depan kompleks kamu lho." Raka tersenyum. "Kita bikin aturan ya hari ini. Karena ini akan jadi pertama dan terakhir. Jadi boleh ya ada aturan sedikit. Kalau kamu keberatan, bilang aja."

"Oke." Tiyas merasa Raka berubah. Tapi belum yakin apa perubahannya.

"Pertama, dilarang ngomongin Wisnu atau nanya-nanya soal Della. Mereka berdua punya banyak waktu habis urusan kita selesai. Kedua, kamu nurut sehariii ini aja Ti. Oke?"

"Satu, oke. Dua, tergantung ya. Apa dulu yang mesti diturutin." Tiyas tersenyum.

"Oke then. First Stop, toko buku. Aku harus melunasi bayaran kamu sebagai guru bahasa Inggris ku dulu."

Tiyas seperti akan memprotes.

"Ti, business is business. I need to close the agreement I made. Kamu mau aku punya hutang habis ini dan masih cariin kamu besok-besok?"

Tiyas menghela nafas. "Okey okey. I can take that reason."

"Jadi kamu biarin aku melunaskan hutang karena segitunya ga mau ketemu aku?" sorot mata Raka jenaka. Seperti sedang menggoda Tiyas.

"Tuu kan. Serba salah ya. No comment deh."

Raka tertawa. Tiyas tersenyum melihat Raka tertawa. "I'm glad that you're oke Raka."

"Aku baik-baik aja saat ini, karena bareng kamu Ti. Terimakasih, mau jalan sama aku."

"I still hate you though, because of what you did." Tiyas mulai melancarkan serangan sekalipun nada suaranya tenang.

"Iya, I know." Wajah Raka muram tiba-tiba. Biasanya Raka akan langsung defensif atau tersulut egonya sendiri. Namun kali ini Raka tersenyum. "Semoga habis hari ini, kamu bisa benar-benar maafin aku Ti. Kalau ga bisa, juga aku maklum."

"Wow, kok kayak bukan Raka yang aku kenal."

"Raka yang dulu itu adalah Raka yang belum pernah jatuh cinta. Jadi tolong maklumin dia."

Tiyas diam tidak ingin melanjutkan. Dia masih tidak pasti dengan apa yang terjadi pada Raka atau apa maunya. Masih ada waktu untuk menanyakannya nanti.

Mereka tiba di salah satu toko buku  dalam mall di Jakarta. Tiyas sebenarnya sedang tidak bernafsu membeli buku, otaknya terlalu sibuk menduga dan menerka. Tapi Raka memaksa dengan ancaman bahwa Raka akan mulai memasukkan buku apapun yang pertama dia lihat dalam tas belanja, jika Tiyas tidak mulai memilih. Dan karena itu menurut Tiyas adalah suatu penyia-nyiaan terbesar, maka ia mulai memilih beberapa buku dan membiarkan Raka membayarnya. 

Setelah selesai mereka makan siang di mall yang sama. Raka membiarkan Tiyas memilih restorannya. Karena alasan efisiensi, Tiyas memilih salah satu restoran cepat saji favoritnya. Tapi lagi-lagi Tiyas tidak terlalu berselera dan Raka menyadarinya.

Just another High school Story [Completed]Where stories live. Discover now