Part 4 - Malam

793 89 0
                                    

Raka memperhatikan perempuan disebelahnya. Mereka sudah berada di mobil Raka dalam perjalanan pulang. Buat Raka, Tiyas adalah cewek yang unik. Cuek, apa adanya, tidak pernah Tiyas berusaha terlihat cantik. Gaya berpakaian Tiyas pun standar, tidak seperti Dara atau Siska fans Raka yang seragam sekolahnya pun fashionable. Rambut hitam sebahunya pun hanya dikuncir kuda. Sudah 1 bulan ini Raka mulai memperhatikan Tiyas. Awalnya hanya iseng, karena ingin menggoda Wisnu sobatnya yang sudah Raka bisa baca bahwa sobatnya itu suka pada Tiyas. Bagas heran, apa bagusnya Tiyas dibanding Nia. Nia cantik, tidak secantik Dara dan Siska pastinya. Nia datang dari keluarga yang berada. Jadi apa yang sobatnya itu pikir. Kenapa Tiyas? Apa istimewanya Tiyas?

 Setelah satu bulan ini sepertinya Raka makin penasaran. Tiyas seperti punya banyak sisi. Soal mandiri dan pintar sudah tidak perlu diragukan. Salah satu sisi Tiyas yang baru Raka sadari adalah sekalipun dia cuek, tegas atau terkadang terlihat galak Tiyas itu sebenarnya romantis. Lucu memang karena itu kontradiktif. Raka tahu karena Tiyas sering sekali diminta kawan-kawannya untuk memilihkan kado ultah untuk pacar-pacar mereka. Lengkap dengan kartu ucapan dalam bahasa Inggris, yang Tiyas juga buat sendiri. 

Tiyas juga seperti tidak pernah tertarik pada idola-idola SMA 01. Brama misalnya, ketua OSIS sekolahnya yang Raka tahu Brama sudah mulai memperhatikan Tiyas sejak kelas 1. Wisnu, sobatnya. Wisnu si kapten basket itu idola SMA 01. Atau Raka sendiri. Bisa dibilang Raka cowok paling populer. Raka berparas menarik, putih tinggi, dan yang paling penting Raka berasal dari keluarga yang sangat berada. Semua yang menempel dibadannya adalah barang-barang yang tidak murah harganya. Hal ini juga yang meningkatkan rasa penasaran Raka.

"Ti, lo beneran masih jomblo ya?" 

"Kenapa emang, kok tiba-tiba nanya?"

"Ya nggak,pingin tahu aja."

"Iya, gue jomblo. Pura-pura ga tau lo ya."

"Ga pernah pacaran gitu, sama sekali?"

"Nggak, nggak pernah. Ngerepotin ah pacaran mah."

"Kok ngerepotin?"

"Gue males aja. Pacaran ribet. Iya kalo pacar gue nanti mau terima gue apa adanya."

"Maksudnya?"

"Ka, yang gue tahu cowok-cowok itu suka cewek-cewek yang lemah lembut atau sexy atau fashionable kayak fans lo itu. Dari 3 kriteria itu, gue udah ga masuk semuanya." Tiyas memberi jeda sejenak.

"Lagian ya Ka, belum tentu ada yang kuat pacaran sama gue."

"Ih serem amat. Kenapa gitu mesti kuat pacaran sama lo?"

"Nih ya, gue aktif di OSIS. Sebagian besar waktu setelah sekolah gue itu seputar OSIS atau les. Sabtu juga gue ada kerja sambilan. Ya emang ga setiap Sabtu siy. Minggu biasanya gue stand by nganter nyokap kemana-mana. Ga ada waktu gue Ka. Kesian pacar gue ntar."

"Ngapain siy lo kerja-kerja gitu? Sampe kata anak-anak, lu buka jasa cariin kado buat pacar plus kartu-kartunya."

"Seneng aja, ngisi waktu. Udah ah, lo gue ceritain juga ga akan paham Ka."

"Mereka bayar pake apa ke elo? Gue ga pernah ngerasa ngasih duit deh ke elo kalo lo kerjain tugas Inggris gue."

"Duit? Ya enggak lah, harga diri Bro. Gue suka banget baca buku, sementara buku yang gue suka biasanya agak mahal harganya. Jadi gue selalu minta buku, ke elo juga kan."

"Emang ajaib lo Ti. Tapi sama gue ga perlu lo kerjain tugas gue juga, gue mau beliin lo buku Ti. Lo bilang aja mau buku yang mana, nanti gue beliin."

"Raka, business is business. Kecuali kalo gue ultah, boleh deh tu lo kasih gue kado buku."

"Ti, besok balik sekolah bareng gue ya."

Just another High school Story [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt