Part 3 - Brownies

897 82 4
                                    

"Tiyaaas...Tiiii." Rani sahabat Tiyas sejak kelas 1 berteriak dari seberang lapangan.

Tiyas yang sedang berjalan bersama Cindy menoleh dan kaget karena tiba-tiba Rani sudah ada di sebelah mereka.

"Ti, piket OSIS ga hari ini?" Rani masih tersengal.

"Nggak, kenapa emang?"

"Ti ikutan yuk. Gue, Nia sama cewek-cewek anak 2.1 mau bikin kue dirumahnya Nia pulang sekolah. Ikut yaa?" Rani menggelayut manja.

"Bikin kue? Emang ada tugas bikin kue?"

"Gini lho si Raymond yayang gue yang lucu itu kan ulang tahun minggu depan. Gue pingin buatin kue ulang tahun buat dia. Biar lebih spesial."

"Hmmm...gue pikir ada apa. Trus kenapa dirumah Nia, kenapa ga di rumah lo?"

"Nia kan dapurnya kereeen Ti. Oven ada, mixer ada, bahan-bahannya disediain Nia. Kan gue jadi ngirit secara ini baru latihan. Lagian ya Ti, Nia juga mau ikutan belajar bikin kue. Dia mau bikinin Wisnu yayangnya."

"Assiiknyaaa yang punya yayang." Tiyas meledek.

"Jadi ikut ya Tiiiii...pleaseee...demi persahabatan kita." Rani menggelayut manja.

"Iyaa iyaa, insya allah gue ikut."

"Cin, lo ikutan juga ya. Biar tambah seru."

"Yah Ran, gue ada les LIA hari ini. Besok-besok ya."

Rani manyun. "Ya udah Tiyas aja. Ti, kalo gitu jam stengah dua ya di depan sekolah. Kita barengan sama Nia dijemput supirnya dia." Rani langsung berlalu.

***

Sore itu kami ber 5 berkunjung ke rumah Nia.

"Ya ampun Niaaa...dapur looo. Bagus banget siiiy. Udah disiapin pula bahan-bahannya. Gue jadi terharu." Rani langsung meluncur ke dapur Nia dengan mata berbinar seolah baru menemukan harta karun.

Rumah Nia besar dan teduh. Dapurnya memang bagus dan mewah. Ayah Nia seorang dokter dan Ibunya pegawai negri dengan jabatan yang lumayan tinggi. Paras Nia khas wanita jawa, ayu. Tutur katanya lemah lembut, senyumnya malu-malu. Rambutnya yang hitam panjang terurai hingga sebatas pinggang. Semua yang melihat Nia pasti akan teringat dengan sosok penari tradisional Jawa. Wajar saja Wisnu tergila-gila dengan Nia. Mereka sudah berpacaran sejak kelas 1 SMA.

"Iya Ran, jangan malu-malu ya. Anggep aja rumah sendiri. Mama Papa pulang malam kok."

"Rani mah malu-maluin Ni." Tiyas bercanda. "Ini gara-gara si Emon (panggilan Raymond) nih, pake ulang tahun segala. Jadi ngerepotin elo deh Ni." Rani manyun mendengan ucapan Tiyas.

"Ga apa-apa kok Ti, aku juga pingin belajar bikin kue buat Wisnu." Wajah Nia memerah malu.

Teman-teman yang lain meledek Nia.

"Ya ampuun Nii...udah satu tahun pacaran sebut nama pacarnya aja masih merah mukanya." Viki dan Rani mulai menggoda Nia.

"Pasti belum pernah dicium ya.."

Muka Nia merah semerah udang yang baru direbus.

"Hus huss...pada usil banget ngeledekin Nia. Udah cepet mulai bikin kuenya. Gue ngeliatin aja ya, sama bagian nyicip." Tiyas nyengir.

Sore itu mereka berlima bereksperimen dengan kue. Kali ini resep brownies mama Nia yang digunakan. Hasilnya, jam 6 sore kue keluar dari oven. Tiyas dan Viki yang menjadi dewan juri. Karena mereka berdua memang dari awal tidak tertarik untuk ikut membuat kue. Seperti yang diduga kue Nia matang dengan sempurna. 

"Tiyaaaasss...kok brownies gue bantet giniii." Rani berujar sedih.

"Siapa tahu rasanya enak Ran. Sini cobain dulu." Tiyas ingin menghibur sahabatnya. Ia mencoba untuk memotong brownies Rani.

"Astagfirullah, susah amat ini brownies dipotongnya." Tiyas lalu menggigit brownies buatan Rani. "Hmmm...enak Raan. Cocok buat nimpuk bleki anjing tetangga gue."

Komentar Tiyas disambut tawa riuh teman-teman yang lain. Wajah Rani langsung dilipat dua.

"Jahaat...awas yaa. Rani bikin lagi nanti dirumah, pasti enak."

"Assalamualaikum." Wisnu datang dari pintu belakang yang langsung mengarah ke dapur.

"Waaaah...yayangnya dateeeng. Paaas banget browniesnya jadi." 

Nia yang diledek langsung sembunyi di balik tubuh Tiyas. Wisnu hanya cengar-cengir.

"Ni, ga usah malu Ni. Brownies lo kan enak." Bisik Tiyas.

"Spaaa daaaa..." Raymond muncul tiba-tiba dari ruang tamu depan. Disusul dengan Raka, Dimas dan Ferdi.

"Waah rameeeee...seruuu." Viki bersorak.

"Denger-denger pada bikin kue nih, jadi kita nongol mau nyobain." Dimas berujar.

"Gini ya sodara-sodara, setelah melalui berbagai pertimbangan masak-masak. Maka dewan juri memutuskan hanya brownies nya Nia yang layak dan enak untuk dimakan. Brownies Rani hanya cocok untuk mengusir hama."  Viki berkelakar yang disambut tawa kawan-kawan lainnya.

"Ga apa-apa beiby, aku tetep cinta kamu kok."

"Uuuuu...co cwiiit yayang akuuu." Rani mengirimkan cium dari jauh.

Setelah selesai menikmati brownies Nia dan membereskan dapur, Tiyas dan kawan-kawan bersiap pulang. Wisnu masih bersama Nia di ruang keluarga. Raymond dan Rani sudah pulang bersama dengan teman-teman yang lain. 

"Nia dan semuanya, kita cabut ya duluan." Dimas dan Ferdi pulang berbarengan karena memang rumahnya berdekatan.

"Ti, gue anterin ya?" Raka berinisiatif. Refleks Wisnu menengok ke arah mereka. Wajah Wisnu berubah seperti tidak suka, untungnya Nia tidak menyadari perubahan itu.

Tiyas hanya mengangguk. Rumah Tiyas dan Raka memang letaknya tidak jauh.

"Nia, terimakasih banyak ya hari ini. Browniesnya enak banget." Tiyas pamit.

"Ti, kok lo ga bikin kue juga? Takut gosong ya?" Wisnu tiba-tiba meledek.

"Gue mah tahu diri Nu. Emang ga bakat jadi koki. Lagian ya, Nia dan Rani tu semangat bikin kuenya gara-gara punya yayang. Gue mah udah ga bakat, ga punya yayang pula. Jadi ya, dpt kerjaan paling enak. Icip-icip terus makan."

"Tiyas bikin kue buat gue nanti, ya Ti?" Raka berkelakar.

"Iya nanti, pas lebaran monyet gue bikinin." Tiyas tertawa.

Wisnu seperti mendapat pertanda perasaan Raka ke Tiyas. Tapi ia masih ragu. Mungkin Wisnu terlalu curiga, karena saat ini Wisnu suka pada Tiyas. Wisnu dan Nia mengantar tamu-tamu pulang sampai depan teras.

"Tumben bawa mobil Ka?" Wisnu bertanya. 

"Biar Tiyas ga kedinginan kalo naik motor."

Tiyas sudah berada di luar teras dan tidak mendengar perkataan Raka. Wisnu yang mendengar sangat jengkel dibuatnya.

"Beresin dulu tu mobil. Siapa tahu masih ada bekas gincu pacar lo kemaren."

"Tenaaang...udah berees." Raka hanya menyahut ringan tidak perduli dengan kekesalan Wisnu.

Lalu Raka dan Tiyas pulang meninggalkan Wisnu yang cemburu bukan kepalang.














Just another High school Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang