Part 18 - Let's take a break

529 56 0
                                    

Hari pertama sekolah.

Wisnu dan Raka sudah tidak bertegur sapa. Mereka tidak berhasil menemukan Tiyas, jadi mereka sangat berharap bisa bertemu Tiyas di sekolah. Tiyas berhasil masuk ke kelas IPA-1, sementara Wisnu dan Raka entah kenapa bisa berada di kelas IPS yang sama. Sementara Dimas dan Ferdi berada di kelas IPS yang lain. Satu kelas bersama mantan sahabatnya adalah hal terakhir yang mereka harapkan.

"Tiyaas?? Ya ampun luar biasa. Abis nyalon lo yah?" Rani sudah berisik pagi-pagi karena heran dengan penampilan Tiyas yang baru. "Gila Ti, kalau bukan sobat lo gue udah ga ngenalin deh."

"Ssstt...diem ah malu gue." Tiyas risih dipandang oleh Rani dari atas sampai bawah. Tiyas sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar tidak menarik perhatian dan saat ini ia sudah berada di bangku kelasnya yang baru.

Kemarin sepulangnya dari salon bersama Ibu ia pun terkejut dengan penampilannya yang baru. Rambutnya yang panjang membosankan dibentuk layer panjang. Tampak wangi dan berbentuk sempurna karena memang baru saja keluar dari salon. Ibunya memaksanya untuk ikut perawatan seluruh tubuh. Facial, lulur, menicure dan pedicure, bulu-bulu alisnya pun dirapihkan. Dulu Tiyas pasti akan menolak mentah-mentah jika Ibunya menawarkan hal serupa, namun kali ini ia butuh sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari perasaannya yang masih berantakan. Ibu bahkan berhasil mengganti ransel butut kesayangannya dengan ransel yang lebih bergaya, sepatu, baju seragam baru.

Keesokan paginya ketika ia akan berangkat dan menatap dirinya sendiri di cermin ia pun terheran-heran. Ia masih Tiyas yang sama, tapi bayangan di hadapannya adalah seseorang yang berbeda. Seseorang yang lebih segar. Sekalipun mata Tiyas tidak bisa berbohong, ia masih sangat sedih dan sakit hati. Lalu Tiyas memutuskan untuk berangkat lebih awal. Menghindari tatapan kawan-kawannya yang pasti sadar dengan perubahannya.

"Jadi kemarin gimana Ti? Lo kemana aja? Gue worry tahu." Rani duduk di bangku kelas IPA-1 sebelah Tiyas.

"Udah, kan gue udah masuk juga sehat-sehat aja."

"Gue seneng deh lihat lo begini Ti. Lebih fresh dan semangat. Cantik banget malah. Gue pikir lo masih bermuram durja." Rani menggelayut manja di lengan Tiyas. "Ti, jadi gimana Wisnu?"

"Nggak gimana-gimana." Wisnu tiba-tiba duduk dihadapan Tiyas.

Satu yang pasti Tiyas mungkin siap menghadapi hari pertama di sekolah, namun ia ternyata belum siap menghadapi Wisnu. Wajahnya langsung berubah muram, jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya, bahasa tubuhnya mengisyaratkan ia memasang benteng pertahanan yang tinggi.

"Ti, gue balik ke kelas dulu ya." Rani mengerti dan ingin segera pergi. Namun Tiyas menahannya.

"Ga perlu Ran. Ga perlu kemana-mana. Lo yang ada duluan disini kan."

Pagi itu kelas baru Tiyas masih setengah penuh.

Wisnu duduk di bangku depan Tiyas. Ia menatap gadisnya dalam-dalam. Tiyas pun duduk sambil melipat tangannya melakukan hal yang sama, menatap Wisnu dalam-dalam. Untuk Wisnu Tiyas berbeda hari ini. Tiyas selalu cantik dimatanya, tapi hari ini Tiyas luar biasa. Rambutnya dan penampilannya berubah. Hanya matanya yang jelas sekali tampak terluka, menatap mata Wisnu dengan berani. Berbeda sekali dengan pertengkaran pertamanya. Hari ini Tiyas terlihat sedikit menakutkan, atau mungkin karena Wisnu tahu ia bersalah.

"Tiyas, aku berhak didengarkan. Kita harus bicara."

"Pulang sekolah, jam 3 di kafe dekat toko buku." Tiyas yakin Wisnu tahu tempat yang dimaksudnya.

"Ti, aku minta maaf..."

Sebelum Wisnu sempat melanjutkan, Tiyas mengulangi kalimat yang sama. "Pulang sekolah, jam 3 di kafe dekat toko buku. Nanti atau tidak sama sekali?" Wajah TIyas mengeras. Wisnu pun gentar. Ia tidak pernah melihat gadisnya semarah itu, bukan marah sepertinya murka.

Just another High school Story [Completed]Where stories live. Discover now