Part 5 - Sahabat

748 76 1
                                    

Dimas, Ferdi dan Raka berada di lapangan basket sekolah sore itu. Sudah 30 menit mereka menunggu Wisnu sambil mulai berlatih basket. Namun yang ditunggu tidak kunjung tiba.

"Ka, lo ngerasa sikap Wisnu aneh ga siy?" Dimas bertanya sambil masih tidak menghentikan permainannya.

"Aneh gimana?"

"Ya Wisnu itu jadi kayak sibuk gitu. Kerumah Nia, ketempat Tiyas bolak balik. Gue ngerasa dia beda aja, gue ngerasa... ah tau deh. Paling ga pinter gue soal ginian."

"Wisnu suka sama Tiyas. Masa gitu aja lo ga tau Dim." Ferdi yang biasanya menjadi pendengar mulai bicara sambil masih men-dribble bola.

"Tuu...itu maksud gue Ka."

Raka sudah tahu sejak lama. Namun ketika itu diucapkan lantang oleh sobatnya rasanya ada sensasi panas dalam hatinya.

"Nia mau dikemanain?" Raka menyahut pendek. Ponsel Raka yang berada di pinggir lapangan berdering. Setelah menghentikan permainan basketnya sejenak, ia mengangkat telpon, berbicara sebentar lalu kembali bermain basket.

"Siapa? Dara? Siska? Lo serius ga siy Ka sama mereka." Dimas berujar.

"Nggak lah Dim. Gila kali gue. Gue suka sama cewek yang punya pendirian, ga lenjey dan ganjen."

"Kayak Tiyas gitu?" Ferdi bertanya tiba-tiba.

Raka memutar-mutar  bola di tangannya sebelum melemparkan ke dalam keranjang. "Mungkin."

"Ini ada apa-apaan siy sama Tiyas. Dia itu temen kita dari kelas satu. Gue ga bilang Tiyas ga menarik, Tiyas itu...cantik siy. Cuma cuek aja anaknya...Seksi juga kalo dia lagi debat OSIS."

"Eh muji-muji dia lagi gue lempar nih bola ke muka lo." Raka tidak suka mendengar perkataan Dimas.

"Point nya bukan itu Raka. Wisnu suka sama Tiyas, lo juga...dan kita kan udah temenan lama. Masa gara-gara Tiyas jadi berantakan."

"Kenapa jadi salah Tiyas, kenapa lo ga salahin sobat lo Wisnu itu yang suka sama cewek lain padahal dia masih punya pacar? Kenapa salah gue juga? Gue jomblo kok, Tiyas jomblo. Dimana salahnya?" Raka mulai panas dan berdiri berhadapan dengan Dimas sambil masih memegang bola.

"My Maaan...sabaar." Ferdi menengahi.

"Ka, coba lo pikir-pikir dulu deh. Apa lo bener-bener suka Tiyas? Apa bukan karena rencana usil lo aja buat gangguin Wisnu? Gue ga ada masalah kalian mau suka sama siapa aja. Asal....kita tetep temenan, oke?" Dimas mereda.

"Waduduh kenapa nih? Gue kelewatan apa?" Wisnu datang dan menaruh tas di pinggir lapangan.

"Nggak, itu si Dimas sama Raka lagi rebutan giliran." Ferdi cengengesan. "Abis darimana Nu?"

"Nia sakit. Gue kerumahnya dulu."

"Lho Ka, mau kemana?" Dimas bertanya.

Raka mengambil tasnya dan menjawab sambil melambaikan tangan. "Jemput Tiyas les." 

"Tiyas les besok, bukan hari ini." Wisnu menyahut sambil mendribble bola cuek.

"Kalo gitu gue mau kerumahnya. Kangen." Raka menjawab asal hanya ingin membuat Wisnu kesal. Ia berlalu meninggalkan kawan-kawannya di lapangan. 

Diperjalanan Raka memikirkan kata-kata Dimas. Apa benar ia tidak suka Tiyas, hanya kagum dan tertantang mungkin. Hanya karena ia merasa tidak mau kalah oleh Wisnu, hanya karena Tiyas adalah satu-satunya cewek yang acuh tak acuh pada Raka. Tapi jika begitu, kenapa rasanya nyaman berada bersama Tiyas. Raka bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa harus jaga gengsi. Kesal karena bimbang dengan perasaannya, ia memacu motornya kencang. Berharap angin bisa menghilangkan keraguannya. 

Just another High school Story [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt