Part 16 - This means War

506 55 1
                                    

Senin pagi Tiyas keluar dari rumah sakit. Seperti dugaannya, Raka sudah ada di depan pintu kamar bersiap membantunya berberes dan membawa barang.

"Bunganya tinggal aja disini Ti. Biar buat suster-suster disini. Kalau dibawa malah repot."

"Oh oke."

"Terimakasih lho Raka, tante terbantu sekali. Jadi ada yang gantian tunggu Tiyas disini. Adeknya masih di Bandung belum mau balik ke Jakarta." Tante Lena tersenyum tulus pada Raka.

"Nggak apa-apa Tante. Pas banget lagi liburan, jadi Raka bisa bantu."

Mereka diantar Raka sampai di rumah. Begitu Tiyas masuk ke kamarnya, sudah ada 2 buket bunga baru dan balon hias bertuliskan 'Welcome Home' dari Raka. Tiyas hanya memandangi hadiah-hadiah itu. Tidak merasakan apapun.

Malamnya Tiyas berusaha menghubungi Wisnu. Ingin memberi kabar bahwa ia sudah pulang. Sebelum Tiyas sempat memijit nomernya, ponsel Tiyas berbunyi. Tiyas tersenyum lebar menyangka Wisnu menghubunginya.

"Halo Ti." Suara Raka diseberang sana.

"Ya Ka?"

"Besok udah mulai masuk belum les Inggrisnya?"

"Udah. Gue besok les kok. Kenapa emang?"

"Gue jemput jam 7 berarti ya."

"Nggak perlu Ka. Gue bisa pulang sendiri kok."

"Gue nggak nanya Ti. Cuma mau kasih tahu lo aja gue jemput lo."

Tiyas memijit kepalanya bingung. "Raka, kalau kayak gini gue jadi ga enak lho Ka sama Wisnu." Intonasi Tiyas diturunkan dan lebih perlahan. Khawatir Raka tersinggung.

"Tiyas, ga usah GR. Lo itu abis sakit, jam 7 itu udah malem. Gue ga pingin temen gue sakit lagi. Ngerepotin." Raka berkelakar. "Lagian ga usah khawatir sama Wisnu, dia pasti ngerti gue cuma mau jagain pacarnya."...'yang dia ga bisa jagain sendiri.' Kalimat terakhir hanya ada di kepala Raka.

Tahu bahwa Raka tidak bisa dibantah, Tiyas menyudahi telponnya. Ia kembali berusaha menghubungi Wisnu dan disambut nada sambung panjang yang berati telponnya tidak terangkat. 'Satu kali lagi Ti, satuu kali lagi. Kalau masih nggak diangkat, sudah cukup. Tidak perlu telpon Wisnu lagi.' Tiyas berujar dalam hati. Telpon keduanya, bahkan disambut suara mesin yang berarti ponsel Wisnu mati tiba-tiba.

'Wisnu, kamu kok ga telpon si Nuuu.' Tiyas memeluk bantalnya dan tertidur.

***

Kamis malam akhirnya pacarnya itu menghubungi. Suara Wisnu terdengar sangat lelah membuat Tiyas khawatir. Di penghujung telpon Tiyas harus kecewa lagi. Wisnu tidak pulang lagi. Kali ini karena ada jadwal percobaan pertandingan dengan klub basket lainnya di Bandung.

Cukup, sudah cukup Tiyas menunggu. Ia menghubungi Rani di Jumat malam.

"Ran, besok anterin gue ke Bandung ya, ajak Raymond. Ya Ran yaaa...pleaseee."

"Assiiiikkk liburan ke Bandung." Sahabatnya itu langsung setuju.

"Besok anter gue ke RS dulu kontrol ya Ran jam 10an. Abis itu kita langsung jalan. Minggu atau Senin pulang terserah deh. Kita nginep rumah Om Surya aja di Lembang."

"Oke Boss."

***

Rumah Sakit Sabtu pagi itu masih cukup lengang. Biasanya jam sibuknya dimulai jam 12 siang. Tiyas hafal setelah menghabiskan satu minggu disana. Setelah daftar dan menyerahkan berkas ke suster jaga, ia memutuskan pergi ke kantin. Dokter Miko, dokter internist yang merawatnya seminggu yang lalu akan terlambat karena sedang tindakan, jadi ia punya banyak waktu. Rani akan menjemputnya jam 11.30 siang, selesai dari dokter. Ponselnya berbunyi.

Just another High school Story [Completed]Where stories live. Discover now