Part 6 - Pentas Seni

706 81 1
                                    

Minggu-minggu panjang persiapan Pentas Seni pun berlalu. Tiyas berhasil meredam gosip dirinya dan Wisnu. Raka pun sudah kembali pada sikapnya. Tiyas merasa situasi sudah bisa ia kendalikan kecuali hari ini. Hari ini adalah tanggal pelaksanaan Pentas Seni tahunan. Event akbar sekolahnya yang mendatangkan beberapa bintang tamu yang sedang naik daun. Tiyas berjalan mondar mandir sepanjang koridor sekolah sambil membawa walkie talkie ditangan yang terus berbunyi. 

Tiyas dan Danar bertanggung jawab untuk memastikan kebutuhan bintang tamu NARA grup band yang sedang hits itu terpenuhi. Pada saat pemilihan grup panitia, Tiyas sengaja memilih Danar agar tidak memperkeruh keadaan. Band-band pembuka acara sudah tampil, grup-grup ekskul sekolah ada di jadwal selanjutnya. Setelah itu acara pamungkas adalah NARA. Namun vokalis grup band itu sedikit menyusahkan. Mereka mempermasalahkan konsumsi yang disediakan panitia.

"Tiyas, orang konsumsi udah jalan belom beli makanan buat Rika (vokalis NARA)?" Suara Asti tiba-tiba terdengar di walkie talkie Tiyas.

"Udah Kak. Wisnu dan Rian udah jalan kok 15 menit yang lalu. Eh, udah dateng kak. Makanan udah dateng."

Setelah Tiyas lapor Wisnu dan Rian muncul di ujung koridor. Tiyas meminta mereka segera menyusul Danar di belakang panggung. Tidak berapa lama Danar menghampiri Tiyas.

"Beres ga Nar?"

"Beres, ada Wisnu. Itu kayaknya siy Rika kesengsem deh sama Wisnu. Begitu Wisnu nongol, makanan yang tadi udah disediain sama gue dia bilang enak. Gila emang, ngapain coba kita dari tadi repot nyari makanan baru buat dia. Nggak ngerti gue sama perempuan." Danar bersungut-sungut kesal. "Sekarang gue minta Wisnu jagain si NARA dulu sampai naik panggung. Gue konsumsi bareng Rian."

Tiyas tertawa lega. "Alhamdulillah. Gak perduli lah gue, yang penting Rika makan." Tiba-tba tawa Tiyas berhenti. Tubuh Tiyas limbung kesamping.

"Ti, Ti, lo gak apa-apa?" Danar memegang bahu Tiyas tepat sebelum Tiyas jatuh dan menuntun Tiyas duduk di kelas kosong terdekat.

"Gak apa-apa kok Nar. Pusing sedikit."

"Muka lo pucet Ti. Beneran deh. Lo belum makan ya? Gue ambilin ya, atau gue cariin minum ya. Lo jangan kemana-mana." Danar berlalu keluar kelas.

Tiyas mendengar sorakan keramaian dari lapangan, NARA naik panggung. Teman-temannya pasti sedang menikmati pertunjukan ditengah lapangan. Kepala Tiyas berat, perutnya kembung dan mual. Telapak tangannya dingin. Mungkin memang karena ia terlambat makan. Sudah jam 4 sore, satu jam lagi acara selesai. Tiyas hanya ingin acara berakhir lancar tanpa hambatan berarti. Duduk di kelas kosong sendiri, ia menyandarkan kepalanya di meja. Menunggu pusingnya hilang.

"Ti, lo kenapa? Kok disini? Kok pucet?" Raka tiba-tiba muncul entah dari mana. 

Tiyas hanya tersenyum kecil tidak menyahut. Raka menghampiri Tiyas dengan ekspresi sangat khawatir. Rambut Tiyas hari itu tergerai panjang sebahu, ikat rambut satu-satunya putus karena tersangkut tali hias yang memutari lapangan. Wajahnya yang pucat pasi dan rambutnya yang tergerai membuat paras Tiyas terlihat sangat lemah. Satu sisi Tiyas lagi yang hari ini Raka baru tahu. Refleks Raka menyentuh tangan Tiyas.

"Dingin Ti. Tangan lo dingin banget. Ini elo keringet dingin begini. Pulang yah gue anterin." Raka berlutut disamping Tiyas yang masih duduk di bangku.

"Masih belum selesai Ka, sebentar lagi habis ini." Kepala Tiyas masih di meja ditumpu dengan satu lengannya. Wajahnya menghadap ke samping melihat Raka. 

"Ti, pulang sekarang ya. Masih banyak panitia yang lain kan?" Raka masih menggenggam tangan Tiyas yang dingin.

"Tapi ini belum selesai. Danar lagi ambil makanan, gue makan deh abis itu pasti enakkan." Tiyas memberi jeda. Ia membiarkan tangannya digenggam Raka, hangat, nyaman rasanya. "Kok tahu gue disini? gue pikir lo di lapangan sama anak-anak lihat NARA manggung."

Just another High school Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang