Part 20 - If you have a bad day

508 51 0
                                    

Tiyas berbaring di dalam kamarnya malam itu. Matanya masih tidak bisa terpejam. Ini bukan malam pertama tidurnya terganggu. Sudah berbulan-bulan lamanya ia mempunyai penyakit baru, insomnia. Terkadang Tiyas melihat Wisnu lewat didepan kelasnya, entah untuk apa. Karena letak kelas Tiyas yang agak terpencil, harusnya tidak ada apa-apa yang menarik setelah kelas  Tiyas. Tiyas juga merasa Wisnu memperhatikannya ketika sedang di kantin, atau koridor sekolah, tapi Tiyas tidak bisa menemukan dimana Wisnu pada saat itu. Jadi Tiyas berasumsi ini semua hanya bayangannya saja.

Ini semua, mungkin karena Wisnu. Bukan...tapi karena dirinya sendiri. Ia sangat ingin bertemu, tapi egonya berkata lain. Harga diri Tiyas terlalu tinggi untuk menarik balik ucapannya sendiri. Menurut Rani, ini harusnya sederhana. Tiyas cukup bicara pada Wisnu untuk mengakhiri semua yang ia minta. Tetapi Tiyas sendiri yang membuat ini menjadi rumit. Tiyas bahkan tidak mau mendengar apapun yang Rani berusaha katakan jika itu perihal Wisnu.

Praduga-praduganya pada Wisnu yang membuat semua lebih tidak tertahankan. Apa Wisnu memang sudah tidak cinta? Tidak ada rasa? Atau bahkan sudah lupa? Tiyas merasa hanya dia yang menderita

***

Pagi itu Raka sudah tiba di depan rumah Tiyas.

"Ka? Kok pagi-pagi udah kerumah?" Tiyas yang baru saja bersiap berangkat terkejut dengan kehadirannya.

"Jemput guru bahasa Inggris gue." Raka nyengir.

"Yah Ka, kan gue bisa berangkat sendiri. Udah lo jalan duluan aja." 

"Ti, gue udah dirumah lo sih Ti. Udahlah sekalian aja."

Tiyas sebenarnya enggan menuruti Raka, tapi langit memang sangat mendung pagi ini. Ulangan Biologi di jam pertama sudah menunggu.

"Gue ikut kali ini tapi besok-besok gue ga mau ya. Gue bisa jalan sendiri." Tiyas menyahut galak dan disambut dengan senyuman lebar Raka.

Di dalam mobil.

"Ka, gue ga nyaman dengan mobil lo ini deh." Tiyas melihat bagian dalam mobil sport Raka sambil memicingkan mata.

"Kenapa? Kurang bagus?"

"Hhhhh...Raka ini bukan mobil anak SMA.  Kalau lo udah punya penghasilan sendiri dan emang lo beli sendiri gue ga masalah deh. Tapi lo sendiri kan belum kerja Ka. Lagian mobil ini terlalu mencolok, gue ga suka."

Raka tertawa. "Oke oke, kalau lo ga suka banget dengan mobil ini besok gue ganti."

"Hah? Minta beliin lagi gitu? Janganlah, kesian banget bokap nyokap lo ngabisin duit banyak buat gonta ganti mobil begini."

"Ti, lo kalau marah-marah pagi-pagi gini jadi tambah cantik deh." Raka meledek Tiyas yang mendongkol sambil masih mengemudi.

"Ti, sabtu besok jalan yuk, ke toko buku. Lo kan belum gue beliin buku padahal udah ngajarin gue lebih dari sebulan."

"Ga usah Ka. Gue bisa beli sendiri. Udah ga usah dipikirin." Tiyas seperti bisa mencium gelagat Raka yang mulai aneh.

"Business is business Ti. Gue jemput jam 10 ya."

"Raka..."

"Tiyas...pokoknya gue jemput jam 10."

"Satu syarat. Baikan sama Wisnu." Tiyas menantang Raka tiba-tiba.

"Ga akan, ga akan gue maafin orang yang udah bikin lo sakit hati begitu." Tanpa tedeng aling-aling Raka menyahut.

"Raka, mungkin Wisnu ga bermaksud begitu Ka. Mungkin semuanya emang ga disengaja jadi bikin salah paham." Tiyas terkejut dengan kalimatnya sendiri. Seperti alam bawah sadarnya yang berbicara.

Just another High school Story [Completed]Where stories live. Discover now