"Signa ... bis ... de die ...."
"Ya, teruskan."
Bodo amatlah, batin Rama kemudian kembali mengulang bahasa latin dalam resep tersebut dengan tidak minat.
"Signa bis de die expelliarmus expacto patronum wingardium leviosa."
Vian yang mendengarnya tergelak seketika, sedang Arya menatap Rama gemas kemudian beranjak dari kursinya.
"Anak ini! Kamu niat belajar apa tidak! Vian itu banyak kerjaan, kamu jangan main-main terus!" Arya menarik telinga Rama yang kini mengambil posisi bersandar di kursi dengan malas.
"Aduh, sakit! Sakit! Lepas, nggak? Kulapor Kak Seto kamu, Kak! Kamu akan dijerat Undang-Undang Perlindungan Anak!"
Masih dengan tertawa Vian menepis tangan Arya yang menjewer telinga Rama. "Sudah, jangan memaksanya belajar seperti itu. Aku dan Riva tidak pernah memaksa Rean ataupun Chelia untuk belajar."
"Anak seperti Rean dan Chelia memang tidak perlu dipaksa belajar, Vian. IPK mereka itu paling tinggi seangkatan."
Rama merengut sambil mengelus kupingnya. "Tidak usah bawa-bawa masalah IPK, deh. Jangan menilai biskuit dari kemasannya. Bisa jadi kalengnya biskuit Monde isinya malah rengginang alot, kan?"
Vian hanya mengacak-acak rambut Rama mendengarnya.
Rama beralih pada Arya. "Berhentilah melihat mahasiswa dari nilai-nilanya saja. Paham idealisme seperti itu tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman. Kamu mau dituntut melakukan rongrongan terhadap Pancasila?"
Arya memejam erat, menahan emosinya. Tak lama kemudian ia membuka mata dengan senyum manis. Perubahan yang terlalu tiba-tiba menurut Rama.
"Ya sudah, kalau kamu lelah, belajarnya sampai di sini saja dulu." Arya menepuk punggung Rama.
"Kakak ... kamu sehat? Mumpung ada kak Vian di sini, kamu cek kesehatan dulu, deh." Rama menekuk dahinya.
"Seratus persen sehat."
"Jadi ... aku boleh pergi sekarang?"
"Boleh. Tapi ada syaratnya."
"Sudah kudugong!" Rama bersungut.
"Kamu mengataiku dugong?!"
"Astaga! Kakakku ini kudet sekali!" Rama menggeleng beberapa kali. "Itu cuma ple ... setan!"
Arya kembali menarik telinga Rama yang memenggal kata plesetan dan memberinya umpatan secara tidak langsung.
"Bercanda, Kak Arya sayang. Gila, mana ada setan setampan kamu." Rama kali ini gesit berkelit dan merayu Arya yang menatapnya kesal. "Jadi, syaratnya apa?"
Arya yang semula dongkol kembali mengulas senyum lalu merangkul pundak Rama.
"Akhir pekan ini menginap di rumahku, ya?"
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Retensi—kemampuan menyimpan informasi dan Retrieval—kemampuan untuk memanggil seluruh impuls yang telah tersimpan merupakan dua dasar utama dari proses mengingat yang saling terkait satu sama lain.
ESTÁS LEYENDO
Prescriptio☕
Misterio / SuspensoMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
16. Dementor ☕
Comenzar desde el principio
