2 | Hal yang tak terduga

105 39 52
                                    

CHAPTER 2 | HAL YANG TAK TERDUGA

***

Cewek itu emang kuat, malamnya nangis, paginya udah tersenyum.
***

Zahra masih terkejut melihat Devan, ia hanya bisa terdiam sejenak. Devan yang masih berada di atas motornya segera memberi isyarat untuk naik. Tetapi Zahra masih berdiam diri, hendak naik tapi dia takut terjadi apa-apa nantinya.

"Lo mau diem lagi?" tanya Devan.

"Ih, bukan gitu," jawab Zahra yang masih berdiri di pijakannya.

"Terus?"

Zahra yang tidak tau ingin menjawab, hanya berdiam lagi. Dia ingin ikut, tapi tidak berani menjawab. takutnya Devan tidak bersungguh-sungguh untuk pulang bersama.

"Tuh kan, diem lagi. Lo bisu atau apa, sih?" tanya Devan sembari memperhatikan Zahra.

"Apaan sih, aku gak bisu. Kamu kalo nggak niatan buat ngajak balik, mendingan jangan, deh," Zahra yang tadinya masih sabar dikatain gendut di kelas tadi masih bisa menerimanya, tapi ini beda lagi yang dikatakan Devan.

"Kalo gue ngajak berarti gue udah niat, lo aja yang di tanyain malah suka diem mulu!"

"Iya maaf," ucap Zahra tanpa ingin berdebat lagi.

"Kok minta maaf? Lo gak salah apa-apa, harusnya gue yang minta maaf udah ngatain lo yang gak bener."

"Bagus kalo sadar," gumam Zahra yang hampir tidak kedengaran.

"Lo ngomong apa, sih?" tanya Devano yang masih menatap Zahra.

Zahra sedikit gelagapan untuk menjawab tetapi dia segera tersenyum manis pada Devan. Devan yang melihatnya hanya diam dibuatnya.

"Udah lupain aja, lo jadi gak pulang bareng gue?"

"Yah, kalo gak ngerepotin, sih," ungkap Zahra yang masih menunggu jawaban Devan.

Devan yang tidak ingin berlama- lama, segera mungkin dia menyuruh Zahra naik ke motornya.

Sesekali Zahra memberikan petunjuk dimana letak rumahnya, Devan hanya membalasnya dengan anggukan.

Akhirnya mereka sampai didepan rumah minimalis yang sangat indah. Halaman rumah di penuhi dengan tanaman yang menyejukkan mata.

Zahra segera turun dari motor Devan. Dia hendak membuka helm-nya tetapi dia kesusahan, dengan segera mungkin Devan membuka pengait di helm-nya. Jarak mereka sangatlah dekat. Zahra yang melihat wajah Devan lebih dekat dengannya merasa canggung dibuatnya, dengan segera dia mengambil alih untuk membukanya.

Zahra segera mengembalikan helm milik Devan.

Devan pun segera pamit untuk pergi tetapi sebelum dia pergi sebuah suara menginterupsinya

"Devan makasih, yah," ucap Zahra tersenyum dengan tulus.

"Hmm, iya," Devan hanya membalas dengan tatapan datar.

Setelah mengatakan itu Devan segera pergi. Tadinya Zahra ingin mengajak Devan masuk ke rumah tapi Devan menolaknya. Mungkin dia sedang sibuk batin Zahra.

Dengan langkah pelan dia masuk kedalam rumah. Membuka rumah yang sangat sepi, sunyi. Itulah keadaan rumahnya, tidak ada ibu yang menyambutnya dengan senyuman khas yang selalu terpancar dari bibirnya, sekarang semuanya berubah.

Square loveWhere stories live. Discover now