Chapter 25 (Bonus)

394 15 21
                                    


"Oi, wanita!"

Gintoki menarik kunai yang menancap di dahinya. "Tolong tahu diri sedikit! Aku baru saja pulang dan ini tengah malam!"

Tsuki bersandar pada sofa sambil melipat kedua tangannya dan menyilangkan kakinya. "Apa yang kau lakukan sampai jam segini, Gintoki? Kau lihat ini jam berapa?"

Gintoki menengadah dan menatap jam dinding di tembok belakang Tsuki.

"Jam 2 pagi."

"Apa yang kau lakukan sampai jam 2 pagi? Kau pergi sejak pukul 9 pagi hari ini. Kau bilang kau mau bertemu dengan Kurosawa-san untuk berdiskusi soal orang yang mencuri mobilnya. Kau bilang kau bertemu dengan Gengai sorenya. Dan kau tidak ada kabar lagi sampai barusan."

"Aku mengirimkanmu pesan singkat! Aku bilang aku mau bertemu dengan Katsura dan Shinsuke!"

"Yakin?"

Gintoki terdiam sejenak. "Aku mengirimkannya. Hanya saja, aku mendapat pesan balasan yang mengatakan bahwa pulsaku tidak mencukupi. Oi, Tsukuyo!"

Gintoki menangkap kunai dengan cepat. Jika dia terlambat satu detik, kunai tersebut akan mengenai dahinya.

"Kau mau membuat air terjun darah di kepalaku!?" kata Gintoki sambil melempar kunai ke meja depan Tsuki.

"Aku menunggumu, Gintoki," ucap Tsuki. "Jangan buat aku menunggu."

Gintoki menggaruk bagian belakang kepalanya dan mendengus. "Iya, iya. Maaf."

Gintoki berjalan mendekati Tsuki dan mencium keningnya. "Iya, lain kali aku akan lebih berusaha untuk mengabarimu."

"Bagus," Tsuki berdiri dan menepuk-nepuk bahu Gintoki. "Kau tidur di sini malam ini. Selamat tidur."

"Oi, wanita!" Gintoki berteriak.

STEB.

Sebuah kunai menancap di dahi Gintoki. Dia terhuyung ke belakang dan terjatuh ke sofa. Pandangannya pun gelap dalam waktu kurang dari tiga detik.

***

Gintoki membuka matanya. Dia melenguh pelan dan menatap jam dinding ruang tamu. Pukul 10.24.

Gintoki menguap dan mengucek-ucek matanya. Dia melihat sekeliling, dan melihat istrinya sudah duduk manis di depannya sambil mengunyah mochi.

Gintoki merengut menatap istrinya. "Apa?"

"'Apa'?" kata Tsuki. "Aku menunggu penebusan dosamu."

Gintoki mendengus sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Ya, ya, ya. Kamu mau apa."

Tsuki melempar sebuah kotak kado kecil ke atas meja. Gintoki kembali mendengus dan mengambilnya.

"Aku mau kau lihat itu," ucap Tsuki sambil kembali mengunyah mochi.

Gintoki membuka kotak kecil tersebut. Matanya menyipit, berusaha menganalisa isi kotak tersebut.

"Apa ini?" tanya Gintoki.

Tsuki tidak menjawab dan kembali menyuap mochi ke mulutnya.

Gintoki kembali menggaruk bagian belakang kepalanya. Dia masih menatap isi kotak tersebut tanpa suara.

Tiba-tiba, kedua mata Gintoki terbelalak.

"TSUKUYO?" Gintoki menatap Tsuki.

Tsuki tidak menjawab. Dia hanya menatap Gintoki sambil mengunyah.

Gintoki kembali menatap isi kotak itu, dan dia kembali menatap Tsuki. "Tsukuyo?! Apa maksud dua garis biru ini?!"

Tsuki menelan makanannya dan tersenyum lebar. "Selamat, kakek tua. Kau akan jadi ayah."

Die Another Day 3On viuen les histories. Descobreix ara