Chapter 9

339 27 20
                                    


"Sokka," ucap Sougo sambil menyeruput teh hijaunya. "Jadi, untuk saat ini, aku akan menjadi Oni no Fukucho untuk sementara."

"Sadist Fukucho, lebih tepatnya," kata Kondou sambil membaca koran. "Sampai saat ini, berita ledakan di Fukuoka tidak dimuat di koran. Kabar tentang Gintoki belum bocor dan masih aman. Terima kasih, Sougo."

"Ne, ne," kata Sougo. "Jadi, pedang kayu milik Danna ditemukan?"

"Ya, dan Saitou bilang, pedang kayunya sudah berada cukup lama di dalam air. Mungkin sudah satu minggu lebih," kata Kondou. "Kagura menanyakan kabar Gintoki padamu, Sougo?"

"Ya, dia terus bertanya. Aku hanya bilang kalau Danna masih berada di Jepang, itu saja," jawab Sougo. "Aku paham, Kagura khawatir. Dia juga tak ingin Tsuki khawatir."

"Otae juga sama. Lama-lama, aku bingung menjawabnya. Mulutnya yang manis itu minta disumpal burung..."

Kondou belum selesai bicara, Yamazaki sudah masuk ke dalam ruangan.

"Kyoukuchou! Taichou! Ada kabar dari Todo-san!" kata Yamazaki. "Mereka melihat ada dua anggota Naraku di Edo!"

"Apa?" Kondou membanting koran ke atas meja. "Di mana?"

"Di dekat Kabukichou," kata Yamazaki sambil duduk di depan Kondou dan Sougo. "Todo mengenali wajah mereka karena keduanya masuk ke dalam daftar buron Naraku setelah kejadian Urayasu. Tapi, Todo kehilangan jejak mereka di antara kerumunan orang. Mereka mengenakan pakaian biasa layaknya warga sipil."

"Aku akan menyisir Kabukichou," kata Sougo sambil berdiri. "Yamazaki, siapkan mobil patroli untukku. Kondou-san, aku pergi dulu."

"Hati-hati, Sougo," Kondou ikut berdiri. Sougo pun berjalan cepat keluar ruangan.

"Ada apa ini, Kondou-san? Apakah Naraku akan kembali menyerang?" tanya Yamazaki.

Kondou terdiam sejenak. "Mungkin. Yamazaki, ambilkan pisang dari kebun belakang. Aku mau menghubungi Bos Matsudaira."

***

"Fukuoka, kota yang tenang!" kata Sasaki sambil mengemudikan mobil sewaan. "Fukucho, kau terlihat tampan dengan kacamata hitam, kaus hitam, dan coat abu-abu gelap. Kau juga mengenakan jins hitam robek-robek. Rasanya, aku sedang mengantar bintang film terkenal."

"Diam kau, udang goreng tepung," kata Hijikata sambil mengembuskan rokoknya. "Ah, itu Saitou."

Sasaki menghentikan mobilnya persis di depan Saitou. Hijikata pun turun dari mobil.

"Hijikata-sanz," kata Saitou yang sudah cukup fasih bicara tapi masih menggunakan huruf 'z' di akhir kalimatnya. "Kau terlihat seperti aktor terkenal, seperti Matsumoto Junz."

"Aku lebih keren dari dia," kata Hijikata sambil mengisap rokoknya. "Mana bangkai motor Gintoki?"

Hijikata berada di lokasi motor Gintoki meledak. Dia dan Saitou berjalan masuk ke dalam gang yang sudah dipasangkan police line dan berhenti persis di depan motor Gintoki yang sudah hangus terbakar.

Hijikata berjongkok dan memperhatikan bangkai motor tersebut. Motor tersebut tidak begitu hancur. Dia melihat lubang kecil pada tangki bensin, dan lubang tersebut cukup terlihat karena sedikit miring.

"Alat pelacak itu ditempel di sini," Hijikata menunjuk tangki bensin. "Aku baru ingat."

Hijikata berdiri. "Tapi, alat pelacaknya tidak akan terlihat karena tangki bensin tertutup oleh pelindung badan motor."

"Aku menemukan barang bukti lain."

Hijikata berbalik dan melihat Takasugi sedang berjalan ke arahnya. Dia melempar sebuah benda di dalam kantung plastik kecil pada Hijikata.

"Pematik merek Zippo," kata Takasugi sambil mengisap kiseru-nya. "Pematik itu ditemukan agak jauh dari lokasi ledakan. Kelihatannya, pemantik itu terlempar karena ledakan."

Hijikata memperhatikan pemantik tersebut. "Kuso. Ini pematik limited edition Kaonashi dari film animasi "Spirited Away". Harganya sekitar satu juta, aku mengincar pematik ini sejak lama. Dan si bodoh itu membelinya karena uangnya banyak."

"Kau sudah punya pematik mayonaise, Hijikata-san," kata Takasugi. "Soal pedang kayu Gintoki, pedang itu tidak patah dengan sengaja. Dari bentuk terakhir yang aku dan Saitou selidiki, pedang kayu tersebut dihantam dengan keras dari sisi kanan. Sisi kanannya penyok, dan yang membuatnya penyok, adalah benda yang tenaganya cukup keras."

"Aku sudah bicara pada kepolisianz Fukuoka dan meminta mereka untuk bekerza zama. Timku, dibantuk dengan timz Takasugi-san sedang menyusuri Zungai Naka. Beberapa anggota kepolisianz Fukuoka akan mengerahkan beberapa penyelamz untuk mencari petunjuk di zungai. Pencarian akan berlangzung zelama satu minggu, zetelahnya mereka akan menghentikan pencarianz. Hari ini, mereka akan mencoba menyuzuri zungai sepanjang 20 kilometerz," jelas Saitou.

"Aku pusing mendengarmu bicara," kata Hijikata. "Takasugi, apa lagi yang kau dapatkan?"

"Aku menugaskan satu orang anggotaku dan satu orang anggota Saitou untuk mencari informazi, maksudku, informasi di bandara. Mereka akan teruz, maaf, terus berada di sana selama tiga hari," kata Takasugi. "Oh, ada satu hal lagi."

"Aku sempat mendatangi kedai ramen tempat Gintoki terakhir makan. Oji-san yang membuat ramen di sana ingat sosok Gintoki. Dia bilang, Gintoki adalah tamu yang banyak bicara."

"Memang," kata Hijikata.

"Gintoki hanya menceritakan hal yang sama berulang kali sambil memperlihatkan sebuah foto pada oji-san tersebut. Dia bilang, itu foto istrinya," lanjut Takasugi.

Hijikata terdiam sejenak. Dia dan Takasugi saling berpandangan.

"Apa lagi yang dia ceritakan?" tanya Hijikata.

"Oji-san itu hanya bilang kalau Gintoki sedang traveling, dan ini adalah kali pertamanya berada di Fukuoka. Setelah itu, pembicaraan kami terhenti," jawab Takasugi.

"Karena?"

"Ramen pesananku sudah datang. Enak."

Hijikata terdiam sejenak. "Aku akan ke hotel dulu untuk check-in. Nanti, kita makan malam sambil membicarakan ini."

Hijikata berjalan mendekati Takasugi. "Jadi, di mana onsen yang enak di sekitar sini?"

Die Another Day 3Donde viven las historias. Descúbrelo ahora