Chapter 19

358 23 13
                                    


Kondou terdiam sejenak menatap Gintoki. Sorot matanya tajam, membuat Gintoki menelan ludah.

Kondou pun berdiri dan menatap Hijikata. "Toshi."

Hijikata mengembuskan asap rokoknya. "Kejahatan yang kau lakukan membuatmu terancam 20 tahun penjara, Shiroyasha-dono."

Hijikata mematikan rokoknya ke lantai dan menginjaknya. "Hukumanmu dihapus karena kau telah menyelesaikan misimu."

Hijikata berbalik dan berjalan pergi. "Sebagai gantinya, ganti rugi atas motor besar yang kami berikan padamu. Totalnya 1 juta yen."

"Temme!" Gintoki berteriak pada Hijikata kala borgolnya dilepas oleh Yamazaki.

"Toshi hanya bercanda, Gintoki," kata Kondou sambil menarik Gintoki berdiri. "Ada asuransi dan itu ditanggung penuh dengan Shinsengumi. Setidaknya, kami lega kau masih hidup."

Kondou menepuk-nepuk bahu Gintoki. "Kembali ke ruang tempat Tsuki dirawat. Syukurlah, lukanya tidak separah yang aku bayangkan. Dia kehilangan banyak darah, tapi dia selamat dan tidak ada luka serius. Aku mau ke ruangan tempat Sougo dirawat. Sampai ketemu lagi. Ayo, Yamazaki."

"Okaeri, Gin-san!" ucap Yamazaki sambil mengikuti Kondou.

Pandangan Gintoki kini tertuju pada Sakamoto dan Takasugi. "Apa?"

"Lucu. Kami tidak pernah berpikir kau akan mati secepat itu," kata Sakamoto sambil merangkul Gintoki. "Shiroyasha-dono mati karena ledakan motor? Tak mungkin."

"Paling tidak, karena kau menghilang, aku bisa merasakan nikmatnya mandi di onsen di Fukuoka," kata Takasugi.

"Bagero," kata Gintoki. "Tatapan Kondou-san tadi membuatku gemetar. Aku tidak pernah melihatnya seserius itu. Rasanya aku ingin menyumpal mulutnya dengan pisang. Oh ya, aku benar-benar dikejar saat berada di Fukuoka."

"Oh, ya?" tanya Takasugi.

Gintoki mengangguk. "Aku merasa ada beberapa mata yang memperhatikanku. Tapi, berkat ledakan itu, aku berhasil kabur dengan cepat. Aku sampai membeli wig Goku 'Dragonball'."

"Selama aku dan Hijikata melakukan investigasi di sana, aku tidak merasa ada sesuatu yang mencurigakan," ucap Takasugi. "Hal yang mencurigakan hanyalah wajah Hijikata saat kau meneleponnya dari nomor yang tak dikenal."

"Baka," Gintoki mendengus. "Aku langsung mengambil penerbangan saat itu juga. Mereka mengejarku, aku bisa merasakannya. Tapi, aku menghilang di bandara dan mengambil penerbangan ilegal satu jam kemudian. Menyebalkan."

"Tapi, dari mana kau tahu Naraku akan menyambangi rumahmu, Gintoki?" tanya Sakamoto.

"Dari berita di televisi. Aku benar-benar mengharapkan pembawa berita menyebut namaku sebagai korban jiwa dari ledakan di Fukuoka. Tapi, insiden itu ditutup dengan baik oleh Shinsengumi dan tidak masuk ke berita mana pun. Aku menunggu sampai lima hari. Jika benar-benar tidak ada kabar, Naraku pasti curiga dan menyambangi rumahku untuk mencari petunjuk," jelas Gintoki.

"Maka dari itu kau menelepon Hijikata dan menyuruhnya kembali ke Edo dan bilang padanya kalau rumahmu akan disergap malam itu juga oleh Naraku," kata Takasugi.

Gintoki mengangguk. "Aku sudah dalam perjalanan kembali ke Edo saat itu. Akhirnya, dengan berat hati, aku menghubungi Toshi dan bilang padanya bahwa Naraku sudah dalam perjalanan menuju rumahku. Sejujurnya, aku tidak tahu Naraku akan melakukan itu. Ya, feeling saja."

"Aku tahu rumah besar itu karena saat aku tiba di rumah, mobil Sougo baru saja melesat. Aku langsung mengambil Vespa kesayanganku dan mengikuti mereka. Tsuki dan Sougo masuk dari pintu depan. Aku memilih untuk masuk dari pintu belakang dan ternyata tak ada yang menjaga di sana. Baka."

"Kau membiarkan istrimu nyaris mati kehabisan darah, Gintoki," kata Sakamoto.

Gintoki terdiam sebentar dan bersedekap. "Aku tahu dia akan bertahan. Entah kenapa, aku merasa ritme napas kami sama. Walau aku tidak melihatnya, aku merasa, dia mendengarkanku yang memintanya untuk terus bertahan dalam hati."

"Permainan batin yang mengharukan," kata Takasugi sambil mengisap kiseru-nya.

"Aku serius," Gintoki menatap Takasugi. "Entah kenapa aku yakin Tsuki akan melewati pertempuran itu dengan baik. Bukannya aku tidak memikirkannya, tapi Ichiro, dia masih bayi dan tahu apa dia tentang peperangan? Lebih baik aku menyelamatkannya lebih dulu. Tsuki bisa bertarung, ada Katsura dan Sougo yang menjaganya. Aku mempercayai mereka."

"Untung aku membawa dot oleh-oleh untuk Ichiro. Jika aku tidak memberinya dot, mungkin dia sudah menangis, memberontak, dan menjambakku."

Sakamoto mendengus sambil tersenyum. "Paling tidak, kau di sini sekarang."

Gintoki ikut mendengus. "Aku heran. Aku diminta Shinsengumi untuk pergi tanpa diketahui. Kenapa mereka mencariku? Aku baik-baik saja, bukan? Aku kembali utuh! Kenapa Toshi posesif sekali!?"

"Sudah, sudah, jangan pikirkan itu," kata Sakamoto. "Kami mau menjenguk Katsura yang daritadi menangis karena rambutnya terbakar. Dia tidak ada luka serius. Sebaiknya, kau kembali ke ruangan tempat Tsuki dirawat. Dia pasti menantikanmu."

Gintoki mendengus keras dan mengangguk.

"Oi, Gintoki," Takasugi mengembuskan asap kiseru-nya. "Okaeri."

Gintoki tersenyum menatap Takasugi. "Tadaima."

Die Another Day 3Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ