Chapter 10

339 29 14
                                    


"Tsuki-san," Shinpachi menyelesaikan makan siangnya dan menaruh piring bekas makannya di atas meja. "Nasinya sudah dingin. Mau aku hangatkan?"

Tsuki tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa sambil memeluk kedua kakinya. Kedua matanya menatap kosong layar televisi.

"Tsuki-san," Shinpachi meninggikan suaranya. "Ayo, makan."

Tsuki tetap diam di tempat.

"Tsukuyo-san!" nada Shinpachi meninggi.

Tsuki berkedip dan menatap Shinpachi. "Oh, iya, Shinpachi. Aku makan."

"Mau aku hangatkan nasinya?" tanya Shinpachi.

"Tidak usah," Tsuki mengambil mangkuk nasinya. "Ittadakimasu."

Shinpachi mendengus. Dia mengambil piring kotornya dan membawanya ke dapur.

Tsuki mengambil agedashi tofu dan menyuapnya ke mulutnya. Rasanya hambar.

Tidak, rasa hambar itu bukan salah Shinpachi yang memasaknya. Semua makanan yang dia makan setelah Hijikata pulang dari rumahnya terasa hambar. Tsuki kehilangan nafsu makannya, dan dia hanya makan ketika Kagura atau Shinpachi berada di rumah. Dia juga tidak keluar rumah.

Shinpachi kembali dari dapur dan duduk di sofa. Dia memperhatikan Tsuki yang mengunyah makanannya tanpa menelannya.

"Tsuki-san, aku mohon kau jangan sakit," kata Shinpachi.

"Aku tidak sakit, Shinpachi," Tsuki tersenyum menatap Shinpachi. "Aku tadi sudah makan. Sarutobi mengirimkanku mochi tadi pagi. Aku hanya merasa agak kenyang."

Shinpachi terdiam sejenak. Wajahnya terlihat khawatir.

"Jangan pandang aku seperti itu, aku tidak apa-apa," kata Tsuki. "Oh ya, bisakah kau ke supermarket untuk membeli beras?"

"Tsuki!" Kagura tiba-tiba muncul. Souichiro berada dalam gendongannya. "Wah, kalian sudah makan? Aku membawa okonomiyaki."

"Arigatou, Kagura-chan," kata Shinpachi sambil mengisyaratkan Kagura untuk duduk di sebelahnya. "Halo, Ichiro!"

Ichiro terlihat tersenyum lebar. Kedua tangannya berusaha menggapai Shinpachi.

"Tsuki, makan yang banyak," Kagura duduk di samping Shinpachi. "Ichiro saja sudah makan. Ya kan, Ichiro?"

Ichiro tersenyum lebar sambil menatap Tsuki. Tsuki tersenyum sambil mengunyah makanannya.

"Ah, Kagura-chan, Tsuki memintaku untuk membeli beras. Kalian tunggu sebentar, ya," kata Shinpachi sambil berdiri.

"Ah, Shinpachi, aku ikut!" Kagura berdiri. "Aku harus membeli pampers, susu, dan kopi kesukaan Sougo. Beras di rumahku juga sudah hampir habis."

"Sebaiknya kau di sini, Kagura-chan. Tsuki-san nanti sendirian," kata Shinpachi.

Kagura menyenggol Shinpachi. "Tsuki di sini sama bersama Ichiro. Kalau aku menitipkan barang-barang itu padamu, kau tidak akan bisa membawanya sendirian. Lagi pula, aku juga ingin kau membantuku membawakan barang-barang. Ya, Tsuki, ya? Sebentar saja, kok."

"Ah, i-iya, silakan," kata Tsuki.

Kagura memberikan Ichiro pada Tsuki. Tsuki memangku Ichiro dengan kaku.

"Ayo!" Kagura menarik Shinpachi. "Tsuki, berikan susu pada Ichiro ya! Botol susunya di tas. Sebentar ya, Ichiro! Tsuki!"

Shinpachi dan Kagura berjalan cepat ke arah pintu depan, meninggalkan Tsuki bersama Ichiro.

Tsuki menatap Ichiro yang sedang memandanginya. Ichiro tersenyum, bahkan tertawa. Tsuki tersenyum tipis dan buru-buru menghabiskan makanannya.

Tangan Ichiro meraih sumpit yang dipegang Tsuki. "Eh, Ichiro, tidak boleh. Kamu belum boleh makan makanan ini," ucap Tsuki.

Ichiro bersikeras meraih sumpit, namun Tsuki menjauhkannya. Wajah Ichiro mendadak cemberut.

"Iya, iya, sebentar," Tsuki menelan makanannya dan selesai makan. Dia pun menggendong Ichiro dan berjalan mendekati jendela.

"Wah, cuacanya cerah sekali, Ichiro," kata Tsuki sambil melihat ke luar jendela.

Dia tidak ada di sana.

Jantung Tsuki berdegup kencang. Tubuhnya mendadak mematung di samping jendela. Namun, dia dikejutkan dengan Ichiro yang tiba-tiba menunjuk kamarnya.

"Oh, iya, ayo," kata Tsuki yang menerima isyarat Ichiro. Tsuki pun berjalan menuju kamar tidurnya dan membukanya.

Kosong.

"Da," kata Ichiro sambil menunjuk ke dalam ruangan. Tsuki menelan ludah dan masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba, Ichiro tertawa.

Jantung Tsuki kembali berdegup kencang. Ichiro tertawa seakan ada seseorang yang mengajaknya tertawa.

Gintoki?

Tsuki menggeleng. Tidak, Gintoki masih hidup. Dia masih hidup.

"Sudah ya, Ichiro. Kita di luar saja," kata Tsuki sambil berjalan ke luar kamar.

Ichiro mendadak rewel dan menangis.

"Ada apa, Ichiro..." Tsuki buru-buru mengambil botol susu dari dalam tas Kagura. "Sudah jam tidurmu, ya? Minum susu, lalu tidur, ya."

Tsuki memberi botol susu pada Ichiro. Ichiro langsung diam dan menikmatinya. Tsuki berjalan mendekati jendela. Dia menggoyangkan tubuhnya agar Ichiro mengantuk dan tertidur di dalam pelukannya.

Ah, cucuku, Ichiro.

Jantung Tsuki kembali berdegup kencang. Tsuki menatap Ichiro yang kedua matanya sudah nyaris tertutup.

"Kau tidak mau melihatku menggendong Souichiro."

"Dan itu menyakitkan."

Tsuki menelan ludahnya.

"Aku takut kehilangan kamu, Tsukuyo."

"Aku tidak mau melihatmu terluka lagi seperti itu. Aku tidak bisa melihatmu seperti itu. Kau tahu aku benar-benar murka saat pria itu meninju perutmu. Aku ingat, aku menghancurkan wajahnya hingga tak berbentuk."

"Kau dengar? Istriku adalah korban kejamnya orang-orang bodoh pengikut Utsuro.Kau tahu bagaimana rasanya jadi seorang Sakata Gintoki saat itu, Tsukuyo?"

"Aku tahu..." Tsuki bergumam pada dirinya sendiri. "Aku paham perasaanmu..."

"Melihatmu menggendong Souichiro di rumah sakit, membuat dadaku sesak. Kamu sadar aku selalu memalingkan muka jika kau menggendong Souichiro. Atau, aku bicara dengan Sougo atau Toshi. Aku tak mau melihatnya, karena yang aku liat dalam pelukanmu adalah bayiku, bukan Souichiro."

"Tidak, aku tidak membenci Souichiro. Aku mencintainya, layaknya anakku sendiri. Hanya saja, aku tidak ingin menggendongnya karena berat bagiku untuk melakukannya. Jika aku boleh berandai-andai, aku berharap aku sedang menggendong anakku sekarang."

Air mata Tsuki menetes. Ichiro tertidur dalam pelukannya. Namun, dia masih menyedot botol susunya.

"Apakah kau membagi rasa sakitmu atas kejadian itu denganku, Tsukuyo?"

Tsuki terisak, namun dia menahannya. Dia tidak ingin Ichiro bangun. Kelihatannya, Ichiro sudah terlelap dalam pelukannya.

Tsuki menarik botol susu dari mulut Ichiro. Ichiro sudah benar-benar terlelap. Tsuki melihat ke luar jendela dan melihat ada dua orang pria yang lewat di depan rumahnya. Entah kenapa, yang dia lihat adalah Gintoki dan Hijikata.

"Tidak, tidak," Tsuki menggeleng dan menepuk pipinya. "Shin-chan dan Kagura-chan sebentar lagi pulang."

Tsuki berjalan mendekati sofa dan menaruh Ichiro di sana dengan hati-hati. Setelahnya, dia mengambil piring kotornya dan membawanya ke dapur untuk dicuci.

Die Another Day 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang