Chapter 4

381 25 12
                                    


Tsuki membuka kedua matanya. Jam menunjukkan pukul 07.12.

Tsuki meregangkan tubuhnya dan menatap ke luar jendela. Matahari belum terlihat. Cuaca pun mendung.

Tsuki menoleh ke kiri. Tak ada siapa pun di sana. Dia mendengus, berdiri, dan berjalan ke luar kamar.

Sudah 15 hari Tsuki hidup tanpa Gintoki. Dan hari ini, Tsuki harus pergi ke Yoshiwara setelah satu minggu lebih berada di rumah. Tsuki berjalan ke dapur, membuat kopi, dan berjalan ke ruang televisi.

Tsuki membuka jendela di ruang televisi, membiarkan angin dingin masuk ke dalam ruangan dan menerpa tubuhnya. Entah kenapa Tsuki menikmatinya. Dia sangat suka cuaca seperti ini.

Tsuki duduk di sofa dan memandang keluar jendela. Dia menyesap kopinya dan memeluk kedua kakinya.

Gintoki, kau sedang apa? Di mana kau? Apakah kau baik-baik saja? Biasanya, jam segini, kau belum bangun. Ketika kau bangun, kau akan berteriak untuk dibuatkan susu stroberi hangat.

Gintoki, aku rindu teriakanmu itu.

Tsuki menghela napas panjang. Dia menaruh cangkir kopinya di atas meja dan meraih kiseru. Dia membakar kiseru-nya dan menariknya dalam-dalam.

Gintoki, kiseru ini milikmu. Dan pintarnya, kau membawa pergi kiseru milikku.

Tsuki terdiam sejenak. Haruskah aku pergi ke Yoshiwara?

Handpone-nya yang berada di atas meja sejak semalam berbunyi. Tsuki buru-buru mengeceknya, dan ada pesan dari Hinowa.

Tsukuyo, kau ke sini kan, hari ini? Kalau jadi, Chikako akan menjemputmu. Datang saja setelah makan siang, aku berjanji pada Seita untuk menjemputnya pulang sekolah.

Tsuki pun menjawab pesan Hinowa.

Iya, aku ke sana. Bilang pada Chikako, jemput aku pukul 12.00. Arigatou, Hinowa-san.

Tsuki berjalan ke dapur dan mencari Cup Noodle. Namun, persediannya habis. Tsuki mendengus dan berniat pergi ke konbini untuk membelinya. Tapi, bel rumahnya berbunyi.

Tsuki buru-buru berlari ke pintu depan dan membukanya.

"Ohayou, Tsukuyo-san," Otose tersenyum lebar saat Tsuki membuka pintu. "Aku membuat sup miso dan telur goreng untuk sarapan. Tapi, Catherine dan Tama sarapan di luar karena mereka aku minta untuk membeli bahan-bahan makanan untuk barku. Jadi, sarapan Catherine aku berikan saja padamu."

"Oh, Otose-san! Terima kasih banyak," Tsuki menunduk berterima kasih. "Aku baru saja mau keluar rumah untuk memberi sarapan. Kau sudah sarapan?"

"Belum. Bagaimana kalau aku sarapan di sini?"

"Tentu saja! Aku bantu bawakan makanannya."

Tsuki dan Otose pun sarapan bersama di Yorozuya. Mereka sarapan santai dengan duduk di sofa sambil menonton prakiraan cuaca di televisi.

"Nanti siang hujan," kata Tsuki sambil mengunyah tofu. "Semoga tidak jadi."

"Kau pergi ke Yoshiwara hari ini, Tsuki?" tanya Otose.

"Ya. Aku akan pergi sebelum makan siang."

Otose menatap Tsuki. "Kau sudah merasa lebih baik, Tsukuyo?"

Tsuki tersenyum sambil memandangi makanannya. "Aku rasa begitu."

Tsuki menatap Otose. "Aku masih merasa aneh. Tinggal di rumah ini sendirian rasanya sangat... Aneh."

"Itu yang membuatmu menolak untuk bicara dengan orang-orang dan keluar rumah selama seminggu, Tsukuyo?"

Jantung Tsuki mendadak berdegup kencang. Dia menyuap nasi ke mulutnya dan mengangguk dengan pelan.

Otose memandangi televisi sambil menyuap nasi ke mulutnya. "Jangan menutup diri seperti itu. Kau harus bicara dengan orang lain. Tak baik jika kau pendam sendiri."

Tsuki terdiam sejenak. "Aku... Aku tak tahu harus mulai darimana."

Tsuki mendengus dan ikut memandangi televisi. "Aku merasa... Tidak siap. Aku tidak siap jika orang-orang bertanya kemana Gintoki pergi karena aku pun tidak tahu."

"Aku sudah dengar dari Kagura," kata Otose. "Dia mampir ke barku beberapa hari lalu dari rumahmu. Dia sudah menceritakan semuanya."

Tsuki tersenyum tipis. "Yah... Begitulah, Otose-san. Aku hanya..."

"Merasa kesepian?"

Kalimat Otose barusan membuat Tsuki menelan ludah.

"Aku..." suara Tsuki bergetar. "Sangat kesepian."

Otose menatap Tsuki dan tersenyum. "Aku mengerti dan sangat wajar jika kau merasa seperti itu. Tapi, aku pikir si uban itu sudah melakukan hal yang tepat."

"Dia ingin melakukan hal terakhir untuk Yoshida Shouyou. Dia tidak tahu bagaimana caranya membalas budi Shouyou, maka dari itu, ini cara yang paling tepat untuk membalasnya, dan aku setuju."

"Dia pergi hanya untuk sementara. Setelahnya, dia milikmu selamanya, sampai maut memisahkan kalian. Dan dia percaya padamu bahwa kau bisa hidup mandiri tanpanya untuk beberapa waktu."

Otose menyelesaikan sarapannya dan membakar rokoknya. "Seperti yang kau tahu, Gintoki bukanlah pria yang mudah mengungkapkan perasaannya. Bukannya dia tidak jujur, tapi dia memang seperti itu. Kesannya, dia adalah orang yang selalu melakukan apa yang dia ingin lakukan tanpa memikirkan orang lain."

"Aku rasa, kau sudah tahu akan hal itu. Kau tahu dia kan, Tsukuyo?"

"Aku tahu. Aku sangat tahu dia," ucap Tsuki. "Hanya saja, tak ada komunikasi di atara kami selama 15 hari terakhir ini membuatku... Muak."

"Aku paham," kata Otose sambil mengembuskan asap rokoknya. "Aku hanya bisa berpesan padamu. Jangan menyendiri dan menjadikan dirimu kesepian. Aku selalu berada di bawah, dan aku sudah bilang berulang kali padamu untuk mendatangiku kapan saja. Barku akan laku karena kau ada di sana."

"Banyak orang di sekelilingmu. Ada aku, Tama, dan Kagura. Aku tidak memasukkan Catherine ke dalam opsi karena dia adalah perawan tua. Kau juga bisa menelepon Mitsuba atau Otae. Jangan Sarutobi karena cintanya pada Gintoki tak terbalas."

"Jangan menambah luka dengan menyendiri. Menyendiri bukanlah pilihan. Kau harus mengobati rasa sakitmu, Tsukuyo. Berbagilah dengan orang lain yang peduli padamu. Mereka pasti akan mendengarkanmu."

Tsuki terdiam sebentar menatap Otose. "Kalimat itu... Aku sering mengucapkannya pada Gintoki."

Otose tersenyum. "Jika kau sering mengucapkannya, kau tahu kapan dan pada siapa kau harus berbagi, kan? Jangan jilat omonganmu sendiri."

Perlahan, senyum Tsuki merekah. "Terima kasih, Otose-san. Kau membuatku merasa hangat pagi ini."

Otose mengangguk. "Sekarang, mandilah. Aku akan mencuci piring kotor ini di dapurmu."

Die Another Day 3Where stories live. Discover now