Chapter 21

357 26 12
                                    


"Toshi!"

"Kondou!"

Mitsuba dan Otae berlari ke arah Hijikata dan Kondou yang baru saja tiba di depan ruang rawat inap Tsuki.

"Bagaimana si uban itu? Apakah semuanya sudah terjawab?" tanya Otae.

"Ya, ya, sudah," Kondou menepuk-nepuk kepala Otae. "Gintoki sudah menyelesaikan misinya. Tugasnya sudah selesai."

"Oh, syukurlah," Mitsuba menggenggam tangan Otae. "Oh, lega sekali rasanya."

Otae tersenyum pada Mitsuba. "Akhirnya, Tsuki bisa kembali bersama Gintoki."

Kondou tersenyum lega. "Temani aku menjenguk Zura, Otae."

Otae dan Kondou pun pergi meninggalkan Mitsuba dan Toshi.

"Terima kasih, sayang," ucap Mitsuba sambil mengelus pipi Hijikata. "Terima kasih telah mengembalikan kebahagiaan Tsuki."

Hijikata mendengus dan mencium tangan Mitsuba yang sedang mengelus pipinya. "Bagaimana keadaan Tsuki?"

"Dokter sudah menghentikan pendarahannya. Dia juga sudah diberi anestesi. Sekarang, kita tinggal menunggu dia siuman," ucap Mitsuba.

Mitsuba menatap Hijikata. "Aku benar-benar berterima kasih padamu untuk usahamu mencari Gintoki, Toshi."

"Kenapa begitu?" tanya Toshi.

"Aku pernah berada di posisinya, saat menunggumu kembali ke pelukanku," kata Mitsuba.

"Saat kau, Kondou, dan Sou-chan pergi ke Edo, aku benar-benar kesepian. Aku benar-benar ingin bertemu kalian. Sou-chan selalu menghubungiku, tapi tidak dengan kamu."

"Aku selalu menanyakanmu pada Sou-chan. Apakah kau sehat, apakah kau sudah makan, apakah latihanmu melelahkan atau berbahaya. Bedanya, Tsuki tidak tahu kondisi Gintoki seperti apa dan tidak ada yang mengetahuinya."

"Aku paham kenapa Tsuki tidak mau keluar rumah atau pun bicara terlalu dengan orang-orang. Aku paham kenapa dia mengisolasi dirinya seperti. Pikirannya ada di tempat lain, dan rasa khawatirnya jauh lebih besar daripada rasa masa bodohnya. Aku pun dulu juga begitu, memilih untuk terus berada di dojo dan merindukanmu."

"Sebenarnya, aku ingin sekali membicarakan hal ini pada Tsuki. Tapi, aku tidak mau membuatnya semakin sedih. Jadi, yang bisa aku lakukan hanyalah menyambanginya sebentar, mengirimkannya makanan, dan menghubunginya. Tsuki adalah wanita yang berutung, karena dulu, tak ada yang menanyakan keadaanku selain Sou-chan."

Hijikata terdiam sejenak. "A... Aku..."

"Tidak usah minta maaf Toshi," Mitsuba tersenyum. "Toh, pada akhirnya, aku memilikimu sepenuhnya sekarang. Hanya saja, aku benar-benar sedih melihat keadaan Tsuki kemarin. Untungnya, dia wanita yang kuat."

Hijikata mendengus. "Kau tahu kenapa aku tidak menghubungimu saat kami pergi ke Edo."

"Aku paham," jawab Mitsuba. "Kau selalu berpikir bahwa kau tidak pantas untukku. Kau tak ingin aku melihatmu pulang ke rumah bersimbah darah. Aku paham itu, dan aku menerima kenyataan itu."

"Sampai sekarang pun, aku tetap khawatir saat kau sedang mengalami sesuatu atau pergi bertugas ke luar kota. Itu sudah risikoku sebagai istri Vice Commander Shinsengumi, dan aku memilih untuk melihatmu berdarah daripada melihatmu tidak selamat sama sekali."

"Sekali lagi, terima kasih, Toshi. Terima kasih, Shinsengumi. Terima kasih telah menemukan Gintoki untuk Tsuki. Terima kasih telah mengembalikan suami Tsuki ke pelukannya."

Hijikata terdiam cukup lama sambil menatap istrinya. Mitsuba hanya tersenyum melihat Hijikata.

"Kamu mau dibelikan apa?" tanya Hijikata.

"Aku mau kimono karya Yves Saint Laurent yang harganya 10 ribu yen. Itu, yang aku tunjukkan padamu sebelum kau bertugas ke Fukuoka."

"Aku pastikan barang itu sudah dibeli besok. Ada lagi?"

"Kau cukup menyogokku dengan itu saja. Nanti aku pikir-pikir lagi. Haruskah aku menceritakan masa laluku agar kau mau membelikanku barang?"

"Jangan. Ini sudah akhir bulan."

"Tapi uang dinas luar kotamu pasti masih tersisa banyak."

"Itu untuk kita makan shabu-shabu besok malam. Ayo, kita pulang."

"Eh, sebentar, mana Gintoki?"

"Dia akan datang sebentar lagi. Ayo."


Die Another Day 3Where stories live. Discover now